Beranda / Romansa / Bukan Istri Bayaran / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Bukan Istri Bayaran: Bab 91 - Bab 100

119 Bab

Dark

POV Alister Aku bernafas lega, menyelusuri kulitnya yang mulus dengan telapak tanganku yang kasar. Menangkup kedua gundukan yang terasa pas di tanganku. Seolah miliknya tercipta hanya untukku. Begitu lembut dan kenyal, begitu harum dan memabukkan. Mulutnya yang terngaga kecil sangat seksi seolah memintaku untuk menghisap ke dalam mulutnya.  Mila sangat sempurna untuk menjadi wanitaku. Aku menyukai segalanya tentang istriku, kecuali pembangkangnya. Aku tahu dia ingin bebas seperti burung di udara. Tapi aku tidak ingin mengambil resiko dengan kehilangan Mila. Tidak ada wanita yang bisa membuatku merasakan getaran seperti yang kurasakan padanya."Mas..." Suara Mila terdengar kehabisan nafas. "Kenap-a... gak marah..."Aku mengelus bagian dadanya yang cantik, dia mahkluk seksi yang malang karena aku tidak pernah bosan dengan tubuhnya. "Menurutmu?" tanyaku. Wanita ini terkadang aneh, saat emosiku mel
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-03
Baca selengkapnya

Makan Siang

POV AlisterMungkin aku terlalu percaya pada polisi, menyepelekan masalah ini. Jadi akibatnya seperti ini. Aku tidak memberitahuku masalah ini pada keluargaku, karena itu akan membuat mereka panik dan mungkin saja Tante Nandia akan mengusulkan kami untuk pindah negara. Aku tidak berpikir akan terjadi hal ini, bukan aku ingin meloloskan pelakunya. Tapi karena aku seorang pengacara yang lebih tahu tentang hukum. Aku bisa saja menggerakkan bodyguardku mencari pelakunya lalu membantainya, bila perlu mutilasi... tapi aku tidak ingin Mila jadi janda di usia muda. Jadi aku harus mengikuti proses hukum.Mobilku telah terparkir di rumah sakit. Kenapa aku ke sini? Kalian akan tahu nanti. Aku harus tenang... pikiranku harus fokus. Tapi tetap saja Mila membuatku khawatir. Apa dia sekarang sudah bangun? Aku menyimpan handphone-nya agar dia tidak mengamuk menelponku. Jangan anggap aku keterlaluan, ini untuk kepentingan Mila."Dia pengas
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-03
Baca selengkapnya

Hadiah

Malam itu Diva duduk didekat jendela, menatap langit yang bertabur bintang. Dan malam ini juga terang bulan membuat langit semakin cantik, tapi suasana hatinya tidak juga semakin membaik. Jam dinding menunjukkan pukul sepuluh malam, belum ada tanda-tanda kepulangan Alister.Kelopak matanya menurun melihat gerbang masih sunyi. Mila menghela nafas karena bosan dan kesal.Sudah tiga hari ini Alister mengurungnya seperti tahanan. Ia pikir hanya satu hari saja nyatanya masih berlanjut hukuman Alister ini. Sesekali Sena datang membawa makanan, dia tidak mau membuat Sena kena masalah jadi tidak memberontak pada pelayan itu. Good girl.Tidak lama ia melihat gerbang terbuka. Mobil mewah sedang meluncur di pekarangan rumah. Dengan cepat Mila berlari ke arah ranjang pura-pura tertidur."Lihat saja siapa yang kalah." Gumam Mila menarik selimutnya hingga ke atas dada.Dengan jantung berdebar M
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-03
Baca selengkapnya

Keluar

Perlahan mata Alister terbuka, dia terdiam sejenak kesadarannya belum penuh. Saat menoleh ke samping wajah Mila tampak pulas dalam tidurnya. Alister tersenyum, memiringkan tubuhnya, menatap Mila dengan menopang kepalanya pada tangannya.Jemarinya menyelusuri kulit lengan Mila, wanita itu bergerak merespon sentuhannya. Lalu tangannya mengelus pipi istrinya sambil memperhatikan bulu mata lentik Mila yang turun, dari pipi pindah ke bibir bawah Mila. Baginya Mila paling cantik dan seksi, Mila menggeliat dan memeluk pinggangnya. "I love you, sayang."Setelah mencium kening Mila Alister turun dari tempat tidur lalu berjalan ke kamar mandi. Selesai mandi ia mendapati istrinya sudah bangun dan duduk di tepi ranjang menunggunya. Padahal dia sengaja bangun pelan-pelan agar tidak membangunkan Mila-nya."Mau kerja Mas sayang?" satu alis Alister naik mendengar sebutan 'Mas sayang' Alister hanya menganggu
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-05
Baca selengkapnya

Iga Bakar

POV Alister.Setelah aku menyewa orang untuk menyelidiki kasus Lily diam-diam tidak banyak yang kudapat. Mereka melaporkan kegiatan Lily sehari-hari sewaktu hidup. Membawa Safa bermain ke taman, dia ke kampus, setiap jam tujuh pagi dia membuang sampah ke luar. Mereka juga mengirimi CCTV di sekitar Apartemen. Tidak ada tanda-tanda Lily mempunyai musuh, yang aneh adalah cara berpakaian Lily yang terkesan selalu mengikuti style Mila. Dalam CCTV tertangkap Lily selalu terdiam menatap Mila.Bukti autopsi pun tidak mengarah pada pelaku siapa pun selain membuktikan Lily mengalami penganiayaan hingga merenggut nyawanya.Jadi aku menyelidiki kasus ini dimulai dari Lily. Aku sudah ke rumah sakit tapi Mang Udin belum juga siuman, dia bernafas dibantu dengan tabung oksigen."Mas ngerjain apa?" Mila mundar-mandir dibelakangku dan sesekali dia melirik ke arah laptopku."Ga-gak. Ini lagi liat berkas kasu
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-05
Baca selengkapnya

Nenek

"Sadis sekali cara pembantaiannya. Padahal yang jadi korban adalah wanita. Kenapa mereka bisa setega ini?" desis Jeha frustasi. Kedua matanya terlihat sangat sedih dan juga marah."Pelaku membawa mayat Lily ke mobil setelah memastikan Lily telah meninggal. Dia melenyapkan segala bentuk peninggalan jejaknya." Ujar Sam. Polisi sekaligus adik ipar Nandia."Kurasa dia sudah memusnahkannya." Jeha menoleh dengan wajah ngeri. Alister tidak duduk, dia berdiri berkacak pinggang  menatap lurus pada layar itu. Dia sedang memikirkan sesuatu.Alister sedang berada di kantor polisi bersama dengan beberapa polisi yang menangani kasus Mila. Di dinding seperti layar tancap  yang memperlihatkan keseluruhan luka-luka Lily. Sam mematikan laptopnya setelah menunjukkan luka-luka Lily.Beberapa menit kemudian lampu-lampu di ruang itu menyala, barulah nampak seperti pertemuan polisi. Alister tidak ditemani Agreva karena
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-05
Baca selengkapnya

Benar

POV Mila."Tinggalkan Alister dan katakan kamu ingin berpisah." Ucapan itu membuat kakiku lemas, aku nyaris terjatuh di lantai.  Kata-kata itu masih terngiang di telingaku. Mbah telah meninggalkan ruang latihan ini tanpa memberi kesempatan untukku bicara. Mungkin karena banyak mengeluarkan tenaga setelah banyak bergerak latihan Muang Thai, aku tidak memiliki tenaga lagi."Mila kamu gak-papa?" Jovanka menghampiriku dengan wajah cemas, mengelus bahuku lembut. Sedangkan Agreva telah pergi mencari tahu keadaan Alister. "Kamu jangan khawatir Pak Alister akan menangani Neneknya.""Ya Mbak. Aku percaya Mas Alister gak akan ninggalin aku. Tapi aku gak mau Mbah jadi sedih, aku gak mau Mbah benci sama aku."Keheningan cukup lama di ruangan ini sampai aku akhirnya memutuskan mengganti baju. Aku sudah menunggu Mas Alister menjemputku di kantor seperti janjinya akan cepat datang setelah urusannya selesai. Tapi sudah jam segini dia belum
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-05
Baca selengkapnya

Toilet

Malam-malam begini aku mencari penginapan, aku masih punya cukup uang tunai di dompetku. Aku bukan orang susah, tidak. Aku orang susah tapi Alister memenuhi dompetku dengan macam-macam ATM dan uang tunai. Dan yang sekarang kulakukan adalah mematikan Handphone-ku agar tidak ada yang menghubungiku.Malam ini aku memutuskan untuk menginap di hotel, tidak ada pilihan lain. Kasihan Safa sudah sangat lelah. Saat aku hendak memberikan KTP jantungku berpacu cepat saat resepsionis menatapku. Apa dia mengenalku? Nama KTP ku Karmila saja tidak ada embel-embel Bagaskara-- rasanya tidak ada masalah bukan."Berapa malam?""Semalam saja." Jawabku. "Bisa tolong kembalikan KTP saya. " Pintaku setelah dia memeriksa identitasku."Ini, Bu. Terima kasih."Aku mengangguk cepat. Aku bergegas menuju kamar kami. Kalau memang sudah begini nasibku, baik akan kujalani. Bertahan sekuat apa pun y
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-05
Baca selengkapnya

Harus kuat

Ketika Alister pulang ke rumahnya yang pertama kali ia cari adalah istrinya. Baru satu hari ia di tahan karena memukul polisi, sehari baginya setahun jika tidak bertemu dengan istrinya. Namun yang ia dapatkan adalah Oma-nya yang terbaring di atas ranjang dengan wajah pucat tak berdaya.Melihat pemandangan itu kepala dan hatinya berdenyut-denyut tidak nyaman. Ia meringis melihat wanita yang selalu menjaganya sekarang terlihat tak berdaya. Alister tidak tahu mengapa baru sehari tidak di rumah banyak hal yang terjadi di rumahnya. Dokter yang memeriksa Oma-nya berpesan agar jangan membuat wanita tua itu banyak pikiran. Hollsyit!! Alister meruntukki dirinya atas apa yang terjadi pada Oma-nya. Dia bahkan rela jika harus bertukar posisi dengan wanita itu, biar dia yang merasakan kesakitan Oma-nya. Nandia duduk di hadapan Alister yang berdiri. Ia sebenarnya merasa bersalah karena harus membohongi Alister, tapi melihat keadaan ibunya
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-06
Baca selengkapnya

Bicara saja

"Mami jangan menyalahkan diri terus. Kita memang mengusir Mila, tapi Safa di bawa Mila bukan karena mami yang ngusir. " Nandia mengatakan dengan penuh penekanan. Di atas ranjang wanita tua dengan kulit berkeriput itu tampak sangat sedih. "Kita sudah menawarkan uang tunjangan untuknya." Kata Nandia angkuh. "Kalau kurang dia bisa minta lagi berapa pun yang dia mau. Tapi dia malah membawa kabur Safa."Pagi itu saat Nandia masuk ke kamar ibunya, dia mendapatkan ibunya sedang menangis terisak. Nandia yakin ibunya menangis karena kepergian Mila yang membawa Safa. Nandia duduk dengan tubuh tegak di sofa. Kedua tangannya bersedekap di depan dada."Lalu bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Safa dan Mila?" Nenek tua itu menggeleng membayangkan hal buruk terjadi pada mereka.Ketika Mila melarikan diri, sehari sebelumnya. Dia sempat bertemu dengan Sam, adik dari suami Nandia. Pria itu menc
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status