Semua Bab My Husband Your Husband: Bab 81 - Bab 90

109 Bab

Bag 1

POV Rasyid Hidupku kini telah sempurna. Memiliki seorang istri secantik Yasmin dan sangat taat beragama. Mungkin aku sebagai laki-laki tertinggal jauh darinya dalam hal itu. Tapi aku merasa sangat beruntung, akhirnya sekian lama aku menunggu Yasmin resmi menjadi milikku. Kekasih halalku. Tidak hanya itu, hidupku pun kini di lengkapi dengan kehadiran Aska sebagai warna tersendiri dalam perjalananku. Bocah kecil itu sudah aku anggap seperti anakku sendiri  jauh sebelum aku menjadi ayah sambungnya. Selain dia anak yang cerdas, Aska juga anak yang sangat menggemaskan hingga aku sangat menyayanginya. "Yas!" panggilku pada wanita yang menyandarkan kepalanya pada dadaku.  Sedari tadi sepertinya istriku sangat senang berlama-lama menyadarkan kepalanya pada dadaku. Mendengarkan ritme jantungku yang masih belum teratur setelah pertempuran menyenangkan antara aku dan
Baca selengkapnya

Bag 2

Aku segera menepikan mobil yang kukendarai ke tepi jalan. Sebentar saja aku lengah, pasti wanita yang sudah berada di ujung pagar pembatas jembatan itu terjun ke jurang di mana air sungai bengawan solo mengalir dengan deras yang mampu menengelamkan siapapun yang menjatuhkan diri di dalamnya. Wanita itu menoleh, saat sorot lampu mobilku menangkap bayangan tubuhnya. Aku segera turun dan mempercepat langkah kakiku untuk mendekatinya sebelum wanita dengan gelagat bunuh diri itu benar-benar terjun dari tebing jembatan. "Mbak, Mbak mau ngapain?" sergahku pada wanita yang menampakkan wajah sembabnya kepadaku saat aku tiba. "Pergi, jangan urusin aku. Aku mau mati!" balasnya sesenggukan. Air matanya berlinang membasahi pipi bersama gerimis yang tak kunjung berhenti membasahi kami.  Aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapapun untuk dimintai pertolonga
Baca selengkapnya

Bag 3

POV Reza.   "Mau kemana Za, udah sih di rumah aja. Nanti juga kalau Mas udah dapat proyek lagi Mas akan kasih apa yang kamu mau." Mas Rio menarik pergelangan tanganku, hingga tubuhku kembali terduduk di kursi sofa tempat ia berada saat ini.   "Mas, kemarin kita udah jual kulkas, bulan lalu jual mesin cuci sekarang kita mau jual apa lagi Mas. Lama-lama semua barang milikku bakalan habis cuma gara-gara ngurusin Mas yang pengangguran," umpatku kesal pada Mas Rio.   "Iya Za, maaf, toh aku kan sudah berusaha ngajuin proyek sana sini, kalau emang belum dapat mau gimana lagi dong. Mas kan cuma bisa berusaha dan Allah yang menentukan," kilahnya lagi, selalu nama Tuhan yang ia bawa membuatku semakin benci sekali dengan Mas Rio.   Aku menghela nafas panjang, bosan juga ternyata mendengar alasan Mas Rio yang itu-itu saja. "Mas, ada nga
Baca selengkapnya

Cerai lagi

"Lagi cari apa Mbak Reza?" tanya Mas Rasyid diikuti ulasan senyuman ramah. Sejenak aku bergeming. Mataku tak berkedip melihat pada Mas Rasyid, pria dewasa yang kini muncul di hadapanku. Bukan perasaan cinta, hanya saja jarang-jarang ada suami yang mau belanja keperluan anak di pusat perbelanjaan seperti ini. Karena kini aku sedang berada diantara deretan baju khusus anak-anak. "Oh, ini Mas lagi cari baju untuk Mira!" ucapku.   "Anaknya Mbak Reza?"  Aku mengangguk lembut, padahal tujuanku adalah mencarikan seragam untuk anak-anak didikku di sekolah. Tapi, gara-gara baju lucu yang sepertinya cocok sekali buat Amira membuatku terseret sampai di sini. "Oh, ya sudah silahkan dilanjut," sahut Mas Rasyid melangkahkan kaki menjauh dariku. 'Ayo Za, deketin kapan lagi kamu bisa dek
Baca selengkapnya

Pulang Ke Rumah

"Aku tidak suka Mas ngatur-ngatur hidup aku. Jika Mas tidak bisa membuat aku bahagia ya Mas nggak perlu nuntut apapun sama aku, ingat ya Mas, Mas cuma numpang di rumah ini," cetusku dengan menatap nyalang pada Mas Rio. Wajah' Mas Rio yang merah padam sama sekali tak bergeming. Sorot matanya tajam menatap ke arahku kemudian berlalu meninggalkanku dengan kesal. "Enak saja, udah nggak bisa ngasih duit pakai acara sok-sokan," rutukku meraih tubuh Amira yang terlihat ketakutan melihat pertengkaran antara aku dan Mas Rio. ***** Beberapa kali aku menyicipi masakan yang masih ada di atas kompor. Kutambahkan sedikit garam dan penyedap rasa karena menurutku sayur lodeh yang kubuat kurang asin tidak pas seperti biasanya. Mira berlari menghampiriku di dapur. Menarik daster yang aku kenakan. "Sebentar Mira, Mama lagi masak
Baca selengkapnya

Curiga

POV Yasmin  Aska melonjak kegirangan saat Bang Rasyid pulang membawa beberapa buah tangan untuk kami. Ia segera berhambur memeluk Bang Rasyid saat pria itu tiba di rumah.  "Ayah, bawa oleh-oleh apa?" Mata bocah berusia tujuh tahun lebih itu melirik pada beberapa kantong yang berada di tangan Bang Rasyid.   "Ini buat Aska, ini buat umi dan ini untuk kak Ratih," jelas Bang Rasyid mengangkat satu persatu Kantong plastik hitam yang dibawanya.   "Yeah terimakasih ayah," sahut Aska menerima bungkusan plastik hitam dari tangan Bang Rasyid dan segera berlari masuk ke dalam kamar setalah mendapatkan apa yang diinginkannya.     "Kalau yang ini, untuk istri Abang tercinta." Bang Ras
Baca selengkapnya

Ratih

Aku mendengus berat, berjalan gontai menuju ruang makan. Gadis keras kepala itu sama sekali tidak pernah menurut padaku dan dia akan selalu membuatku terlihat' bersalah di depan Bang Rasyid.       "Loh, mana Ratih?" Tanya Bang Rasyid padaku saat aku tiba di depan meja makan.         "Dia tidak mau makan, Bang," sahutku parau.       Bang Rasyid mengusap lembut bahuku. Pria bertubuh tegap itu bangkit dari tempat duduknya. Tangannya meraih piring kosong dan mengambilkan nasi serta lauk pauk yang ada di atas meja makan hingga piring itu terisi penuh. Kemudian Ia membawakannya ke kamar Ratih.     'Apa yang salah denganku, padahal aku sudah berusaha bersikap sebaik mungkin pada Ratih tapi g
Baca selengkapnya

Rencana Rasyid

Perlahan aku menyeret langkah kakiku yang terasa berat masuk ke dalam rumah. Bang Rasyid yang melihat kehadiranku segera bangkit lalu menyambutku. Tapi entah mengapa justru perasaan buruk kian menyelimuti hatiku saat melihat Reza duduk di ruang tamu rumah kami. Ribuan pernyataan kian memenuhi benakku.Aku mengecup lembut punggung tangan Bang Rasyid. Lelaki itu pun membalas dengan mengusap lembut ujung kerudung yang aku kenakan."Ada apa ini, Mas?" tanyaku dengan nada suara bergetar menahan sesuatu yang mengganjal di dalam dada."Yas, kemarilah, kenalkan ini adalah Reza, guru les yang akan mengajar Aska di rumah. Bukankah kamu selalu mengeluhkan tidak ada waktu untuk mengajar Aska kan, jadi aku memutuskan untuk mencarikan guru les untuk Aska," beo Bang Rasyid bagaikan petir yang menyambar di siang bolong.Aku masih terpaku, menatap nanar dan penuh kebencian kepada wanita yang kini sedang menyunggingkan seny
Baca selengkapnya

Adu Domba

POV RezaAkhirnya aku bisa masuk dalam kehidupan Bang Rasyid. Sepertinya lelaki itu begitu percaya dengan ucapanku dan tidak sulit untuk merayu dan mengambil hati Bang Rasyid."Kamu yakin akan kerja di sana?" ucap Mama saat aku mengemasi barang-barangku ke dalam koper.Aku menoleh kepada wanita yang berdiri di ambang pintu kamarku. "Iya Ma, maka dari itu aku titip Amira di sini!" ucapku sekilas melihat pada Mama yang terus mengawasiku sedari tadi kemudian kembali berfokus kepada koper yang berada di depanku yang sudah penuh dengan beberapa potong baju dan barang-barang yang akan aku butuhkan di rumah Bang Rasyid nantinya."Reza, sudahlah! Lebih baik kamu lanjutkan saja pekerjaanmu menjadi seorang guru. Toh, bukankah menjadi seorang PNS adalah impianmu sejak dulu," ucap Mama diikuti suara derap langkah kaki yang semakin mendekat ke arahku. Wajah' wanita itu terlihat getir melihat padaku.Ak
Baca selengkapnya

Kelakuan Ratih

POV Yasmine."Aku titip Ratih Yas, tolong awasi dia!" Bang Rasyid menggenggam erat kedua tanganku  seraya menjatuhkan tatapan lekat. Tergambar jelas kasih sayang pada Ratih dari sorot mata Bang Rasyid."Jangan biarkan dia pergi bersama lelaki manapun, Yas! Aku takut hal buruk terjadi padanya," ucap Bang Rasyid dengan sorot mata menerawang jauh."Insya Allah aku akan menjaga Ratih, Bang! Sekalipun aku tau Ratih belum bisa ....!"Bang Rasyid meletakkan jari telunjuknya di depan bibirku. "Percayalah Yas, Ratih hanya butuh waktu dan setelah itu semuanya pasti akan baik-baik saja!" Bang Rasyid mengusap pucuk kerudung yang aku kenakan mencoba untuk menyakinkan aku.Aku menghela nafas panjang, menatap pada benda pipih yang berada di tanganku. Setelah perdebatan panjang yang terjadi antara aku dengan Ratih. Bagaimana bisa aku tidak marah dengan gadis muda itu. Bisa-bisanya Ia keluar rumah tan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status