Home / Lain / Dia Putriku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Dia Putriku: Chapter 31 - Chapter 40

49 Chapters

30. Kabar

Mata Shireen terbuka menyapu ruangan yang kini sudah mulai sedikit lebih terang. Senyumannya terbit secerah sinar mentari di pagi hari. Bayangan kelembutan Adam semalam memabukkannya sampai tersenyum manis tidak hilang-hilang. "Sudah bangun?" Suara Adam mencuri pendengaran Shireen.Shireen menoleh dan memasang wajah biasa saja. Adam menghampiri dan mencium pipi Shireen hingga membuat istrinya itu bersemu merah. "Mandilah dan turun untuk sarapan." Adam berkata kemudian lebih dulu keluar dari kamar Shireen untuk memberi waktu pada perempuannya membersihkan diri. Saat Adam keluar, Mella juga keluar dari kamarnya. Tatapan mereka bertemu dengan jarak yang cukup jauh karena letak kamar mereka yang di ujung dan saling berhadapan. Mella tidak menghampiri Adam tapi langsung turun ke bawah untuk sarapan. Adam memandang punggung istri pertamanya itu kemudian mengikutinya ke ruang makan. "Pules tidurnya?" tanya Mell
Read more

31. Mengenang

Setelah telepon tertutup Dika mengusap wajahnya kasar, kembali bingung harus berbuat apa sekarang. Jujur Dika sangat kasihan pada sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai adik. Sebenarnya Dika juga tidak meragukan Adam sebagai suami Shireen, tapi melihat cara lelaki itu mendapatkan Shireen itulah yang membuat Dika menjadi khawatir dan tidak rela.    "Tinggalkan aku sendiri," pinta Dika pada asistennya.  "Tapi tuan."   "Tinggalkan aku sendiri dengar nggak!!" marah Dika meraung.    Pikirannya sedang kalut saat ini hingga jika asistennya ada didekatnya mungkin dia tidak akan selamat. Dika suka lepas kontrol jika sudah dalam keadaan down seperti ini. Tidak di pungkiri jika Dika amat sangat menyayangi Shireen. Hatinya juga ikut sakit jika keadaannya seperti ini.  **
Read more

32. Bersalah

Adam pulang sangat malam hari ini bahkan sudah di bilang bukan malam lagi tapi pagi. Jam 02.00 pagi barulah dia sampai. Wajah yang lelah sangat terlihat. Adam langsung masuk ke kamar Shireen untuk melihat wajah yang sepanjang hari ada di dalam pikirannya.    Dibukanya pelan pintu kamar istri keduanya itu karena takut jika mengganggu. Begitu pelan sampai tidak ada suara yang terdengar. Berjalan pelan dan berhenti di depan Shireen yang berbaring dengan mata yang terpejam damai.    Adam menurunkan tubuhnya dan mencium kening Shireen begitu lama sampai empunya melenguh merasa terganggu. "Maaf," ucapnya lembut seraya mengusap pipi halus Shireen.   Entah mengapa Adam sangat merasa bersalah. Adam adalah serigala bawah tanah bagi kelompoknya, tapi saat ini dia bagai mangsa yang ketakutan akan predator. Sangat takut jika Shireen mengetahui keb
Read more

33. Permintaan

Adam masih saja menatap Shireen membuat yang di tatap menjadi canggung. Shireen masih terus makan tapi lama-kelamaan menjadi risih juga.   "Nggak usah liatin terus bisa nggak sih?!" omel Shireen.   Adam malah tertawa kecil. "Memangnya kenapa? Toh aku liatin istri aku bukan istri orang lain," jawab enteng Adam.   Shireen memutar bola matanya jengah. "Terserah." Emang ibu hamil, mood nya naik turun macam roller coaster.    Adam cuek saja melihatnya dan terus saja menatap penuh minat. Shireen berdiri, " Makasih makanannya. Aku ke kamar dulu." Shireen beranjak dari tempatnya dan menuju kamar.  Adam tidak mengejar dan tatapannya terus menuju pada punggung Shireen yang semakin menghilang. Senyum dan tawa yang ia perlihatkan pada Shireen luntur dalam sekejap mengingat rasa bersalahnya.    Sedangkan Shireen di dalam kamar terus menggerutu. Pipinya merah karena
Read more

34. Bertemu

Shireen yang mendengar itu sedikit menegang. Berpikir jika caranya itu sangat murahan dan pasaran. Shireen menelan ludah gugup. Sialan Adam! Bisa tidak jika pura-pura tidak tahu? Shireen mengutuk.   "Aku mau minta izin buat ketemu Dika."  "Dika?" Adam kembali menaikkan sebelah alisnya.  Shireen menggeram kesal, " Kau sudah tau siapa dia kenapa harus bertanya?!" Shireen berkata begitu kesal.   Adam tertawa kecil, " Ya, aku tau. Lalu ada masalah apa kau mau bertemu sama laki-laki bodoh itu?" katanya mengejek.   "Sudahlah, nggak guna juga ngomong sama laki-laki nggak punya hati!" Setelah mengalami itu Shireen pergi dengan hati dongkol karena ucapan Adam sudah di pastikan tidak di perbolehkan. Tapi, saat tangan Shireen memegang gagang pintu suara Adam mengintrupsi. &nb
Read more

35. Terungkap

Sesi sedih sudah usai dan mereka melanjutkan makan mereka meski nafsu Shireen berkurang.Dika terdiam seusai makan dan hanya menunggu Shireen yang masih ingin makan meski enggan. Dia hanya menuruti kemauan anaknya saja. Rasanya ingin makan tapi nafsunya berkurang sampai enam puluh persen. Setelah selesai, mereka sedikit berbincang dengan santai untuk menghilangkan rasa sedih yang tadi. Dika bercerita konyol seperti biasa yang dia lakukan dulu untuk menghibur Shireen sampai wanita itu tersenyum kembali dengan ikhlas."Sudah kembali moodnya?" tanya Dika bercanda.Shireen terkekeh, "Ya ya ya. Kamu emang paling jago buat menghibur. Kenapa nggak jadi badut saja?" ejek Shireen. "Eits! Mana ada badut setampan aku gini?" Dika menaik turunkan alisnya. Shireen berdecih. "Aku pulang sekarang saja ya, soalnya laki-laki itu nggak bisa ngamuk nanti!" "Hoho! Seorang Shir
Read more

36. Di Rawat

Dika menyangkal tuduhan Adam jika dirinya yang sengaja memberi tahu Shireen. Tentu Dika sangat marah. Dirinya bukanlah yang melakukannya tapi Adam menuduh dengan gampangnya. Apa lelaki itu sudah menjadi bodoh? Dika menggerutu kesal. "Jika bukan kamu siapa lagi?!" desis tajam Adam."Mana aku tau! Kau itu banyak mengutus pengawal dan tanyakan pada mereka apa kerja mereka! Bukankah kau orang yang cerdas? Harusnya kau tau siapa orang di balik kejadian ini." Dika menjadi emosi.Adam sejenak terdiam. Benar kata Dika jika dirinya mengutus beberapa bodyguard untuk menjaga Shireen, tapi kini kejadian yang harusnya di hindari malah terjadi. Sangat bodoh bodyguard-bodyguard itu! Mereka saling memutuskan sambungan dengan sama-sama kesal. Adam langsung menelpon asistennya dan memerintahkan untuk mengumpulkan bodyguard yang dia utus untuk mengawasi Shireen. Setelah menenangkan diri dan berpikir keras, A
Read more

37. Di Usir

Keesokan harinya saat Shireen membuka mata kepalanya sedikit pening, matanya menelisik ruangan yang tampak akrab tapi bukanlah kamar pribadinya. "Hah ... aku di rumah sakit lagi," gumamnya pelan seraya mengingat apa yang menyebabkan dirinya berada di rumah sakit dan dan matanya terbuka saat menyadari ada sesuatu hal yang tidak beres kemarin. Tangan Shireen gemetar memegang perutnya dan bernapas lega saat perut buncit yang masih berada di tempatnya. Shireen semakin tersenyum saat gerakan bayi yang ada di dalam kandungannya bergerak menandakan jika sang jabang bayi baik-baik saja. "Kau masih bersama Mama, sayang. Maafin Mama ya, kita jadi berada di tempat ini lagi," katanya pelan penuh kesedihan. Shireen kembali melihat ke sekeliling, tidak ada orang di kamar itu selain dirinya. Tenggorokannya kering dan Shireen menemukan satu gelas air putih yang ada di atas nakas, tangannya menggapai gelas tersebut t
Read more

38. Kembali Nyaman

Shireen tertawa geli mendengar cerita-cerita konyol yang dilontarkan oleh dokter kandungannya. Sangat merasa terhibur pada masa sekarang. Sudah lama Shireen tidak tertawa lepas macam ini. Kandungannya sudah memasuki usia ke   delapan dan rasanya semakin menakutkan menuju hari kelahiran anaknya yang sudah mendapatkan prediksi akan terlahir dengan jenis kelamin perempuan. Mental seorang wanita hamil sangat rawan saat mendekati hari kelahiran, pun dengan Shireen. Dirinya membutuhkan orang-orang yang mendukungnya tapi yang dia dapatkan malah rasa tertekan dan kekecewaan.  Sejenak Shireen melupakan kejadian kemarin saat bercerita seru bersama dokternya, sangat merindukan kebebasan dan teman yang bisa mengerti seperti ini. Hah ... hanya hitungan hari dirinya akan melahirkan dan meninggalkan rumah itu yang artinya dia bebas. Tapi ... tiba-tiba Shireen merasa sedih. Dokter yang melihat itu pun menghe
Read more

39. Rindu

Haris melirik ke belakang menatap wajah sang mama yang sedikit aneh. Mira menatap lurus ke samping tapi sesekali tersenyum.   "Ma," panggil Haris.  "Iya?" jawab Mira seraya menoleh ke depan.   "Mama sehat, kan?" tanya Haris polos.   Mira melotot tajam, "Kamu mendoakan Mama itu sakit ya?!" kesal Mira, Haris hanya menyengir polos menampakkan deretan giginya.   "Ya habisnya Mama aneh, kenapa senyum-senyum? Mama menang arisan, kah?"  "Ini lebih dari menang arisan. Kamu inget perempuan yang menolong Mama waktu kecelakaan?" tanya Mira lagi.   Haris mengangguk cepat. "Bahkan aku nggak pernah lupa sedikit pun tentang itu. Masa di mana Mama hampir saja tiada." Harus terlihat sendu. 
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status