“Sebagai seorang teman, tentu aja aku merasa menyayangimu, Adrian.”Yah, seharusnya aku tak berharap lebih tentang kalimat Kiana sebelumnya. Tentu saja, dia hanya menganggapku seorang teman. Sebab, seperti itulah adanya.Kami tidak memiliki ikatan yang istimewa sehingga dapat dikatakan sebagai dua insan yang menyatu dalam cinta dan kasih.Tak bisa dipungkiri, aku telah merasa kecewa oleh sambungan kalimat gadis ini. Membuat diriku semringah dan begitu antusias hanya beberapa detik. Setelah itu, aku kembali diselimuti sebuah perasaan buruk.“Sebaiknya kamu istirahat aja, ya, Adrian.”Sebenarnya, ini malam yang begitu indah dan begitu sayang untuk dilewatkan. Meskipun mata terkantuk, diriku sadar bahwa mungkin malam seindah ini tak akan pernah datang kembali.“Gue akan menunjukkan kamar lo.”“Makasih, ya, aku udah boleh nginap di sini.”“Seharusnya gue yang berterima kasih. Lo
Read more