Home / Romansa / KUIKLASKAN SUAMIKU UNTUKMU / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of KUIKLASKAN SUAMIKU UNTUKMU: Chapter 21 - Chapter 30

69 Chapters

BAB 21 APA MAKSUD RANGGA?

 Aku mengayunkan langkahku menyusuri koridor rumah sakit yang tampak menyeramkan. Di sebelah kanan dan kiri ada taman luas yang hanya diterangi lampu remang-remang. Sehingga tampak lebih meyeramkan. Entah mengapa aku tiba-tiba teringat adegan film yang suka dilihat mama, adegan menyeramkan di rumah sakit. Aku pun mempercepat langkahku. Namun langkahku tidak semakin cepat, malah seperti ada yang menarikku dari belakang. Bulu kudukku berdiri, mataku sengaja kupejamkan. Aku tetap berusaha untuk menggerakkan kakiku ke arah depan. “Padahal tadi berangkatnya biasa aja, ini kenapa sekarang balik lagi jadi gini sih?” Tanyaku pada diri sendiri sambil masih terus melangkah. Pasalnya aku memang bukan orang penakut. Saat keluar dari rumah sakit untuk menebus obat ini pun aku masih santai-santai saja.Tiba-tiba Brugg.. Tubuhku menabrak sesuatu. Memang wajar karena aku membiarkan mataku terpejam sambil berjalan. “Maaf Mas, maaf saya tidak sengaja.” Ucap
Read more

BAB 22 RINDU MAMA

 “Ma, mama dimana?” Teriakku memanggil orang yang sangat aku sayangi. “Cepet banget sih mama perginya, mama..” Teriakku lagi. Aku sekarang berada di sebuah tempat yang sangat indah. Aku berada di pinggir sungai yang yang sangat jernih, dikelilingi oleh bukit yang nampak teduh. Pohon-pohon yang berjajar rapi dengan daun lebat yang hijau. Suara burung yang berkicauan menambah teduhnya hati ini. Aku mencari mama, pasalnya tadi mama berada di sebelahku. Kudekap erat mamaku, seperti anak kecil yang takut ditinggal ibunya. Mama membelai kepalaku lembut, sampai aku terbuai dengan kasih sayangnya. Dan saat mataku mulai terpejam mama pun pergi. Entah kemana mamaku pergi. Aku mencarinya kesana kemari namun tidak kutemukan. Dalam pencarianku, aku melihat seorang laki-laki menaiki kudanya. Laki-laki yang terlihat sangat berwibawa dengan pakaian kerajaan di tubuhnya. Dia mengarahkan kuda itu untuk mendekatiku, semakin dekat sampai aku mengetahui dengan jelas
Read more

BAB 23 CINTA SELALU MEMBAWA KEBAHAGIAAN

 Kubuka pintu rumahku, kulihat sekeliling. Terlihat bersih dan rapi. Dua hari sekali Siti memang datang ke sini untuk bersih-bersih. Kuletakkan tasku di kursi ruang tamu. Kursi yang menjadi saksi saataku mencuru-curi pandang kepada Endruw saat pertama kali dai datang ke rumah ini. Pandanganku beralih ke sebuah bufet, disana berjajar rapi foto-fotoku dan foto mama. Kuambil sebuah figura fotoku dan mama. “Ma, Firza kangen sama mama.” Kataku sambil memeluk figura itu.Tiba-tiba di luar terdengar saura bising. Aku mendongakkan kepalaku keluar, kudengar suara Siti dari arah luar. Aku berjalan ke arah pintu. Terlihat Siti sedang berbicara dengan seorang bapak-bapak. “Oh mungkin bapak-bapak itu yang mau menyewa rumah ini.” Batinku. Aku berjalan ke arah luar.“Mbak FIrza, sudah lama disini mbak?” Tanya Siti.“Belum”, jawabku sambil memandang Siti dan bapak itu bergantian.“Ini mbak, ada bapak-bapa
Read more

BAB 24 RANI

 Keluar dari kamar mandi aku dikejutkan dengan suara ramai di depan. “Ada apa di luar sana?” Fikirku sambil mengintip di balik gorden jendela kamar. Kulihat Rani sedang berdebat dengan salah satu ibu-ibu tetanggaku. “Dasar Si burung beo, kebiasaan deh. Apa lagi itu ulahnya?” Segera kulepaskan handukku dan kuganti dengan baju yang masih ada di lemariku. Bajuku memang masih tersisa banyak di rumah ini. Sehingga aku tidak bingung jka harus mandi dan bermalam disini.Setelah selesai aku berlari ke luar rumah. Seraya bertanya-tanya ulah apa lagi yang telah sahabatku itu lakukan. Pasalnya tidak hanya sekali Rani membuat ulah di rumahku. Pernah mamaku sampai menjemput Rani di balai desa tempatku karena dia bertengkar dengan salah satu warga sini. Alasannya sepele, karena Rani tidak terima saat ada ibu-ibu yang menyapanya dan bilang kalau dia gendutan. Selain itu ada juga ulahnya saat dia sedang belajar menyetir yang berakhir dengan menabrak pagar
Read more

BAB 25 KEPUTUSAN BESAR

 “Hhm.. Gila.. Gila emang bener-bener ini nasi goreng. Pedesnya gila.”“Sejak kapan kamu doyan pedes Fir?”“Sejak saat ini.”“Eh, mending udahan deh kamu makannya. Aku enggak mau ya abis ini nganter-nganter kamu ke rumah sakit gara-gara sakit perut.”“Ih, enggak. Aku sehat.”“Emang orang kalau frustasi kayak gini ya. Duh nyusahin banget deh. Habis ini pasti ke UGD. Aduh mama, anaknya nyusahin deh.”Saat ini kami berdua sedang makan malam di salah satu kafe favorit kami, favorit Rani pastinya. Karena di kafe ini semua menu makanannya adalah kesukaan Rani. Mulai dari nasi goreng setan, mie goreng setan, dan aneka setan-setan yang lain. Sejak jaman dia masih bayi Rani adalah pecinta pedas. Sedangkan aku dari kecil sama sekali tidak bisa makan pedas. Tiap makan pedas perutku selalu bergejolak, hingga UGD adalah jalan keluarnya. Tapi entah kenapa malam ini aku be
Read more

BAB 26 BERTEMU BUNDA

“Siti, Rani dimana? Tanyaku kepada Siti yang sedang mengepel lantai.“Sudah berangkat kerja katanya tadi Mbak.”“Ih, kok aku enggak dibangunin sih. Main pergi aja.”“Tadi Mbak Rani pergi sekitar jam delapan habis sarapan.”“Jadi tu burung beo masih nyempetin buat sarapan, kamu yang masakin?”“Iya Mbak Firza, tadi mbak Rani nya minta dimasakin yang cepet-cepet aja sama saya.”“Dasar burung beo”, umpatku untuk Rani.Aku segera masuk kamar untuk mandi. Aku sudah menyiapkan rencana-rencana yang akan aku lakukan hari ini.***“Bunda..” Panggilku pada seorang perempuan paruh baya yang sedang menyiram bunga. Perempuan yang sudah aku anggap seperti ibuku sendiri, mertuaku.“Firza..” Teriaknya sambil membalikkan badan dan tersenyum bahagia. Aku berlari mendekatinya, kupelak erat perempuan yang kini akan menjadi mantan mert
Read more

BAB 27 BERCERAI DARI ENDRUW

 Tanganku bergetar hebat saat akan menandatangani surat perceraian ini. Bukan ini yang aku inginkan. Istri mana yang ingin menandatangani surat perceraian. Istri mana yang rela mengiklaskan suaminya untuk perempuan lain. Namun ini mungkin sudah jalan hidup yang harus aku hadapi. Semoga ada hikmah yang besar dari semua ini. Kutarik nafas dalam, kukeluarkan dengan pelan. Hingga tanganku mulai membubuhkan tandatangan di atas namaku.Aku tersenyum lega. “Ma, Firza menang ma. Firza telah memenangkan cinta ini.”Aku menelfon seseorang untuk mengatur keberangkatanku besuk pagi. Ya, setelah menyerahkan surat ini ke Endruw aku akan pergi dari sini. Pergi ke tempat yang sangat jauh.Tidak ada seorang pun yang mengetahui rencana ini, kecuali Rani. Tadi malam tiada henti-hentinya dia menangis setelah mendengar rencanaku. Namun tekatku sudah bulat, aku ingin menjauh dari Endruw dan semua yang bisa mengingatkanku padanya. Biarkan Endruw bahagia dengan
Read more

BAB 28 SELAMAT TINGGAL CINTA

“Fir, beneran kamu mau pergi.” Pertanyaan kesepuluh yang Rani tanyakan setelah baru lima menit dia tiba di rumahku.“Mau berapa kali lagi sih Ran kamu tanya. Aku akan pergi. Roni udah nyiapin semuanya.” Jawabku pelan sambil mengusap pipi sahabatku ini.“Terus aku gimana? Nanti kamu juga enggak datang di pernikahanku.” Rengeknya lagi, kali ini air matanya mulai menetes.“Maafin aku ya Ran, maaf banget.. Aku harap kamu bisa mengerti. Doaku selalu menyertai kamu sayang. Semoga kamu selalu bahagia, pernikahan kamu menjadi pernikahan yang pertama dan terakhir. Punya anak-anak yang lucu.” Aku pun mulai ikut meneteskan air mata. Aku berusaha menguatkan hati agar tidak goyah dengan rengekan-rengekan Rani.Kupandangi foto pernikahanku dengan Endruw yang aku pajang di figura kecil. Aku ragu untuk memasukkannya ke dalam tas. Namun akhirnya figura itu masuk juga ke dalam tas jinjing besarku. Foto ini adalah satu-satunya
Read more

BAB 29 SETELAH LIMA TAHUN BERLALU

“Bagaimana Fir, kamu siap menghandle pekerjaan ini kan? Kita akan untung besar jika pekerjaan ini selesai sebelum deadline. Dan Om yakin hanya kamu yang bisa mengaturnya. Minggu depan kamu bisa mulai bekerja di sana. Om sudah siapkan tiket pesawat menuju Jakarta buat kamu berangkat besok lusa.” Dan seperti biasa aku tidak bisa menolak perintah Om Gino.Lima tahun sudah aku berada di negara orang. Aku bekerja d tempat Om Gino, tentunya atas bantuan Roni. Perusahaan Om Gino ini merupakan salah satu perusahaan besar di negara ini. Sebuah prestasi yang membanggakan bagiku, Om Gino sangat menyukai hasil kerjaku. Sehingga baru lima tahun aku bekerja di sini, jabatan manager sudah berhasil aku dapatkan. Begitu juga dengan pundi-pundi uang yang aku dapatkan. Sehingga aku bisa hidup dengan mandir dan nyaman di sini.Aku menghela nafas panjang saat duduk di meja kerjaku. Aku tahu pasti bahwa Om Gino memintaku untuk kembali ke Jakarta dan bekerja di sana sampai proyek
Read more

BAB 30 IYA BRYAN AKU MAU

 “Hai Bry..” Sapaku saat sampai di dekatnya. “Tumben kafe ini sepi banget, biasanya rame.”Bryan menggeser kursi dan mempersilakanku untuk duduk. “Waow, spesial banget Bry.” Bryan hanya menyunggingkan senyum manis di bibirnya.Beberapa makanan sudah tersedia di meja. Makanan-makanan tersebut adalah makanan favoritku. Yaa, Bryan tahu betul makanan kesukaanku karena kami memang sering makan di sini bersama teman-temanku sekantor yang lain.Bryan memang sering menghabiskan waktu istirahat siangnya di sini. Meskipun tempa kerja Bryan dari tempatku bekerja lumayan jauh. Bryan tidak bekerja di perusahaan Om Gino. Dia mendirikan perusahaan sendiri tanpa bantuan dari Om maupun orang tuanya. Bryan memang laki-laki yang mandiri dan patut dibanggakan. Usianya dua tahun lebih muda daripada aku. Pembawaan yang jenaka membuatnya memliki banyak teman. Namun sepengetahuanku dia masih sendiri. Entah karena dia tidak laku atau mema
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status