Semua Bab KUIKLASKAN SUAMIKU UNTUKMU: Bab 11 - Bab 20

69 Bab

BAB 11 TRAGEDI

“Iya bentar lagi berangkat, ini udah di depan.” Teriakku di telfon yang sampai membuat para asisten di rumah melihat ke arahku. Siapa lagi yang aku teriaki kalau bukan Rani, sahabat tercintaku yang hari ini akan bertunangan. Sebenarnya acara pertunangannya nanti malam, tapi bukan Rani namanya kalau enggak heboh sendiri. Ya, Rani bertunangan dengan kekasih yang baaru saja dipacarinya. Agak aneh memang, cewek seperti Rani bisa memutuskan menikah dalam waktu secepat ini. Tapi sudahlah, sudah cinta mati katanya.Aku menyetir mobilku sendirian, biasanya Endruw tidak memperbolehkanku untuk keluar sendiri. Bang Asep supirnya bunda lah yang Endruw percaya untuk mengantarkanku kemanapun aku mau. Tapi hari ini Bang Asep sedang sakit, akhirnya mau tidak mau Endruw membiarkanku menyetir. Eh jangan salah, sebelum membiarkanku menyetir aku harus mendengarkan wejangan Endruw dulu. Gak boleh ngebut lah, gak boleh parkir sembarangan lah, ini lah, itu lah. “Dikata aku ABG lab
Baca selengkapnya

BAB 12 KEBENARAN YANG PAHIT

 Cemburu. Ah mungkin itu hanyalah sebuah kata teregois yang ada di benakku saat ini. “Endruw hanya ingin menenangkan orang yang dia kenal. Suami perempuan itu telah mengorbankan nyawanya untukmu. Apakah sekarang saatnya yang tepat untuk cemburu?” Beberapa kalimat yang aku coba buat untuk menenangkan diriku sendiri.“Permisi mbak, bisa saya meminta keterangannya sebentar tentang kejadian ini? Mbak adalah perempuan yang ditolong korban kan?” Suara tegas itu membuatku bergidik. Kulihat ke sumber suara ternyata seorang polisi sudah berdiri di sebelahku.“Baik, tapi saya panggil suami saya dulu ya pak”, pintaku kepada polisi tersebut yang diikuti oleh anggukan kepala darinya.Aku berjalan mendekati Endruw yang tengah menenangkan perempuan itu. Kupegang bahunya berharap dia akan menoleh ke aarahku. Namun aku salah, dia terlalu konsentrasi denga napa yang dilakukannya sampai tidak menghiraukan aku. Aku berbalik arah berj
Baca selengkapnya

BAB 13

 Kulirik jam tangan di pergelangan tanganku, menunjukkan pukul 18.00 artinya Rani terlambat tiga puluh menit. Sore ini aku mengajak Rani untuk bertemu di kafe tempat biasa kami nongkrong. Aku sengaja mengundangnya kemari untuk meminta maaf karena tidak bisa menghadiri acara pertunangannya kemarin. Kupasang wajah senetral mungkin, aku tidak ingin Rani sampai tahu masalah yang tengah membuatku kacau seperti ini.“Kemarin kamu kemana aja Fir? Ditelfon berkali-kali enggak diangkat. Aku telfon ke rumah kata bibik kamu udah berangkat. Kamu enggak apa-apa Fir?” Cerocos seseorang dari kejauhan.Aku menoleh ke arah sumber suara yakin jika kalimat-kalimat itu ditujukan untukku. Dan benar, ternyata yang punya suara itu adalah Rani. Dari jauh dengan sedikit berlari dia mendekatiku sembari mengatakan kalimat-kalimat itu. “Gila ya kamu, enggak malu apa dilihatin banyak orang?” kataku kepada Rani lirih saat dirinya sudah duduk di sebelahku.
Baca selengkapnya

BAB 14

Aku tersentak kaget saat mendengar bunyi pyarr di sebelahku. Segera kubuka mataku yang masih sangat sepat, kurubah posisi tidurku ke posisi duduk dengan sangat cepat. Terlihat Endruw sedang memungut pecahan botol kaca di lantai.“Ada apa Ndruw?” Tanyaku sambil berdiri dan bersiap membantunya.“Aku enggak sengaja jatuhin botol parfum kamu Fir.” Jawabnya seperti terburu-buru.“Kamu mau kemana Ndruw? Bukannya ini masih terlalu pagi untuk ke kantor?” Tanyaku lagi saat melihat Endruw telah siap dengan baju kantornya.“Iya, ini aku barusan dapat telfon dari rumah sakit. Perawat bilang kalau Anita ngamuk-ngamuk lagi.  Makanya aku buru-buru mau kesana sebelum ke kantor.” Jawab Endruw tanpa melihat ke arahku.“Aku ikut ke rumahsakit ya Ndruw?” Pintaku sambil tetap memunguti pecahan botol parfum.“Enggak usah Fir, aku pengennya cepat-cepat kesana. Ingin segera membantu menenangkan
Baca selengkapnya

BAB 15

 Kuhentikan mobilku dipinggir jalan. Jalan ini sepi, di sebelah kanan kanan ada persawaan yang dibuat dengan model terasering, di sebelah kiri ada jurang yang terlihat lumayan dalam. Aku mendekati jurang tersebut, terasa aku sangat merindukan mama. Kubiarkan air mataku terus berlinang. Bayang-bayang Endruw, Anita, perawat-perawat tadi, kecelakaan itu semua berkecamuk di otakku.“Kenapa? Kenapa engkau menjadikan semua seperti ini Ya Allah?” Aku berteriak dengan sangat keras. Kubasuh air mata di kedua pipiku, aku berjalan maju ke depan mendekati jurang. Aku sudah tidak dapat berfikir jernih, aku ingin mengakhiri semuanya. Selangkah lagi menuju gerbang kematian. Aku berhenti melangkah, antara ragu dan yakin. Kuamati sekelilingku, kurasakan tarikan bumi yang memintaku untuk mundur. “Mama.. Firza kangen mama, Firza pengen sama mama”, gumamku lirih yang langsung menghilang oleh terpaan angin. Aku masih terdiam, bahkan kakikupun tidak kuasa untuk
Baca selengkapnya

BAB 16 BICARA BAIK-BAIK

 “Kamu enggak pulang Fir?” Tanya Rani memecahkan lamunanku. Sudah tiga hari aku menginap di rumahnya. Awalnya aku ingin Endruw menjemputku disini tanpa aku minta. Sampai hari ketiga ini ternyata dia sama sekali tidak datang. Bahkan sekedar menanyakan kabarku saja, tidak.“Kamu pulang lah Fir, kamu bicarakan baik-baik sama Endruw. Pasti ada jalan keluarnya kok. LAgian kamu belum pernah kan bicara baik-baik sama dia.” Imbuhnya lagi sambil mengamati raut wajahku. Aku yakin Rani pasti tahu kalau aku sedang bimbang.“Iya, sebaiknya aku pulang.” Jawabku setelah menghembuskan nafas panjang setelah berusaha menghilangkan keraguan di hatiku dan berifikir dengan sehat. Rani benar selama ini aku hanya memendam ketidaksukaaanku pada hubungan Endruw dan Anita sendirian. Mungkin Endruw akan mengerti jika aku mengatakan padanya apa isi di hatiku.Sore ini aku pulang ke rumah Endruw ditemani Rani. Di garasi depan tidak terlihat m
Baca selengkapnya

BAB 17 AKU AJARIN

Di sebuah pantai yang indah, dengan pasir berwarna putih bersih. Sepanjang mata memandang hanya terlihat samudra yang luasnya tak terkira. Saat mendongak sedikit ke atas terlihat matahari yang akan pulang. Sinarnya kian meredup. Pelan-pelan dia menghilang, bersembunyi dibalik awan. Dari kejauhan kulihat seekor kuda putih yang ditunggangi oleh pangeran. Mata pangeran itu begitu tajam dan menatapku dengan penuh paksaan. Kuda itu berlari dengan cepat, dan sebentar lagi sampai padaku. Pangeran itu mengulurkan tangannya mungkin dia akan menggapaiku dan membawaku ikut serta. Namun.. Suara dering ponselku menghilangkan semuanya. Mimpi yang indah itu telah hilang bersamaan dengan nama Rani yang muncul di layar ponsel.Aku mendengus sedikit kesal. Kukumpulkan segala ingatanku, kepalaku tiba-tiba pusing saat teringat pertengkaran dengan Endruw semalam. Dengan segala kekuatan yang aku miliki kucoba untuk duduk sambil mengangkat telfon dari sahabatku ini.“Hallo Ran”
Baca selengkapnya

BAB 18 BODOH

 Aku menutup wajah saat melihat beberapa baju tidur sexy yang telah kubeli bersama Rani di mall. Kuangkat baju berwarna merah berenda. Baju ini hanya terdiri dari celana dalam kecil dan bra yang dibuat berumbai, terkesan sangat sexy. Apalagi warna merah menyalanya yang terlihat menantang. “Ini ya yang namanya lingeri, terus gimana makenya?” Tanyaku pada diri sendiri. Kedua aku mengangkat baju berwarna putih tulang, baju ini terbuat dari bahan kain yang sangat lembut nan halus. Terlihat lebih masuk akal dari baju sebelumnya namun tetap saja terlihat sexy. “Nah ini belahan dadanya kok bisa turun banget.” Kemudian yang ketiga kuangkat sebuah lingeri lagi yang berwarna hitam. Baju ini sangat berani dia hanya menampilkan celana dalam kecil dan bra berenda. “Cuma pake gini doang apa enggak masuk angin”, kataku lagi hampir putus asa.Aku merasa sangat jengkel dengan kelakuan Rani. Siapa lagi kalau bukan dia yang memilihkan semua baju-
Baca selengkapnya

BAB 19 AKU SANGAT MENCINTAIMU

 “Fir, kok gak ada makanan sih. Bik Tuni kemana?” Tanya Endruw lagi. Dan sekali lagi, aku memang sangat bodoh.“Ndruw, makanannya sudah aku siapin di kamr. Kita makan di kamar aja yuk!” Ajakku yang kali ini aku mencoba untuk fokus dan tidak terjebak dengan kebodohan yang aku buat sendiri.Endruw tidak menjawab, dia hanya segera bergegas kembali ke atas untuk masuk ke kamar menuruti perintahku. Aku masuk ke dalam kamar, mencoba membuat suasana kamar seperti apa yang telah aku rencanakan.Di ujung pintu Endruw hanya berdiri tegak sambil melihat ke arah sekeliling, dia pasti bingung dengan apa yang terjadi. “Ada acara apa Fir?” Katanya sambil memasuki kamar. Kuberikan selembar kertas yang bertuliskan kata “Sorry” dengan hiasan-hiasan receh kepada Endruw sambil kujewer telingaku. Aku berharap Endruw mengerti kalau aku minta maaf atas pertengkaran kami tadi malam.Endruw membuka kertas itu dan membac
Baca selengkapnya

BAB 20 SEDIH MELIHATMU SEDIH

 Dijalan Endruw mengendarai mobil dengan ugal-ugalan. Antara rasa lelah setelah seharian bekerja dan rasa cemas memikirkan Anita. Semua yang berada di posisi Endruw pasti akan mengalami hal yang sama. Terlihat jelas kantung mata di bawah kelopak mata Endruw yang menandakan dia sangat mengantuk, begitu pula dengan kecemasan yang tampak juga tersurat di wajahnya.“Ndruw pelan-pelan.” Kataku sambil mengeratkan pegangan tanganku. Endruw hanya menatapku sekilas tanpa membalas ucapanku. Namun dia sedikit menurunkan kecepatan mobilnya, mungkin dia tahu kalau aku sangat ketakutan dengan cara dia mengemudikan mobil malam ini.Sesampainya di rumah sakit Endruw segera berlari ke arah kamar Anita. Aku ikut berlari membelakanginya. Tampak Endruw menyalakan ponsel dan bersiap menghubungi seseorang, mungkin Endruw akan menghubungi Riri.Kamu dimana Ri?Oke aku segera kesanaEndruw berlari mendekati lift, dia masuk ke dalam lift yang kebet
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status