Home / CEO / My Dad CEO / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of My Dad CEO: Chapter 201 - Chapter 210

225 Chapters

Bab. 200

  Di tengah kegilaan Seo Nari Yo Han hanya terdiam membeku, ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya ini. Buliran air mata perlahan menetes dari kedua mata indahnya. Tubuhnya bergetar hebat. Raymond meraih ponselnya ia menghubungi seseorang untuk membantunya. Yang terdengar hanya teriakan darinya. “Cepat datang kemari Bos!” “Nari, kenapa kau jadi seperti ini?” batinnya. Yo Han mencoba bangkit dari duduknya namun kedua kakinya masih sangatlah lemah hingga membuatnya jatuh dari kursinya. Namun ia tidak putus asa Yo Han merangkat untuk mendekati Nari dengan susah payah. Sedangkan Raymond masih membeku ia tak sanggup bergerak. Di Luar Marvel tengah berjalan dengan gontai, seketika ia mendengar teriakan yang cukup keras. Marvel menyadari jika suara itu berasal dari kamar Nari sehingga ia pun langsung berlari menuju kamarnya. Marvel membelalakan matanya melihat Nari yang histeris melukai dirinya. Ia juga melihat Yo Han yang merangkak maju menuju ran
Read more

Bab. 201

Sepanjang perjalanan menuju kamar Yo Han tak ada yang membuka pembicaraan, keduanya fokus berjalan, yang terdengar hanya langkah kaki dan suara kursi roda yang tengah di dorong. Sesampainya di depan pintu Raymond segera membukakan pintu agar Yo Han bisa masuk. “Mengapa suasana jadi canggung seperti ini?” Raymond terus mendorong kursi roda Yo Han. Raymond menggelengkan kepalanya kala melihat kaki Yo Han yang mulai mengeluarkan darah, dari balik baju pasiennya juga ada bercak darah, menunjukkan lukanya kembali terbuka. “Lihatlah lukamu itu kembali terbuka. Tampak begitu menyakitkan bagiku.” Ujar Raymond tetapi Yo Han tidak bereaksi sama sekali. Raymond menghela napasnya karena diabaikan oleh Yo Han. “Aku akan membantumu berbaring selagi menunggu dokter datang.” Raymond bersiap untuk mengangkat dan memindahkan tubuh Yo Han ke ranjangnya. Tanpa suara rintihan atau apa pun Yo Han tetap bungkam meski lukanya tertekan atau pun kakinya yang terbentur ujung ra
Read more

Bab. 202

Dinginnya malam semakin menusuk hingga ke tulang-tulangnya, Seo Joon berdiri di luar rumah sakit ia masih memikirkan keadaan mental Nari yang hancur, rasa cinta dan ingin memiliki itu semakin mencekiknya hingga ia tak mampu bernapas.  Seo Joon memejamkan matanya mencoba merasakan angin lembut yang menyentuh kulitnya namun, terasa begitu dingin bagaikan dinginnya kutub  utara.Seo Joon menghisap rokok yang ada di sela jari-jari rampingnya. Asap rokok yang dikeluarkannya berkerlap-kerlip di antara gelapnya malam. Sosoknya yang tinggi tegap itu berdiri dengan menengadahkan kepalanya ke atas menatap betapa gelapnya langit malam.“Ah, kenapa malam ini begitu suram?” Seo Joon menghembuskan nafasnya. Ia kembali melihat dirinya sendiri.“Ah, betapa menyedihkannya diriku!” Seo Joon mematikan rokoknya. Ia masuk ke dalam mobil dan mengemudikan mobil Bentley Hitamnya meninggalkan rumah sakit. Mobilnya melaju dengan cepat membelah jalanan ma
Read more

Bab. 203

Ke esokan paginya cahaya mentari mulai mengintip di antara sela gorden yang terbuka. Lukas yang masih terlelap itu sedikit terganggu karena silaunya cahaya mengenai wajah tampannya. Lukas terbangun matanya belum sepenuhnya terbuka, terasa begitu berat saat ingin bangun. Salah satu tangannya meraba-raba Conan di sampingnya. Ia merasa ada yang aneh.“Conan!” Lukas setengah berteriak sembari berusaha membuka kedua matanya dengan lebar. Samar-samar suara datang dari arah pintu.“Ayah, kau sudah bangun?” Conan berjalan masuk bersama dengan Athes di belakangnya. Lukas menghembuskan napas leganya saat melihat Conan baik-baik saja.“Kau dari mana? Ayah sangat cemas saat kau tidak ada di samping Ayah.” Di raut wajah Lukas terselip ketakutan."Aku hanya jalan-jalan sebentar dengannya,” sembari menunjuk Athes yang berdiri di belakangnya.“Apa kau sudah sarapan?”“Aku...” Conan tidak mela
Read more

Bab. 204

Saat tengah mengemudi Lukas masih masih kepikiran tentang Conan. Lukas memejamkan kedua matanya. Joe yang duduk di kursi kemudi pun hanya bisa memperhatikan bosnya yang sedang gelisah. Dirinya juga tidak bisa bertanya lebih jauh karena Lukas sangat membenci hal itu. Sesampai nya di perusahan Lukas datang dengan kondisi berantakan, wajahnya yang kuyu namun terkesan menggairahkan bagi siapa pun yang melihatnya. “Presdir,” “Presdir,” “Presdir,” semua orang yang bertemu dengannya di lobi menyapanya dengan sopan dan juga hormat. Sedangkan Lukas hanya berjalan lurus tanpa memedulikan orang-orang yang sudah menyapanya. “Presdir,” Jay segera menghampiri Lukas. Dan mulai membicarakan hal penting yang akan mereka bahas nanti. “Apa yang sebenarnya terjadi?” Lukas bertanya dengan nada suara yang pelan namun, tetap tegas. “Begini Presdir, seseorang telah tertangkap karena melakukan penggelapan pajak perusahaan.” Seketika langkah Lukas terhe
Read more

Bab. 205

Clarisa yang terjerumus ke dalam terpesona kala manik indah milik Lukas menunjukkan pesonanya, Clarisa seakan jatuh semakin dalam. bulu mata yang lebat itu ikut bergetar setiap kali Lukas mengedipkan matanya sembari tersenyum hangat. Di saat Clarisa masih terhipnotis oleh ketampanannya Lukas dengan cepat mengecup bibir ranum Clarisa.Lukas menyunggingkan bibirnya lalu menciumi bibir Clarisa semakin dalam dan lebih dalam lagi, Clarisa yang awalnya terkejut sekarang sudah mengimbangi permainan Lukas. Setelah puas bermain bibir Lukas melepaskan bibir Clarisa ia menatapnya dengan dalam.“Aku menginginkannya!” sorot matanya sudah dipenuhi oleh gairah yang sangat yang membara. Melihat Clarisa menganggukkan kepalanya. mendapat persetujuannya Lukas tersenyum puas ia melepaskan gaun yang dipakai Clarisa dan membuangnya ke sembarang tempat. Ia menciumi kulit putihnya. Dan Clarisa menikmati di setiap sentuhan yang diberikan oleh Lukas.Rintihan kecil mulai meme
Read more

Bab. 206

Clarisa yang menyadari jika ayah mertuanya datang ia segera mendorong Lukas hingga dia terjatuh. Clarisa bangkit ia merapikan dirinya sebelum berbalik untuk menyapa Raven Jiang.“Ayah,” Clarisa menyapanya ia memberikan senyuman pada Raven.“Apa sudah selesai? Jangan hiraukan aku lakukan saja.” Raven sedikit menggoda Lukas dan juga Clarisa.Berbeda dengan Lukas yang merasa tidak ada yang terjadi apa-apa, ia berjalan dengan anggun ke hadapan Raven, ayahnya sendiri.Lukas menepuk-nepuk pakaiannya yang masih berantakan. “Ada apa? Mengapa kau tidak mengetuk pintu lebih dulu?” nada suaranya terdengar sedikit kesal.“Putraku, kau tidak perlu memedulikan ayah. Lakukan saja seperti biasanya.” Ujarnya sembali membalikkan majalah yang ada di tangannya.Wajah Clarisa seketika memerah ia merasa sangat malu mendengar ayah mertuanya terus menggoda Lukas, suaminya.“Ayah, hentikan!”&
Read more

Bab. 207

Satu jam telah berlalu Lukas masih belum sadar, dokter sudah juga sudah mengobati lukanya. Clarisa dan yang lainnya sudah menunggu dengan cemas.“Ayah, kenapa Lukas belum juga sadar?” Clarisa bertanya dengan begitu cemas.“Tenanglah, Dokter sudah bilang bahwa Lukas baik-baik saja. Kita hanya perlu menunggunya siuman.” Raven menenangkan Clarisa.Raven beralih menghampiri Jay untuk menanyakan rapat apa yang akan Lukas dilakukan oleh Lukas. Setelah berbicara Raven memutuskan bahwa dia sendiri yang akan memimpin rapat tersebut.“Kapan dimulainya?” Raven kembali bertanya sembari menatap ke arah Lukas yang masih tidak sadarkan diri.Jay melirik ke arah jam tangannya. “Dua puluh menit lagi Tuan besar.”“Baiklah, mana materinya aku akan mempelajarinya selagi menunggu.” Jay mendengarnya segera menyerahkan materi yang akan di bahas dalam rapat nanti.Lukas perlahan membuka matanya kepa
Read more

Bab. 208

Kini keduanya duduk di hadapan Raven yang menatap keduanya dengan tatapan yang tidak percaya, Raven melipat kedua tangannya di dada. Ia menatap Lukas mau pun Clarisa secara bergantian. Clarisa sangat malu karena hal ini jadi dia tidak sanggup memandang wajah ayah mertuanya itu. “Mengapa selalu mengganggu?” Lukas berkata dengan ketus pada Raven. “Bukan begitu,” Raven menimpalinya. “Jika tidak mengganggu lalu apa?” Nada suaranya terdengar tinggi. Clarisa juga baru pertama kali melihat Lukas semarah itu pada ayahnya sendiri. Clarisa menggenggam tangan Lukas saat ia berusaha meluapkan amarahnya  pada Raven. Ia tersenyum dengan lembut pada Lukas mengisyaratkan untuk berhenti berdebat karena nya. Lukas mencoba mengatur napasnya berusaha untuk tenang, ia menatap Clarisa lembut lalu menarik tangannya hingga Clarisa ikut berdiri bersamanya. Lukas memalingkan pandangannya pada Raven yang masih terheran-heran karena sikap yang ditunjukkan oleh Lukas hari in
Read more

Bab. 209

Cerahnya mentari telah berganti dengan indahnya senja di sore hari. Matahari terbenam membakar seluruh kota hari ini Conan tenggelam ke dalamnya, yang ia lakukan hanya berdiri di depan jendela kaca menikmati semua keindahan yang diberikan Tuhan hari ini. Bersama Athes ia melewati harinya.“Tuan muda, Tuan Besar ingin bicara dengan Anda.” Athes menyerahkan ponselnya. Conan mengulurkan tangannya menerima ponsel Athes.“Halo Ayah ada apa?” Conan berkata sedikit lirih.“Malam ini Ayah tidak bisa pergi menemanimu, ada urusan yang lebih mendesak di sini. Ibumu juga harus menemani Christian.”“Eng, tidak apa-apa. Lagi pula di sini ada Mr. Athes. Tidak perlu cemas semuanya baik-baik saja.” Selesai bicara Conan segera menutup sambungan teleponnya. Ia menatap Athes dengan raut wajah yang tidak berdaya.“Ada apa? Mengapa menatapku seperti itu?” ia bertanya pada Athes yang sedari tadi menatapnya.
Read more
PREV
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status