POV Yasmine.
"Aku titip Ratih Yas, tolong awasi dia!" Bang Rasyid menggenggam erat kedua tanganku seraya menjatuhkan tatapan lekat. Tergambar jelas kasih sayang pada Ratih dari sorot mata Bang Rasyid.
"Jangan biarkan dia pergi bersama lelaki manapun, Yas! Aku takut hal buruk terjadi padanya," ucap Bang Rasyid dengan sorot mata menerawang jauh.
"Insya Allah aku akan menjaga Ratih, Bang! Sekalipun aku tau Ratih belum bisa ....!"
Bang Rasyid meletakkan jari telunjuknya di depan bibirku. "Percayalah Yas, Ratih hanya butuh waktu dan setelah itu semuanya pasti akan baik-baik saja!" Bang Rasyid mengusap pucuk kerudung yang aku kenakan mencoba untuk menyakinkan aku.
Aku menghela nafas panjang, menatap pada benda pipih yang berada di tanganku. Setelah perdebatan panjang yang terjadi antara aku dengan Ratih. Bagaimana bisa aku tidak marah dengan gadis muda itu. Bisa-bisanya Ia keluar rumah tan
POV Reza"Tolong awasi adik dan istriku. Aku dengar istriku masih sering menemui mantan suaminya. Jadi kalau ada apa-apa tolong segera hubungi aku," tukas Mas Rasyid di balik telepon membuat sebuah senyuman terbit dari kedua sudut bibirku."Baik Mas, aku pasti akan membantu Mas Rasyid," jawabku.'Tentu saja aku akan membantumu Mas, tapi bukan membantumu untuk semakin dekat dengan Yasmin. Namun, justru sebaliknya."Aku tidak tau Reza, pada siapa lagi aku harus meminta tolong untuk hal ini. Karena beberapa hari ini aku harus tetap stay di Bojonegoro mengurusi proyekku yang baru mulai di satu sisi aku sangat menyayangi Yasmin, Za. Tetapi sepertinya dia masih menyimpan perasaan pada suaminya," tutur Mas Rasyid dengan nada lesu."Mas tenang saja, aku pastikan Mbak Yasmin dalam keadaan aman bersamaku," balasku dengan nada bersahabat."Baiklah Za, terimakasih atas bantuanmu!" uca
POV YasminByur!Belum sempat aku menerima suapan dari tangan Mas Bagas, seseorang sudah menyiram tubuh Mas Bagas dengan minuman yang berada di atas meja.Kedua mataku membelalak saat melihat seseorang yang melakukan perbuatan itu adalah Bang Rasyid. Takut dan terkejut kini berkumpul menjadi satu membuncah memenuhi dadaku. Aku segera bangkit, melihat' pada lelaki yang melemparkan tatapan nyalang kepada Mas Bagas. Kedua tangannya mengepal siap untuk meninju Mas Bagas."Kamu bukan siapa-siapa, Yasmin!" cerca Bang Rasyid mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Mas Bagas yang masih terhenyak oleh kedatangan lelaki itu.Kini lelaki yang sedang dikuasai oleh amarah itu menoleh padaku dengan tatapan tajam yang menghunus. Dengan kasar Bang Rasyid meraih pergelangan tanganku. "Ayo pulang!" sergahnya menahan amarah. Menatap tajam padaku.Aku masih limbung, "Bang, aku bisa
Aku terdiam melihat Bang Rasyid yang terlihat sedang menikmati pijatan lembut Reza. Byangan keberanian itu hanyalah sebuah lamunan semu yang tidak akan mungkin bisa aku lakukan untuk saat ini. Bukan karena aku takut, aku hanya ingin tahu apa yang sebenarnya Reza rencanakan masuk kembali dalam kehidupanku. Apakah wanita itu ingin membalas dendam padaku atau ... Tidak, aku tidak akan membiarkan dia merebut Bang Rasyid dariku seperti saat ia merebut Mas Bagas dariku.Aku memutar tubuhku kembali ke dalam kamar. Aku yakin Bang Rasyid tidak akan tergoda dengan Reza sedikitpun. Dan semua masalah yang tercipta diantara aku dan Bang Rasyid hanya sebuah kesalahpahaman saja.*****Hari ini aku memutuskan untuk berdiam diri di rumah. Aku ingin menyelidiki apa yang sebenarnya sudah Reza lakukan di rumah ini. Aku merasa wanita itu sudah tidak beres.Aku melihat secangkir kopi hangat dengan kepulan asap putih di udara su
POV BagasSepanjang perjalanan menuju rumah, Aska hanya terdiam dengan bibir mengerucut. Sorot matanya melihat pada pemandangan yang berada di luar kaca mobil. Tidak seperti biasanya, putraku yang periang bersikap aneh seperti ini."Aska, mau makan apa sayang?" tanyaku memecah keheningan yang tercipta diantara kami.Aska hanya menggeleng tanpa menoleh sedikitpun padaku. Wajah murung itu masih ia tergores pada wajahnya. Celotehan dengan banyak permintaan kini tak terdengar dari bibirnya.Aska berhambur menjatuhkan pelukan pada ibu yang duduk di kursi roda saat kami tiba di rumah. Beberapa saat Aska menenggelamkan tubuhnya dalam pelukan ibu."Ada apa Aska? Tumben sekali kamu seperti ini," ucap Ibu seraya mengusap lembut punggung Aska yang berada di dalam pelukannya."Aku kangen sama Nenek!" lirih Aska.Ibu tergelak tawa mendengar ucapan Aska. "Memangnya suda
POV Yasmine"Abang!" Aku tercekat saat melihat Bang Rasyid tiba-tiba muncul di ruang kerjaku dan menarik tubuh Mas Bagas lalu menghujaninya dengan bogem mentah."Dasar lelaki tidak tahu diri!" hardik Bang Rasyid menarik tubuh Mas Bagas yang tersungkur lalu menghujani wajah' lelaki itu dengan tinjuan lagi."Cukup Bang! Cukup!" teriakku berusaha melerai perkelahian yang terjadi diantara Bang Rasyid dan Mas Bagas.Bruakk!Tubuhku tersungkur saat Bang Rasyid menepis kasar tanganku yang berusaha menarik tubuhnya. "Abang, cukup Abang!" tangisku pecah' di sudut ruangan dengan rasa sakit yang menjalar pada bagian pinggangku.Lelaki itu dengan membabi buta menghajar Mas Bagas tanpa ampun. Terlihat darah segar membasahi pelipis Mas Bagas yang sama sekali tidak melakukan perlawanan sedikitpun pada Bang Rasyid."Ayo lawan aku! Dasar lelaki banci!" hardik Bang Rasyid p
POV Rasyid"Entahlah aku merasa jika istriku masih memiliki hati pada suaminya," aduku pada Reza. Aku tidak tau harus kepada siapa aku mengadu semua keluh kesah ini. Karena kini ini hanya Reza lah teman yang dapat aku percayai."Kenapa Mas bisa bicara seperti itu?" sahut wanita yang duduk di sampingku dengan sorot mata penuh tanya.Aku menghela nafas panjang. Ada rasa yang mengganjal kerongkonganku saat aku teringat sikap canggung Yasmin setiap kali aku ingin menyentuhnya. Ia terlihat ragu dan terpaksa melakukan hal itu denganku. Aku kira setelah pendekatanku yang cukup lama dapat membuat Yasmin melupakan lelaki yang sudah menghianatinya. Tetapi ternyata aku salah, seburuk apapun jika orang sudah mencintai maka dia akan tetap mencintainya."Aku tidak perlu menjelaskan alasanku kepadamu. Hanya saja aku meminta tolong padamu, tolong awasi setiap gerak gerik istriku selama kamu tinggal di rumahku. Karena sela
"Reza!" Wanita yang tengah terisak itu berlari tanpa mempedulikan panggilanku. Hampir saja ia bertabrakan dengan Ratih yang muncul pada pintu kamar."Kak Reza!"Ratih tercekat melihat Reza tiba-tiba menangis keluar dari dalam kamarku."Ada apa dengan Kak Reza, Bang?" tanya Ratih padaku yang kini hampir ke dekat pintu.Aku mendengus kasar. "Tidak ada apa-apa!" sahutku melihat pada kepergian Reza menaiki anak tangga menuju lantai atas."Abang bohong!" cetus Ratih dengan wajah kesal.Aku menoleh kepada gadis muda yang kini sudah mengenakan pakaian tertutup sesuai dengan permintaan Reza."Abang pasti sudah melukai hati Kak Reza, kan?" cetus Ratih dengan nada menuduh kepadaku."Tidak, ini bukan urusan kamu!" balasku memutar tubuh. Namun tiba-tiba sebuah tangan menarik pergelangan tanganku membuat langkah kakiku terhenti."Tungg
POV Yasmin.Lagi-lagi aku gagal dalam membina rumah tangga. Entah di mana letak kesalahanku, aku pun juga tidak tau. Tapi seolah ketidakberuntungan ini selalu berjalan mengikutiku.Aku menyeret koper yang berisi pakaianku masuk ke dalam rumah. Rumah yang dulu pernah aku tinggalin bersama anak dan ibu mertuaku. Kini, aku sudah kehilangan semuanya atas kesalahanku sendiri atau mungkin sudah menjadi garis illahi.Aku meninggalkan rumah ini baru hitungan minggu. Sama seperti umur pernikahanku dengan Bang Rasyid yang masih seumur jagung. Namun kini telah dilanda dengan badai besar yang mungkin saja akan memporak porandakan semuanya.Coba saja Bang Rasyid mau mendengarkan ucapanku. Mungkin saja semua tidak akan seperti ini. Memasukkan orang asing dalam rumah tangga, sama seperti halnya membunuh diri sendiri.Ah ... Tidak ada lagi gunanya merutuki yang sudah terjadi. Toh selama ini aku sudah memb
POV author.15 tahun kemudianLangit masih saja sama. Mendung datang bergulung-gulung. Lelaki bertubuh tinggi besar itu mempercepat langkah kakinya menuju sebuah rumah sederhana. Kedua tangannya menutup bagian kepalanya agar rintik hujan tidak membahasi tubuhnya. Menurut mitos hujan pertama kali itu bikin sakit.Cekret!Suara derit pintu yang terbuka menandakan bahwa pintu itu sudah lama tidak diberi pelumas. Seseorang yang duduk pada bangku kursi goyang melihat ke arah kedatangan lelaki tampan berkulit sawo matang yang menenteng sebuah kantong plastik di tangannya."Aska!" suara serak itu menandakan bahwa kini usia lelaki yang duduk di kursi goyang itu sudah tidak lagi muda. Sebuah senyuman tersungging dari bibir lelaki tua itu saat melihat kedatangan Aska."Papa, maaf jika aku terlambat datang ke sini. Tadi hujan turun cukup deras, jadi aku memutuskan untuk tinggal di ka
POV Reza"Apa? Bagaimana bisa?" Aku terhenyak saat salah satu karyawan tempatku karaoke melaporkan bahwa ada satu dari karyawanku yang membawa uang kantor."Bodoh!" hardikku kesal pada seorang karyawan yang mengadu kepadaku."Berapa juta uang yang dibawa oleh kariawan itu?" cetusku bersungut-sungut. Dadaku bergemuruh menahan amarah yang membuncah.Gadis muda yang tertunduk lesu di hadapanku itu tak bergeming. Sesekali ia melirik ke arahku dengan wajah' takut. "Sekitar seratus juta, Bu!" lirihnya seraya mengigit bibir bawahnya."Apa?" Seketika kedua bola mataku membulat penuh dan hampir lepas dari cangkangnya. "Seratus juta!" Kepalaku terasa berdenyut. Hampir saja tubuhku jatuh pingsan mendengar kerugian tempat karaoke yang baru saja aku rintis. Bagaimana bisa semua seperti ini."Bu Reza, Bu Reza!" Seseorang membantuku duduk pada bangku sofa saat aku hampir terjatuh. Dadaku
POV Bagas"Apakah kamu yakin Yasmin akan menerima kamu kembali, Bagas?" suara renta itu terdengar meragukanku.Bayangan pantulan wanita yang berada di kursi roda itu dari cermin itu terus mengawasiku. Aku tak bergeming, melihat pantulan diriku pada cermin yang berada di depanku."Aku yakin Bu, Yasmin pasti akan kembali padaku!" sahutku sekilas menoleh ke balik punggung.Aku segera menyelesaikan persiapanku. Meskipun aku bisa melihat dengan jelas keraguan dari wajah Ibu."Bagas!" lirih Ibu saat aku menyambar kunci mobil yang berada di atas nakas.Wajah sendu itu mengawasiku yang berjalan menghampirinya. "Ada apa ibu?" tanyaku menjatuhkan tubuhku di depan kedua pangkuan ibu."Jangan terlalu mengharapkan Yasmin. Kini Yasmin sudah memiliki kehidupan sendiri. Berhentilah mencintainya, Bagas!"Sorot mata nanar itu menatap lekat padaku. Aku tersenyum k
POV Yasmin."Meskipun aku masih mencintai Mas Bagas. Tapi aku tidak mungkin meninggalkan Bang Rasyid. Karena bagaimanapun juga aku sudah berjanji pada diriku sendiri, apapun yang terjadi aku akan mempertahankan pernikahan ini sampai kapanpun," batinku."Tidak Bang! Aku sudah mengubur semua kenanganku bersama Mas Bagas," jawabku.Lelaki yang duduk di hadapanku tersenyum bahagia melihat padaku. Sorot matanya nanar namun penuh haru. Perlahan lelaki itu pun bangkit mendekatiku lalu menjatuhkan pelukannya pada tubuhku."Terimakasih, Yas! Terimakasih!" ucap Bang Rasyid menghujani wajahku dengan kecupan. Begitu juga dengan Aska yang berada di pangkuanku. Kami saling berpelukan penuh kasih sayang.Beberapa saat Bang Rasyid tenggelam dalam kesedihan dan rasa haru. Sementara aku, bayangan Mas Bagas sedikitpun tidak beranjak dari benakku meskipun kini Bang Rasyid berada di sampingku.
POV Rasyid.Semua sudah terjadi dan tidak mungkin kembali. Dari rekaman CCTV rumah aku bisa tau siapakah yang sudah mencuri hartaku. Dalam rekaman itu terlihat jelas sese"Lihat, sekarang kamu bisa melihat siapakah Reza sebenarnya kan?" cetusku pada Ratih yang duduk di sampingku.Gadis muda itu hanya terdiam, tidak mampu berucap apapun. Wajahnya pun seketika berubah pucat. Tergambar jelas penyesalan dari wajah gadis itu."Maaf Abang!" lirih Ratih. Sesaat kemudian terdengar isakan yang disertai dengan bahu yang bergerak naik turun. Meskipun wajahnya tertunduk, aku bisa melihat jika gadis itu kini sedang menangis."Coba saja kamu mau mendengar nasehat Abang dan Mbak Yasmin, pasti semua tidak akan terjadi seperti ini Ratih!" cetusku benar-benar sangat kecewa pada Ratih. Aku terduduk lesu, menatap iba pada Ratih.Gadis muda itu hanya terisak. Tidak seperti biasanya berani mela
POV Reza."Baiklah! Jika kamu memang menolakku Mas. Tidak apa-apa, tapi setidaknya aku harus mengeruk habis semua harta-harta kamu hingga kamu jatuh miskin.""Kak Reza!"Ratih tiba-tiba muncul dari balik pintu kamarku. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya memelukku dengan terisak membuatku tersadar dari lamunan."Ada apa Ratih?" tanyaku bersikap hangat kepada gadis bodoh yang mudah sekali untukku peralat.Beberapa saat Ratih terus menangis sesegukan. Ia menumpahkan semua beban yang berada di dalam dadanya. Tanpa aku tau apa yang sudah membuatnya menangis.Perlahan kulepaskan pelukan Ratih dari tubuhku. "Ada apa Ratih, katakanlah!" bujukku agar gadis itu berhenti menangis.Butiran bening dari dua bola mata itu justru semakin mengalir deras. Satu tangan Ratih menyodorkan sesuatu kepadaku."Astaga! Ratih!" sergahku terkejut saat meraih tespek berga
POV Rasyid"Karena pasien yang bernama Ratih Wijayanti tidak menggunakan BPJS maka untuk bagian administrasinya sebesar dua ratus juta. Ini perinciannya ya, Pak!" Wanita yang berada di loket administrasi itu memberikan rincian biaya pengobatan Ratih kepadaku."Baik Mbak, hari ini juga akan saya lunasi," ucapku pada wanita itu."Oh, ya Mbak bagaimana dengan tagihan pasien' atas nama Yasmin, apakah sudah dibayar?" imbuhku penasaran.Rasa malu bertemu dengan Yasmin membuatku mengurungkan diri untuk menjenguknya. Terlalu banyak kesalahan yang sudah Ratih lakukan kepada wanita itu begitu juga dengan diriku. Namun, justru Yasminlah yang sudah datang untuk menolong Ratih."Sebentar ya, Pak?" Wanita itu terlihat mengetikkan sesuatu pada keyboard, sesekali sorot matanya melihat pada layar monitor yang menyala."Untuk biaya pengobatan pasien yang bernama Yasmin sudah dilunasi
POV Yasmine"Terima kasih Mas sudah datang di saat yang tepat. Maaf aku sudah membohongi Mas Bagas!"Lelaki itu menyungingkan ulasan senyuman kecil padaku. "Iya Yas, sama-sama!" sahut Mas Bagas terdengar begitu lembut."Lalu bagaimana dengan pemuda itu, Mas!" tanyaku penasaran dengan nasib pacar Ratih yang tega ingin menggugurkan darah dagingnya sendiri."Polisi sudah meringkusnya bersama Dokter abal-abal itu. Semoga saja mereka mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan yang sudah mereka lakukan," sahut Mas Bagas."Lalu ..!""Ratih!" seru Mas Bagas memotong ucapanku. Seolah lelaki itu sudah tahu pertanyaan apalagi yang akan aku lontarkan kepadanya.Aku mengangguk lembut. "Ratih sudah melewati masa kritisnya. Meskipun terjadi luka pada rahimnya dan memungkinkan dia tidak akan bisa memiliki anak lagi.""Astaghfirullahaladzim!" Aku tid
POV RasyidTiba-tiba Reza menghilang bagaikan ditelan bumi. Wanita itu seolah tahu bahwa sebentar lagi keluarga dan suaminya akan datang ke sini untuk mencarinya. Ratih hanya mengatakan bahwa ia sempat mengantarkan Reza menuju terminal sebelum akhirnya nomor ponsel Reza pun tidak dapat dihubungi. Apakah kini aku sedang tertipu? Tidak aku rasa tidak, tapi mengapa Reza melarikan diri dari semua orang.Kuhempaskan tubuhku pada tepi ranjang berukuran king size yang berada di kamar Reza. Semua barang-barang wanita itu sudah raib tak tersisa. Sejenak aku berpikir, sepertinya Reza sudah merencanakan kepergiannya.Aku meraih ponsel yang berada di dalam saku celana. Beberapa kali benda pipi itu bergetar. Sesaat aku menjatuhkan pandanganku pada layar ponsel yang masih berkedip. Sebuah nomor tanpa nama sedang melakukan panggilan padaku."Halo!" sapaku setelah menekan tombol hijau pada layar"Ha