Saat gue meletakkan proposal project gue terbaru dari Bu Ana sekaligus quotationnya ke ruangan divisi corporate secretary, banyak sekali tumpukan lipatan kardus yang belum terpakai sama sekali di salah satu sudut ruangan dekat dengan sofa mini mereka. Hanya Nirmala yang tampak stand by, yang lainnya sama sekali tidak ada di kursinya masing-masing.“Sepi amat, La?” tanya gue.“Pada ngeberes-beresin barangnya Pak Adnan meren,” kata Nirmala dengan logat Sunda Bandungnya yang khas.“Oh, udah mulai ya?” tanya gue kepo sambil menyerahkan proposal gue.“Hmmm, buru-buru nggak? Pak Adnan teh baru ada minggu depan, kan calon penggantinya juga dateng atuh.”“Pak Marjan gimana?”“Nggak bisa, Pak Marjan lagi dihukum atuh. Nggak boleh tanda tangan beginian pokoknya mah! Teteh mendingan nunggu Pak Adnan aja minggu depan, kalau buru-buru via online aja, PDF
Baca selengkapnya