Home / Romansa / Bukan Istri Bayaran / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Bukan Istri Bayaran: Chapter 101 - Chapter 110

119 Chapters

Hotel

Mila tahu yang dia lakukan pada Safa berlebihan. Di rumah Alister Safa diperlakukan seperti tuan Putri, sangat di manja oleh keluarga Alister. Apa pun keinginan Safa  pasti dia dapatkan. Tapi Mila dengan keterbatasannya tidak bisa seperti itu. Mila bisa saja membelikan apa yang diinginkan Safa dengan ATM yang bertengger di dompetnya, tapi saat menggesek ATM itu pasti Alister tahu keberadaan mereka.Mila mundar-mandir di kamarnya, dia bingung harus kemana tidak punya tujuan. Ia juga mematikan ponselnya agar tidak ada yang menelponnya. Di luar sana Alister pasti sudah mengerahkan orang untuk mencarinya. Atau lebih baik dia menyerahkan diri pada Alister.Tapi jika dia kembali dia harus terima jika Alister membelenggunya dengan kemarahan suaminya itu. Mila menggeleng. Besok pagi dia harus segera keluar dari hotel ini. Sialnya Mila tidak punya pekerjaan dan tempat tinggal untuk menopang hidupnya."Ayo Mila berpikir."
last updateLast Updated : 2021-09-06
Read more

Ketakutan

POV Mila.Kepalaku sakit mungkin ini pengaruh karena terantuk badan mobil saat aku dipaksa masuk ke mobil. Bagian pergelangan tangan kiriku terasa perih dan aku merasakan benda tajam setajam pisau menempel di sana. Aku tidak bisa bergerak karena tanganku diikat di depan."Jangan berteriak kalau masih mau hidup." Tangannya yang kuat menghantam kepalaku agar kepalaku tertunduk. Pria di sampingku mengumpat-umpat dengan kasar, dan saat kesadaranku pulih aku baru sadar kami berada di lampu merah. Dia sengaja menutup tanganku yang terikat di atas paha dengan kain. Saat mobil kembali berjalan, beberapa kilometer ke depan petugas polisi menghadang mobil kami. Mereka sedang melakukan pemeriksaan pada setiap mobil yang lewat."Ah...""Diam! Kamu mau mencari perhatian orang di sekitar sini?" Dia semakin menekan pisaunya di atas ikatan tali tanganku. Aku seperti tidak punya tulang karena shock. Tidak bisa bergerak, tubuhku terhimpit ke pojok karena tubuh
last updateLast Updated : 2021-09-06
Read more

Penculik

POV MilaKepalaku semakin sakit, segalanya seperti sedang bergerak lambat. Sebagian dari diriku masih berpikir ini tidak benar-benar terjadi, tapi sebagian perasaanku lagi tampak jelas. Aku berjongkok dibawah pohon, menarik ujung bajuku hingga terkoyak. Kurasakan perih dibagian pergelangan tanganku ini bekas pisau penjahat tadi.Aku shock melihat darah dari tanganku mengalir terus, bajuku juga sudah basah karena darah. Kulipat kain sobekan bajuku lalu kuikat dibagian kulitku yang menganga."Aku harus tetap hidup. Safa... maafin mami, sayang." Semoga Alister sudah menemukan anaknya. Aku berusaha menenangkan diri. Keadaan gelap membuatku aman karena aku bisa bersembunyi, tapi tanganku gemetar karena takut... aku takut gelap. Kuletakkan telapak tanganku ke mulut menahan tangisku.Aku takut sekali. Aku duduk menarik kakiku untuk merapat ke depan dada. Jalanan ini sepi tidak ada rumah atau toko orang berjualan.
last updateLast Updated : 2021-09-06
Read more

Promise

POV Mila.Aku yakin banget kalau ayahku masih hidup dia akan menghajar pria yang membuatku sedih dan akan melindungiku seperti emas yang berharga. Sayangnya Alister tidak mempunyai bapak mertua yang membuatnya harus laporan jika terjadi apa-apa padaku. Nasib anak yatim-piatu.Sampai di kamar Alister bersedekap dada bersender di dinding menontonku yang sedang membuka baju, lengan tangan kiriku masih sakit jadi aku susah bergerak."Mas, Mila gak usah mandi ya untuk hari ini saja." Ucapku memohon, dia memandangku dengan dahi yang mengkerut. "Kalau aku bau Mas bisa tidur di sofa." Kataku lagi.Dia menegakkan tubuhnya. "Kita kan sekamar. Tidur di sofa juga bau kamu tetap masuk ke hidungku. Entah berapa ton keringat yang kamu keluarkan hari ini." Aku mencebikkan bibir bawah mendengar keluhannya. Hal wajar aku berkeringat, mengingat kejadian yang kualami. Lagian ketiakku tidak memproduksi k
last updateLast Updated : 2021-09-06
Read more

Sewaan

POV: Alister.Hawa dan perasaanku hari ini sungguh membuat moodku buruk, sekarang aku bahkan bermalas-malasan di atas tempat tidur. Untungnya Mila membangunkanku dengan kelembutannya. Kalau tidak aku mungkin tak ingin bergerak dari tempat tidur.Jangan tanya mengapa. Hatiku berasa hampa yang entah kenapa. Untuk keluar rumah aku benar-benar males sekali. Mungkin karena kata-kata Mila yang kemarin membuatku sentimental seperti ini. Dia tahu aku tak bisa berpisah dengannya tapi dia malah membicarakan perpisahan.Hanya membayangkan saja rasanya duniaku berhenti berputar apalagi kalau ketakutannya menjadi nyata. Tapi aku tahu kenapa Mila bicara ngawur begitu. Ini semua karena yang terjadi padanya. Aku mengikuti kata-kata Sam untuk bersabar dan mengikuti proses kalau aku tidak mau kena masalah lagi. Kalian tentu ingat bagaimana aku memukul Wisnu, atasan Sam.Fuck! Dia membuatku menjadi seperti seorang kriminal.
last updateLast Updated : 2021-09-06
Read more

Meski itu

Hidup adalah serangkaian perubahan alami dan spontan. Jangan melawan yang menciptakan... biarkan kenyataan menjadi kenyataan. Biarkan segala sesuatu mengalir secara alami meski itu adalah kedukaan.Tangisan orang-orang di sekitar Alister seperti alunan music piano untuk mengantar seseorang pergi jauh. Tiba-tiba seorang wanita berambut coklat bergaun hitam memeluk Alister sambil terisak."Ali, Oma kamu telah pergi jauh. Dia belum sempat bicara dengan kamu." Seru Nandia terisak kuat sambil memegangi lengan keponakannya. "Oma kamu udah pergi, Al!"Air mata adalah kata-kata yang tidak bisa diungkapkan oleg hati, tapi Alister tidak mengeluarkan air matanya. Matanya terbelalak dan nafasnya tercekat melihat tubuh Neneknya terbaring dengan wajah pucat seperti kapas.  Dia masih tidak percaya keadaan ini.Di kantor tadi Jovanka hanya mengatakan Mila menyuruhnya pulang. Tapi tidak menyangka dia pulang ketika Nen
last updateLast Updated : 2021-09-06
Read more

Menjadi layu

POV MilaSaat rasa rindu tak bisa ditahan, aku sadar Ibu dan Ayahku benar-benar bernilai dalam hidupku. Dan sekarang kamu Mas yang ada dalam hatiku. Tetes air matamu, membuatku layu. Aku tahu Mbah sangat berarti untuk kamu, dia yang menjaga kamu sampai kamu seperti sekarang.Kehilangan membuat aku belajar untuk terima dan mensyukuri dengan apa yang masih  kupunya.  Aku berdiri di depan pintu kamar Mbah dan mendapati diriku sedang menangis. Semenjak Mbah meninggal Mas Alister jarang bicara padaku, dia mengurung dirinya di kamar Mbah.Mas... aku tahu kedukaan kamu, penyesalan kamu yang belum bisa membahagiakan Mbah.  Terlintas di benakku saat aku mendengar suara isakmu yang begitu menyedihkan. Lantas aku teringat bagaimana kamu dan Mbah tak bicara di meja makan seperti biasa.Itu semua karena aku...Aku masih berdiri di depan pintu kamar Mbah, mendengar suara isakan Mas Alister. Dia sangat terpukul dan menyalahkan di
last updateLast Updated : 2021-09-06
Read more

Gazebo

Alister menatap kamar Neneknya yang besar. Tapi mengapa hawa terasa panas meski masih dinyalakan AC. Ia terduduk di tepi ranjang menatap kosong ke arah foto Nenek dan kakeknya, mereka seperti sedang tersenyum padanya.Baru saja Alister menerima panggilan dari pengacara keluarganya yang mengurus tentang harta keluarga mereka. Harusnya ia merasa gembira menerima seluruh aset keluarganya, tapi Alister malah merasa semakin terbebani.Jujur sekarang ia merasa tidak layak untuk mendapatkan semuanya. Mengingat bagaimana dia mengabaikan Neneknya untuk mengurus hal pribadinya. Jadi apakah Alister masih layak mendapatkan semua itu?Tanpa disadari Alister Safa diam-diam membuka pintu kamar, lalu mencondongkan kepalanya. Mengintip apakah ayahnya ada di dalam situ, ah... Safa benar-benar bosan tidak ada yang menemani bermain."Siapa di situ?" Alister menoleh ke arah pintu dengan mata memicing. "Sayang? Sedang apa di si
last updateLast Updated : 2021-09-06
Read more

Sudut jendela

POV Mila.Aku terduduk di Gazebo sampai langit menjadi gelap, lampu-lampu di rumah sudah hidup begitu juga lampu-lampu di taman dan sekitaran kolam di depan Gazebo. Aku sedikit takut karena suasana di taman begitu sunyi, beranda yang mengelilingi sisi  taman sangat luas, bunga-bunga bermekaran berwarna-warni mengelilingi taman itu. Aroma bunga menyengat dalam penciumanku.Mas Alister tidak mendatangiku untuk menyuruhku masuk ke rumah.Dia mengabaikan aku. Sungguh aku berharap dia menggendongku masuk ke dalam dan membawaku ke kamar.  Dan sekarang yang kulakukan adalah masuk ke kamar dan mengganti baju lalu tidur. Percuma mengharap pada orang yang merasa dirinya paling menderita. Di kamar hanya aku sendiri.Aku keluar dari kamar mencari Safa, tapi tidak ada siapa pun yang kudapatkan di rumah itu.  Ruang tengah, dapur, kamar, dan juga kamar biasa Safa bermain. Aku bingung kemana semua orang, b
last updateLast Updated : 2021-09-08
Read more

Kamar tamu

POV Mila.Paginya aku bangun dan mendapati diriku di atas sofa dengan selimut, Alister.... pasti dia yang melakukan ini. Menutupi tubuhku agar tidak kedinginan. Aku berjalan ke belakang, yang membuka pintu dapur. Tampak beberapa pelayan sedang sibuk di sana begitu juga Bu Sena."Kamu sudah bangun?" Sapaan itu dari Bu Sena. Aku tidak mengerti kadang dia bersikap formal padaku dan kadang seperti aku anaknya. "Kamu belum mandi, mau minum teh dulu?" ujarnya dengan tersenyum. Kebetulan dia sedang membuat teh dengan teko berwarna bening."Gak, Bu. Aku mau membuatkan Mas Alister sarapan." Ucapku sambil meletakkan penggorengan di atas kompor untuk di panaskan. "Tapi sarapan Tuan Alister sudah dibuatkan. Tinggal teh ini yang belum selesai."Aku menoleh padanya. "Dia suka kopi, teh juga dia mau minum. Tapi kalau pagi-pagi dia minum kopi." Aku mematikan kompor lalu berinisiatif membuat kopi. Aku yang tahu dan terbiasa melakukan apa pun untuk suamiku.
last updateLast Updated : 2021-09-08
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status