"Lagi cari apa Mbak Reza?" tanya Mas Rasyid diikuti ulasan senyuman ramah.Sejenak aku bergeming. Mataku tak berkedip melihat pada Mas Rasyid, pria dewasa yang kini muncul di hadapanku. Bukan perasaan cinta, hanya saja jarang-jarang ada suami yang mau belanja keperluan anak di pusat perbelanjaan seperti ini. Karena kini aku sedang berada diantara deretan baju khusus anak-anak."Oh, ini Mas lagi cari baju untuk Mira!" ucapku."Anaknya Mbak Reza?"Aku mengangguk lembut, padahal tujuanku adalah mencarikan seragam untuk anak-anak didikku di sekolah. Tapi, gara-gara baju lucu yang sepertinya cocok sekali buat Amira membuatku terseret sampai di sini."Oh, ya sudah silahkan dilanjut," sahut Mas Rasyid melangkahkan kaki menjauh dariku.'Ayo Za, deketin kapan lagi kamu bisa dek
"Aku tidak suka Mas ngatur-ngatur hidup aku. Jika Mas tidak bisa membuat aku bahagia ya Mas nggak perlu nuntut apapun sama aku, ingat ya Mas, Mas cuma numpang di rumah ini," cetusku dengan menatap nyalang pada Mas Rio.Wajah' Mas Rio yang merah padam sama sekali tak bergeming. Sorot matanya tajam menatap ke arahku kemudian berlalu meninggalkanku dengan kesal."Enak saja, udah nggak bisa ngasih duit pakai acara sok-sokan," rutukku meraih tubuh Amira yang terlihat ketakutan melihat pertengkaran antara aku dan Mas Rio.*****Beberapa kali aku menyicipi masakan yang masih ada di atas kompor. Kutambahkan sedikit garam dan penyedap rasa karena menurutku sayur lodeh yang kubuat kurang asin tidak pas seperti biasanya.Mira berlari menghampiriku di dapur. Menarik daster yang aku kenakan."Sebentar Mira, Mama lagi masak
POV YasminAska melonjak kegirangan saat Bang Rasyid pulang membawa beberapa buah tangan untuk kami. Ia segera berhambur memeluk Bang Rasyid saat pria itu tiba di rumah."Ayah, bawa oleh-oleh apa?" Mata bocah berusia tujuh tahun lebih itu melirik pada beberapa kantong yang berada di tangan Bang Rasyid."Ini buat Aska, ini buat umi dan ini untuk kak Ratih," jelas Bang Rasyid mengangkat satu persatu Kantong plastik hitam yang dibawanya."Yeah terimakasih ayah," sahut Aska menerima bungkusan plastik hitam dari tangan Bang Rasyid dan segera berlari masuk ke dalam kamar setalah mendapatkan apa yang diinginkannya."Kalau yang ini, untuk istri Abang tercinta." Bang Ras
Aku mendengus berat, berjalan gontai menuju ruang makan. Gadis keras kepala itu sama sekali tidak pernah menurut padaku dan dia akan selalu membuatku terlihat' bersalah di depan Bang Rasyid. "Loh, mana Ratih?" Tanya Bang Rasyid padaku saat aku tiba di depan meja makan. "Dia tidak mau makan, Bang," sahutku parau. Bang Rasyid mengusap lembut bahuku. Pria bertubuh tegap itu bangkit dari tempat duduknya. Tangannya meraih piring kosong dan mengambilkan nasi serta lauk pauk yang ada di atas meja makan hingga piring itu terisi penuh. Kemudian Ia membawakannya ke kamar Ratih. 'Apa yang salah denganku, padahal aku sudah berusaha bersikap sebaik mungkin pada Ratih tapi g
Perlahan aku menyeret langkah kakiku yang terasa berat masuk ke dalam rumah. Bang Rasyid yang melihat kehadiranku segera bangkit lalu menyambutku. Tapi entah mengapa justru perasaan buruk kian menyelimuti hatiku saat melihat Reza duduk di ruang tamu rumah kami. Ribuan pernyataan kian memenuhi benakku.Aku mengecup lembut punggung tangan Bang Rasyid. Lelaki itu pun membalas dengan mengusap lembut ujung kerudung yang aku kenakan."Ada apa ini, Mas?" tanyaku dengan nada suara bergetar menahan sesuatu yang mengganjal di dalam dada."Yas, kemarilah, kenalkan ini adalah Reza, guru les yang akan mengajar Aska di rumah. Bukankah kamu selalu mengeluhkan tidak ada waktu untuk mengajar Aska kan, jadi aku memutuskan untuk mencarikan guru les untuk Aska," beo Bang Rasyid bagaikan petir yang menyambar di siang bolong.Aku masih terpaku, menatap nanar dan penuh kebencian kepada wanita yang kini sedang menyunggingkan seny
POV RezaAkhirnya aku bisa masuk dalam kehidupan Bang Rasyid. Sepertinya lelaki itu begitu percaya dengan ucapanku dan tidak sulit untuk merayu dan mengambil hati Bang Rasyid."Kamu yakin akan kerja di sana?" ucap Mama saat aku mengemasi barang-barangku ke dalam koper.Aku menoleh kepada wanita yang berdiri di ambang pintu kamarku. "Iya Ma, maka dari itu aku titip Amira di sini!" ucapku sekilas melihat pada Mama yang terus mengawasiku sedari tadi kemudian kembali berfokus kepada koper yang berada di depanku yang sudah penuh dengan beberapa potong baju dan barang-barang yang akan aku butuhkan di rumah Bang Rasyid nantinya."Reza, sudahlah! Lebih baik kamu lanjutkan saja pekerjaanmu menjadi seorang guru. Toh, bukankah menjadi seorang PNS adalah impianmu sejak dulu," ucap Mama diikuti suara derap langkah kaki yang semakin mendekat ke arahku. Wajah' wanita itu terlihat getir melihat padaku.Ak
POV Yasmine."Aku titip Ratih Yas, tolong awasi dia!" Bang Rasyid menggenggam erat kedua tanganku seraya menjatuhkan tatapan lekat. Tergambar jelas kasih sayang pada Ratih dari sorot mata Bang Rasyid."Jangan biarkan dia pergi bersama lelaki manapun, Yas! Aku takut hal buruk terjadi padanya," ucap Bang Rasyid dengan sorot mata menerawang jauh."Insya Allah aku akan menjaga Ratih, Bang! Sekalipun aku tau Ratih belum bisa ....!"Bang Rasyid meletakkan jari telunjuknya di depan bibirku. "Percayalah Yas, Ratih hanya butuh waktu dan setelah itu semuanya pasti akan baik-baik saja!" Bang Rasyid mengusap pucuk kerudung yang aku kenakan mencoba untuk menyakinkan aku.Aku menghela nafas panjang, menatap pada benda pipih yang berada di tanganku. Setelah perdebatan panjang yang terjadi antara aku dengan Ratih. Bagaimana bisa aku tidak marah dengan gadis muda itu. Bisa-bisanya Ia keluar rumah tan
POV Reza"Tolong awasi adik dan istriku. Aku dengar istriku masih sering menemui mantan suaminya. Jadi kalau ada apa-apa tolong segera hubungi aku," tukas Mas Rasyid di balik telepon membuat sebuah senyuman terbit dari kedua sudut bibirku."Baik Mas, aku pasti akan membantu Mas Rasyid," jawabku.'Tentu saja aku akan membantumu Mas, tapi bukan membantumu untuk semakin dekat dengan Yasmin. Namun, justru sebaliknya."Aku tidak tau Reza, pada siapa lagi aku harus meminta tolong untuk hal ini. Karena beberapa hari ini aku harus tetap stay di Bojonegoro mengurusi proyekku yang baru mulai di satu sisi aku sangat menyayangi Yasmin, Za. Tetapi sepertinya dia masih menyimpan perasaan pada suaminya," tutur Mas Rasyid dengan nada lesu."Mas tenang saja, aku pastikan Mbak Yasmin dalam keadaan aman bersamaku," balasku dengan nada bersahabat."Baiklah Za, terimakasih atas bantuanmu!" uca
POV author.15 tahun kemudianLangit masih saja sama. Mendung datang bergulung-gulung. Lelaki bertubuh tinggi besar itu mempercepat langkah kakinya menuju sebuah rumah sederhana. Kedua tangannya menutup bagian kepalanya agar rintik hujan tidak membahasi tubuhnya. Menurut mitos hujan pertama kali itu bikin sakit.Cekret!Suara derit pintu yang terbuka menandakan bahwa pintu itu sudah lama tidak diberi pelumas. Seseorang yang duduk pada bangku kursi goyang melihat ke arah kedatangan lelaki tampan berkulit sawo matang yang menenteng sebuah kantong plastik di tangannya."Aska!" suara serak itu menandakan bahwa kini usia lelaki yang duduk di kursi goyang itu sudah tidak lagi muda. Sebuah senyuman tersungging dari bibir lelaki tua itu saat melihat kedatangan Aska."Papa, maaf jika aku terlambat datang ke sini. Tadi hujan turun cukup deras, jadi aku memutuskan untuk tinggal di ka
POV Reza"Apa? Bagaimana bisa?" Aku terhenyak saat salah satu karyawan tempatku karaoke melaporkan bahwa ada satu dari karyawanku yang membawa uang kantor."Bodoh!" hardikku kesal pada seorang karyawan yang mengadu kepadaku."Berapa juta uang yang dibawa oleh kariawan itu?" cetusku bersungut-sungut. Dadaku bergemuruh menahan amarah yang membuncah.Gadis muda yang tertunduk lesu di hadapanku itu tak bergeming. Sesekali ia melirik ke arahku dengan wajah' takut. "Sekitar seratus juta, Bu!" lirihnya seraya mengigit bibir bawahnya."Apa?" Seketika kedua bola mataku membulat penuh dan hampir lepas dari cangkangnya. "Seratus juta!" Kepalaku terasa berdenyut. Hampir saja tubuhku jatuh pingsan mendengar kerugian tempat karaoke yang baru saja aku rintis. Bagaimana bisa semua seperti ini."Bu Reza, Bu Reza!" Seseorang membantuku duduk pada bangku sofa saat aku hampir terjatuh. Dadaku
POV Bagas"Apakah kamu yakin Yasmin akan menerima kamu kembali, Bagas?" suara renta itu terdengar meragukanku.Bayangan pantulan wanita yang berada di kursi roda itu dari cermin itu terus mengawasiku. Aku tak bergeming, melihat pantulan diriku pada cermin yang berada di depanku."Aku yakin Bu, Yasmin pasti akan kembali padaku!" sahutku sekilas menoleh ke balik punggung.Aku segera menyelesaikan persiapanku. Meskipun aku bisa melihat dengan jelas keraguan dari wajah Ibu."Bagas!" lirih Ibu saat aku menyambar kunci mobil yang berada di atas nakas.Wajah sendu itu mengawasiku yang berjalan menghampirinya. "Ada apa ibu?" tanyaku menjatuhkan tubuhku di depan kedua pangkuan ibu."Jangan terlalu mengharapkan Yasmin. Kini Yasmin sudah memiliki kehidupan sendiri. Berhentilah mencintainya, Bagas!"Sorot mata nanar itu menatap lekat padaku. Aku tersenyum k
POV Yasmin."Meskipun aku masih mencintai Mas Bagas. Tapi aku tidak mungkin meninggalkan Bang Rasyid. Karena bagaimanapun juga aku sudah berjanji pada diriku sendiri, apapun yang terjadi aku akan mempertahankan pernikahan ini sampai kapanpun," batinku."Tidak Bang! Aku sudah mengubur semua kenanganku bersama Mas Bagas," jawabku.Lelaki yang duduk di hadapanku tersenyum bahagia melihat padaku. Sorot matanya nanar namun penuh haru. Perlahan lelaki itu pun bangkit mendekatiku lalu menjatuhkan pelukannya pada tubuhku."Terimakasih, Yas! Terimakasih!" ucap Bang Rasyid menghujani wajahku dengan kecupan. Begitu juga dengan Aska yang berada di pangkuanku. Kami saling berpelukan penuh kasih sayang.Beberapa saat Bang Rasyid tenggelam dalam kesedihan dan rasa haru. Sementara aku, bayangan Mas Bagas sedikitpun tidak beranjak dari benakku meskipun kini Bang Rasyid berada di sampingku.
POV Rasyid.Semua sudah terjadi dan tidak mungkin kembali. Dari rekaman CCTV rumah aku bisa tau siapakah yang sudah mencuri hartaku. Dalam rekaman itu terlihat jelas sese"Lihat, sekarang kamu bisa melihat siapakah Reza sebenarnya kan?" cetusku pada Ratih yang duduk di sampingku.Gadis muda itu hanya terdiam, tidak mampu berucap apapun. Wajahnya pun seketika berubah pucat. Tergambar jelas penyesalan dari wajah gadis itu."Maaf Abang!" lirih Ratih. Sesaat kemudian terdengar isakan yang disertai dengan bahu yang bergerak naik turun. Meskipun wajahnya tertunduk, aku bisa melihat jika gadis itu kini sedang menangis."Coba saja kamu mau mendengar nasehat Abang dan Mbak Yasmin, pasti semua tidak akan terjadi seperti ini Ratih!" cetusku benar-benar sangat kecewa pada Ratih. Aku terduduk lesu, menatap iba pada Ratih.Gadis muda itu hanya terisak. Tidak seperti biasanya berani mela
POV Reza."Baiklah! Jika kamu memang menolakku Mas. Tidak apa-apa, tapi setidaknya aku harus mengeruk habis semua harta-harta kamu hingga kamu jatuh miskin.""Kak Reza!"Ratih tiba-tiba muncul dari balik pintu kamarku. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya memelukku dengan terisak membuatku tersadar dari lamunan."Ada apa Ratih?" tanyaku bersikap hangat kepada gadis bodoh yang mudah sekali untukku peralat.Beberapa saat Ratih terus menangis sesegukan. Ia menumpahkan semua beban yang berada di dalam dadanya. Tanpa aku tau apa yang sudah membuatnya menangis.Perlahan kulepaskan pelukan Ratih dari tubuhku. "Ada apa Ratih, katakanlah!" bujukku agar gadis itu berhenti menangis.Butiran bening dari dua bola mata itu justru semakin mengalir deras. Satu tangan Ratih menyodorkan sesuatu kepadaku."Astaga! Ratih!" sergahku terkejut saat meraih tespek berga
POV Rasyid"Karena pasien yang bernama Ratih Wijayanti tidak menggunakan BPJS maka untuk bagian administrasinya sebesar dua ratus juta. Ini perinciannya ya, Pak!" Wanita yang berada di loket administrasi itu memberikan rincian biaya pengobatan Ratih kepadaku."Baik Mbak, hari ini juga akan saya lunasi," ucapku pada wanita itu."Oh, ya Mbak bagaimana dengan tagihan pasien' atas nama Yasmin, apakah sudah dibayar?" imbuhku penasaran.Rasa malu bertemu dengan Yasmin membuatku mengurungkan diri untuk menjenguknya. Terlalu banyak kesalahan yang sudah Ratih lakukan kepada wanita itu begitu juga dengan diriku. Namun, justru Yasminlah yang sudah datang untuk menolong Ratih."Sebentar ya, Pak?" Wanita itu terlihat mengetikkan sesuatu pada keyboard, sesekali sorot matanya melihat pada layar monitor yang menyala."Untuk biaya pengobatan pasien yang bernama Yasmin sudah dilunasi
POV Yasmine"Terima kasih Mas sudah datang di saat yang tepat. Maaf aku sudah membohongi Mas Bagas!"Lelaki itu menyungingkan ulasan senyuman kecil padaku. "Iya Yas, sama-sama!" sahut Mas Bagas terdengar begitu lembut."Lalu bagaimana dengan pemuda itu, Mas!" tanyaku penasaran dengan nasib pacar Ratih yang tega ingin menggugurkan darah dagingnya sendiri."Polisi sudah meringkusnya bersama Dokter abal-abal itu. Semoga saja mereka mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan yang sudah mereka lakukan," sahut Mas Bagas."Lalu ..!""Ratih!" seru Mas Bagas memotong ucapanku. Seolah lelaki itu sudah tahu pertanyaan apalagi yang akan aku lontarkan kepadanya.Aku mengangguk lembut. "Ratih sudah melewati masa kritisnya. Meskipun terjadi luka pada rahimnya dan memungkinkan dia tidak akan bisa memiliki anak lagi.""Astaghfirullahaladzim!" Aku tid
POV RasyidTiba-tiba Reza menghilang bagaikan ditelan bumi. Wanita itu seolah tahu bahwa sebentar lagi keluarga dan suaminya akan datang ke sini untuk mencarinya. Ratih hanya mengatakan bahwa ia sempat mengantarkan Reza menuju terminal sebelum akhirnya nomor ponsel Reza pun tidak dapat dihubungi. Apakah kini aku sedang tertipu? Tidak aku rasa tidak, tapi mengapa Reza melarikan diri dari semua orang.Kuhempaskan tubuhku pada tepi ranjang berukuran king size yang berada di kamar Reza. Semua barang-barang wanita itu sudah raib tak tersisa. Sejenak aku berpikir, sepertinya Reza sudah merencanakan kepergiannya.Aku meraih ponsel yang berada di dalam saku celana. Beberapa kali benda pipi itu bergetar. Sesaat aku menjatuhkan pandanganku pada layar ponsel yang masih berkedip. Sebuah nomor tanpa nama sedang melakukan panggilan padaku."Halo!" sapaku setelah menekan tombol hijau pada layar"Ha