Beranda / CEO / My Dad CEO / Bab 191 - Bab 200

Semua Bab My Dad CEO: Bab 191 - Bab 200

225 Bab

Bab. 190

Di rumah sakit. Yo Han telah dipindahkan ke bangsal VVIP. Walau masih lemah tetapi Yo Han masih terus mencari-cari wanitanya. Yo Han mengedarkan pandangannya yang bisa dia temukan hanyalah Gerald dan juga Marvel. Ia menghela napasnya. “Apa dia tidak datang?” Marvel dan Gerald tidak bicara sepatah kata pun. Yo Han kembali menghela napasnya dengan berat. Ia memejamkan matanya berharap jika wanitanya datang menghampirinya. Namun, kenyataannya tidak seperti yang di harapkan. Nari tidak pernah datang lagi menemui Yo Han. “Apa kau ingin makan sesuatu?” Gerald bertanya pada Yo Han yang memalingkan wajah darinya. Yo Han hanya menggelengkan kepalanya. Dia tak ingin bicara dengan siapa pun. Yo Han hanya menatap ke arah jendela. “Jika saja tubuhku masih bisa berdiri aku akan berlari menemuinya.” Yo Han mendengus. Sedangkan Gerald dan Marvel hanya diam. “Kau bahkan tidak bisa bangun dari tempatmu! Jangan berlagak sok kuat!” tiba-tiba suara Lukas terdengar
Baca selengkapnya

Bab. 191

Hari telah menjelang sore, panasnya matahari kini telah berganti dengan indahnya senja di sore hari. Clarisa tengah menatap Christian yang sedang bermain dengan Athes. Gelak tawanya terdengar begitu renyah di telinganya. Buuaaarrr...  “Ibu, Aaaahhh!” Christian berteriak kesakitan saat dirinya tidak sengaja tercebur ke dalam sungai kecil yang ada di halaman belakang. Clarisa yang kaget langsung berlari menghampiri Christian yan sudah basah kuyup. Athes yang ada di sisi lain juga berlari dengan cepat saat mendengar teriakan Christian. “Tuan muda, apa Anda tidak apa-apa?” Athes bertanya sembari mengangkat Christian dari air. “Aaaaa, ini sangat menyakitkan!” Christian sedikit berteriak saat Athes memindahkannya. “Bagian mana yang sakit?” Clarisa bertanya dengan cemas saat putranya tengah mengaduh kesakitan. “Kakiku,” Christian berkata dengan lirih. Athes menurunkannya. Ia mencoba memeriksa pergelangan kaki Christian dan benar saja. Ma
Baca selengkapnya

Bab. 192

  Di apartemen Nari tengah terbaring . demamnya sudah reda. Nari tak bisa berbuat apa pun. Dia hanya tertidur seharian. Tetapi mulut dan hatinya tidak. Yang di sebut hanyalah Yo Han dan Yo Han. Hingga membuat Seo Joon geram sendiri. Seo Joon menggosok wajahnya dengan kasar. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia sendiri bahkan sudah kewalahan karena tekanan ayahnya yang tak lain adalah ayah Nari juga. Setelah seharian dia tertidur, Nari terbangung dengan pikiran linglung yang dia tanyakan hanya Yo Han dan Yo Han. “Kakak, bagaimana dengan Yo Han? Apakah dia baik-baik saja?” sorot matanya menunjukan pengharapan yang tiada akhir. Walau dia tahu akhirnya dirinya juga yang akan terluka. “Nari, jika kau masih mencintainya mengapa kau tidak kembali padanya?” “Jika dia mencintaimu tanpa pamrih dan juga tulus. Dia akan menerimamu dalam keadaan seperti apa pun.” Seo Joon tak kuasa saat melihat adiknya kembali terluka. “Kakak tidak tahu bagaim
Baca selengkapnya

Bab. 193

   Seo Joon menatap Nari dengan ratapan kesedihan. Ia menyandarkan tubuhnya pada pintu kamar Nari. Di tempat tidur Nari terlihat damai dan tenang. Seo Joon menghela napasnya lalu meninggalkan Nari yang terlelap.Seo Joon membuat segelas kopi untuk menemaninya, aromanya memberi ketenangan pada dirinya. Perlahan ia berjalan menuju jendela kaca yang besar terpasang di ruang tamu apertemennya. Ia menatap langit begitu mendung seakan hujan akan turun dengan deras. Seo Joon menyesap kopinya, ia begitu menikmati setiap kali kopi melewati lidah dan tenggorokan.Di sisi lain Marvel tengah berada di kafetaria rumah sakit. Pikirannya dipenuhi dengan awan mendung yang gelap. Marvel menyesap kopinya hujan pun turun membasahi bumi tiba-tiba buliran air mata berjatuhan tanpa terkendali.“Ah, kenapa ini?” Marvel mengusap air mata yang membasahi wajahnya. Ia menatap kaca, di sana ada bayangan wajahnya. Seketika Marvel menutup wajahnya dengan satu tangannya
Baca selengkapnya

Bab. 194

Di ruang dokter Lukas senantiasa mendengarkan apa yang tengah dijelaskan oleh dokter. Setelah mendapat penjelasan penjelasan dari dokter tentang kondisi kaki Christian Lukas dapat bernapas dengan lega karena cedera yang didapat tidak terlalu parah.“Christian hanya perlu menggunakan gips di kakinya, dan jangan terlalu banyak membebani kakinya. Selebihnya semua baik-baik saja.” Perkataannya tegas, jelas, singkat dan padat. Sehingga Lukas dapat mengerti dengan cepat.“Sudah kukatakan, semuanya akan baik-baik saja.” Dokter Anand menepuk pelan bahu Lukas. Tiba-tiba ponsel Dokter Anand berdering. Ia melirik layar pnselnya.“Bangsal IGD?” Dokter Anand menjawab panggilan.“Dokter Anand. Conan Jiang jatuh pingsan.” Ia membelalakan kedua matanya, lalu melirik ke arah Lukas yang kebetulan menatap dirinya.“Baik, aku akan segera ke sana!” ujarnya sembari menutup teleponnya.“Ada apa?&rdq
Baca selengkapnya

Bab. 195

  Di bangsal IGD Conan tengah terbaring lemah, Claris begitu cemas hingga dia melupakan putranya Christian yang juga sedang sakit. Dari pintu masuk datang Lukas dengan wajah yang begitu cemas. Ia melihat Conan di ranjang, dan Clarisa duduk di sampingnya sembari memegang tangan kurus dengan jarum infus menacap. “Apa yang terjadi?” Lukas  bertanya. Tetapi tak ada yang bisa menjawabnya. Lukas menatap Gerald tetapi, Gerald hanya menggelengkan kepalanya. Mereka tidak tahu apa yang telah terjadi pada Conan. “Suamiku,” Clarisa memanggilnya dengan mata yang telah berkaca-kaca. “Tenanglah,” Lukas memegang tangan Clarisa. Berusaha menenangkannya. Ia berbalik lalu mendekati Conan yang terbaring. “Conan,” Lukas berusaha memanggilnya dengan pelan di salah satu telinganya. Tetapi, tetap tidak ada jawaban. Di sisi lain dokter Anand sedang berbicara pada staf yang bertugas di bangsal IGD. Ia  bertanya tentang apa yang terjadi pada Conan. Setela
Baca selengkapnya

Bab. 196

  Di koridor rumah sakit Seo Joon duduk termenung, ia mencoba menggali pikirannya. Kepalanya menengadah ke atas sembari memejamkan matanya lalu kambali menunduk.“Bagaimana aku bisa membiarkanmu menderita sendirian?” batinnya.Marvel berlari sekuat tenaga mencari keberadaan Seo Joon. Hingga akhirnya ia melihat Seo Joon menunggu sendirian. sejak awal ia berniat untuk menghampirinya. Tetapi, ia mengurungkan niatnya saat mendapati Seo Joon tengah terisak buliran air mata itu perlahan jatuh tanpa henti.“Seo joon!” seketika ia mengangkat kepalanya. Raut wajahnya dipenuhi kesedihan dan rasa bersalah.“Apa yang terjadi?” Marvel kembali bertanya padanya.“Nari... dia...” Seo Joon tak sanggup mengatakan apa yang terjadi pada Marvel.“Ada apa? Apa yang terjadi pada Nari?” Marvel semakin tidak sabar menunggu jawaban darinya.Seo Joon menghirup udara lalu mengeluarkannya, setelah s
Baca selengkapnya

Bab. 197

Conan tertidur dengan tenang, ia terlihat begitu damai. Samar-samar suara tangisan terdengar di telinganya. Perlahan Conan membuka kedua matanya yang terlihat pertama kali adalah Ibunya Clarisa. Napasnya sedikit berat dengan masker oksigen yang asih terpasang di wajahnya. “Ibu,” Suaranya pelan dan tertahan. Sesekali ia menarik napas panjang. “Sayang, kau sudah sadar?” Clarisa dengan berlinang air mata ia memegang tangan kecilnya. “Mengapa Ibu menangis?” Conan mencoba meraih pipi ibunya. Namun, tangannya masihlah lemah. “Apa aku membuat Ibu sedih,” Conan memejamkan matanya. Berusaha meredam rasa sakitnya Suaranya masih tertahan dan berat hingga Clarisa harus mendekatkan telinganya pada Conan yang sedang berusaha mengeluarkan suaranya. “Christian! Dimana dia?” napasnya naik turun terlihat begitu berat. “Apa?” Clarisa berusaha mendengarkannya dengan baik.             
Baca selengkapnya

Bab. 198

Di ujung koridor terdengar suara langkah kaki. Lukas yang berada di ambang pintu melirik ke arah datangnya suara. Dari sana nampak Athes tengah mendorong kursi roda Christian. Raut wajah Christian begitu tenang layaknya Conan. Lukas tersenyum saat melihat putra keduanya datang lalu berjalan menghampirinya dengan sedih dia berkata. “Christian maafkan Ayah,” Lukas memeluk Christian dengan erat ia bahkan tidak berniat melepaskannya. “Ayah,” Christian sedikit tidak nyaman dibuatnya. Ia menepuk punggung Lukas agar ia mau melepaskan pelukannya. “Ayah, maafkan aku. Seharusnya aku tidak pergi tanpa pamit lebih dulu padamu atau pun pada Ibu.” Christian menundukkan kepalanya tidak berani menatap mata Lukas. “Tidak apa-apa, yang harus meminta maaf adalah Ayah. Karena tanpa sadar Ayah sudah menyakitimu.” Lukas meminta maaf dengan segenap hatinya. Christian tersenyum. “Apa yang kau pikirkan Ayah? Aku bahkan baik-baik saja.” Christian menatap wajah Lukas.
Baca selengkapnya

Bab. 199

  Di sebuah kamar VIP Seo Nari tengah terbaring lemah. Masker oksigen dan peralatan medis lainnya terpasang di tubuhnya. Seo Joon dengan putus asa menemaninya, tiada henti ia terus memanjatkan doa pada Tuhan untuk kesembuhan adiknya. Seo Joon duduk bersimpuh menengadahkan kedua tangannya ke atas. Memohon dengan sungguh dan berlinang air mata.“Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang kau berikan kepada Adikku?”“Jika Pria yang dicintai Adikku bukanlah jodohnya. Maka biarkanlah dia bahagia dengan yang lain!”“Mengapa Engkau terus menguji seberapa besar cinta keduanya? Mereka berdua begitu menderita karena terus saling menyakiti.” Buliran air mata turun tanpa henti membasahi wajah tampannya.“Tuhan, aku sangat berharap jika Adikku dapat bahagia dalam menjalani hidupnya.”“Aku mohon dengan sangat padamu,” Seo Joon menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan dan menangis dengan sesenggukan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status