Mata Shireen terbuka menyapu ruangan yang kini sudah mulai sedikit lebih terang. Senyumannya terbit secerah sinar mentari di pagi hari. Bayangan kelembutan Adam semalam memabukkannya sampai tersenyum manis tidak hilang-hilang.
"Sudah bangun?" Suara Adam mencuri pendengaran Shireen.
Shireen menoleh dan memasang wajah biasa saja. Adam menghampiri dan mencium pipi Shireen hingga membuat istrinya itu bersemu merah. "Mandilah dan turun untuk sarapan." Adam berkata kemudian lebih dulu keluar dari kamar Shireen untuk memberi waktu pada perempuannya membersihkan diri.Saat Adam keluar, Mella juga keluar dari kamarnya. Tatapan mereka bertemu dengan jarak yang cukup jauh karena letak kamar mereka yang di ujung dan saling berhadapan. Mella tidak menghampiri Adam tapi langsung turun ke bawah untuk sarapan. Adam memandang punggung istri pertamanya itu kemudian mengikutinya ke ruang makan. "Pules tidurnya?" tanya MellSetelah telepon tertutup Dika mengusap wajahnya kasar, kembali bingung harus berbuat apa sekarang. Jujur Dika sangat kasihan pada sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai adik. Sebenarnya Dika juga tidak meragukan Adam sebagai suami Shireen, tapi melihat cara lelaki itu mendapatkan Shireen itulah yang membuat Dika menjadi khawatir dan tidak rela."Tinggalkan aku sendiri," pinta Dika pada asistennya."Tapi tuan.""Tinggalkan aku sendiri dengar nggak!!" marah Dika meraung.Pikirannya sedang kalut saat ini hingga jika asistennya ada didekatnya mungkin dia tidak akan selamat. Dika suka lepas kontrol jika sudah dalam keadaan down seperti ini. Tidak di pungkiri jika Dika amat sangat menyayangi Shireen. Hatinya juga ikut sakit jika keadaannya seperti ini.**
Adam pulang sangat malam hari ini bahkan sudah di bilang bukan malam lagi tapi pagi. Jam 02.00 pagi barulah dia sampai. Wajah yang lelah sangat terlihat. Adam langsung masuk ke kamar Shireen untuk melihat wajah yang sepanjang hari ada di dalam pikirannya.Dibukanya pelan pintu kamar istri keduanya itu karena takut jika mengganggu. Begitu pelan sampai tidak ada suara yang terdengar. Berjalan pelan dan berhenti di depan Shireen yang berbaring dengan mata yang terpejam damai.Adam menurunkan tubuhnya dan mencium kening Shireen begitu lama sampai empunya melenguh merasa terganggu. "Maaf," ucapnya lembut seraya mengusap pipi halus Shireen.Entah mengapa Adam sangat merasa bersalah. Adam adalah serigala bawah tanah bagi kelompoknya, tapi saat ini dia bagai mangsa yang ketakutan akan predator. Sangat takut jika Shireen mengetahui keb
Adam masih saja menatap Shireen membuat yang di tatap menjadi canggung. Shireen masih terus makan tapi lama-kelamaan menjadi risih juga. "Nggak usah liatin terus bisa nggak sih?!" omel Shireen. Adam malah tertawa kecil. "Memangnya kenapa? Toh aku liatin istri aku bukan istri orang lain," jawab enteng Adam. Shireen memutar bola matanya jengah. "Terserah." Emang ibu hamil, mood nya naik turun macam roller coaster. Adam cuek saja melihatnya dan terus saja menatap penuh minat. Shireen berdiri, " Makasih makanannya. Aku ke kamar dulu." Shireen beranjak dari tempatnya dan menuju kamar. Adam tidak mengejar dan tatapannya terus menuju pada punggung Shireen yang semakin menghilang. Senyum dan tawa yang ia perlihatkan pada Shireen luntur dalam sekejap mengingat rasa bersalahnya. Sedangkan Shireen di dalam kamar terus menggerutu. Pipinya merah karena
Shireen yang mendengar itu sedikit menegang. Berpikir jika caranya itu sangat murahan dan pasaran. Shireen menelan ludah gugup. Sialan Adam! Bisa tidak jika pura-pura tidak tahu? Shireen mengutuk."Aku mau minta izin buat ketemu Dika.""Dika?" Adam kembali menaikkan sebelah alisnya.Shireen menggeram kesal, " Kau sudah tau siapa dia kenapa harus bertanya?!" Shireen berkata begitu kesal.Adam tertawa kecil, " Ya, aku tau. Lalu ada masalah apa kau mau bertemu sama laki-laki bodoh itu?" katanya mengejek."Sudahlah, nggak guna juga ngomong sama laki-laki nggak punya hati!" Setelah mengalami itu Shireen pergi dengan hati dongkol karena ucapan Adam sudah di pastikan tidak di perbolehkan. Tapi, saat tangan Shireen memegang gagang pintu suara Adam mengintrupsi.&nb
Sesi sedih sudah usai dan mereka melanjutkan makan mereka meski nafsu Shireen berkurang.Dika terdiam seusai makan dan hanya menunggu Shireen yang masih ingin makan meski enggan. Dia hanya menuruti kemauan anaknya saja. Rasanya ingin makan tapi nafsunya berkurang sampai enam puluh persen.Setelah selesai, mereka sedikit berbincang dengan santai untuk menghilangkan rasa sedih yang tadi. Dika bercerita konyol seperti biasa yang dia lakukan dulu untuk menghibur Shireen sampai wanita itu tersenyum kembali dengan ikhlas."Sudah kembali moodnya?" tanya Dika bercanda.Shireen terkekeh, "Ya ya ya. Kamu emang paling jago buat menghibur. Kenapa nggak jadi badut saja?" ejek Shireen."Eits! Mana ada badut setampan aku gini?" Dika menaik turunkan alisnya.Shireen berdecih. "Aku pulang sekarang saja ya, soalnya laki-laki itu nggak bisa ngamuk nanti!""Hoho! Seorang Shir
Dika menyangkal tuduhan Adam jika dirinya yang sengaja memberi tahu Shireen. Tentu Dika sangat marah. Dirinya bukanlah yang melakukannya tapi Adam menuduh dengan gampangnya. Apa lelaki itu sudah menjadi bodoh? Dika menggerutu kesal."Jika bukan kamu siapa lagi?!" desis tajam Adam."Mana aku tau! Kau itu banyak mengutus pengawal dan tanyakan pada mereka apa kerja mereka! Bukankah kau orang yang cerdas? Harusnya kau tau siapa orang di balik kejadian ini." Dika menjadi emosi.Adam sejenak terdiam. Benar kata Dika jika dirinya mengutus beberapa bodyguard untuk menjaga Shireen, tapi kini kejadian yang harusnya di hindari malah terjadi. Sangat bodoh bodyguard-bodyguard itu!Mereka saling memutuskan sambungan dengan sama-sama kesal. Adam langsung menelpon asistennya dan memerintahkan untuk mengumpulkan bodyguard yang dia utus untuk mengawasi Shireen.Setelah menenangkan diri dan berpikir keras, A
Keesokan harinya saat Shireen membuka mata kepalanya sedikit pening, matanya menelisik ruangan yang tampak akrab tapi bukanlah kamar pribadinya."Hah ... aku di rumah sakit lagi," gumamnya pelan seraya mengingat apa yang menyebabkan dirinya berada di rumah sakit dan dan matanya terbuka saat menyadari ada sesuatu hal yang tidak beres kemarin.Tangan Shireen gemetar memegang perutnya dan bernapas lega saat perut buncit yang masih berada di tempatnya. Shireen semakin tersenyum saat gerakan bayi yang ada di dalam kandungannya bergerak menandakan jika sang jabang bayi baik-baik saja."Kau masih bersama Mama, sayang. Maafin Mama ya, kita jadi berada di tempat ini lagi," katanya pelan penuh kesedihan.Shireen kembali melihat ke sekeliling, tidak ada orang di kamar itu selain dirinya. Tenggorokannya kering dan Shireen menemukan satu gelas air putih yang ada di atas nakas, tangannya menggapai gelas tersebut t
Shireen tertawa geli mendengar cerita-cerita konyol yang dilontarkan oleh dokter kandungannya. Sangat merasa terhibur pada masa sekarang. Sudah lama Shireen tidak tertawa lepas macam ini.Kandungannya sudah memasuki usia ke delapan dan rasanya semakin menakutkan menuju hari kelahiran anaknya yang sudah mendapatkan prediksi akan terlahir dengan jenis kelamin perempuan.Mental seorang wanita hamil sangat rawan saat mendekati hari kelahiran, pun dengan Shireen. Dirinya membutuhkan orang-orang yang mendukungnya tapi yang dia dapatkan malah rasa tertekan dan kekecewaan.Sejenak Shireen melupakan kejadian kemarin saat bercerita seru bersama dokternya, sangat merindukan kebebasan dan teman yang bisa mengerti seperti ini. Hah ... hanya hitungan hari dirinya akan melahirkan dan meninggalkan rumah itu yang artinya dia bebas. Tapi ... tiba-tiba Shireen merasa sedih.Dokter yang melihat itu pun menghe
SELAMAT MEMBACA.Di dalam sebuah rumah, terlihat seorang wanita yang tengah duduk di sofa di dalam kamarnya. Wanita itu duduk sembari memandangi wajah cantik yang terdapat pada bingkai foto."Apa kamu di sana baik-baik saja? Aku harap iya. Oh tidak! Pasti kamu baik-baik saja." Wanita itu tersenyum. "Tenanglah, anakmu sudah aku temukan. Maafkan aku yang nggak percaya sama kamu dulu, ya ....""Ma!"Wanita itu terhenyak dan menoleh. "Mama di sini, Sayang!" serunya memberi tahu.Seorang pemuda masuk tanpa mengetuk. "Ma, dasi aku warna biru ke mana?" tanyanya terburu-buru."Ada di lemari kecil dekat tempat kamu menyimpan jam.""Benarkah? Kenapa tadi aku mencari nggak ada ya?" gumam pemuda yang tidak lain adalah anak perempuan itu.Perempuan itu tersenyum, "Cari yang benar," katanya lembut."Ya ya ya ... terima kasih, Ma." Setelah mengatakan itupun pemuda yang akrab dipanggil Harus itupun mengecup pipi sang mama sebelum hilang untuk mencari dasinya kembali.Di meja makan sudah ada Anas, sua
SELAMAT MEMBACA. Adam terus saja mengusap-usap punggung Shireen, Shireen sudah mulai tenang ... tapi otak jahil Adam pun keluar. Tangannya semakin turun dan membuat Shireen mengerutkan keningnya. "Apa yang kamu lakukan?!" pekik Shireen memukul tangan nakal Adam. Adam hanya menyeringai saja tanpa mengindahkan kata-kata sang istri. "Dasar mesum! Enyah kau!" geram Shireen. Adam kembali menyeringai lalu berbalik berjalan keluar. Shireen menggeram marah. Selalu saja di buat marah oleh laki-laki yang berstatus suami itu. Adam kembali duduk dan menelpon salah satu bawahannya untuk meminta mereka membelikan makanan, Adam mendengar bunyi yang unik dari perut Shireen tadi yang tandanya istrinya itu lapar . &
SELAMAT MEMBACA. Hari sudah sore dan Shireen sudah kembali terjaga dari tidurnya. Perutnya terasa kram saat dirinya hendak terbangun. "Aw!" pekik Shireen mengeluh seraya memegang perut bagian bawah. "Tenang sayang ... tenang ya." Shireen terus meringis merasakan sakit. "Ada apa?" tanya seseorang dari pintu lalu mendatangi Shireen cepat. Shireen menoleh ke orang itu dengan masih menahan kram di perutnya. Adam, suaminya itu memegang perut istrinya juga dan menenangkannya. Di usapnya penuh kelembutan dan kasih sayang. Shireen sedikit demi sedikit merasa rileks setelah kram di perutnya makin mereda. "Sudah enakan?" tanya Adam
Di dalam kamar Shireen dan juga Dika saling mengobrol dan suara tawa mereka terdengar sampai keluar kamar. Kebetulan Adam yang akan masuk ke dalam kamar dan mendengar suara tawa riang Shireen, tawa yang jarang sekali didengarnya.Adam terhenti dan suara itu semakin menariknya untuk mendekat. Suasana yang sepi itu menjadikan suara Shireen terdengar begitu jelas meski jarak antara kamarnya dan Shireen cukup jauh.Tiba di depan pintu, Adam berhenti dan berdiri sembari mendengarkan. Shireen begitu cerewet saat ini dan Adam suka, sangat suka.Sedangkan di dalam, Shireen tengah di suapi Dika. Dika sekarang seperti layaknya suami sedang meladeni kemanjaan istri yang sedang hamil besar yang seharusnya tugas itu di lakukan oleh Adam."Ayo buru habiskan
Adam melempar jas mahalnya di atas sofa di dalam ruang kerjanya. Merasa kesal di sindir oleh orang yang menurutnya tidak selevel dia."Kurang ajar!" kesal Adam.Tok tok tok!Saat tengah mengumpat suara ketukan terdengar mengalihkan perhatiannya pada asal suara. Pintu terbuka perlahan dan menampilkan Mella yang tersenyum cantik. Adam menatap datar saja Mella yang sudah berdiri di hadapannya.Mella mengerutkan keningnya heran melihat mata Adam yang dingin tidak seperti biasanya. Tangan Mella hendak menyentuh wajah tampan Adam. Namun, suaminya itu mengalihkan wajahnya. Mella tertegun untuk sesaat dan tangan yang menggantung di udara dia tarik kembali.Perempuan itu mencoba untuk tersenyum dan baik-baik saja meski hatinya sakit karena merasa tidak di butuhkan saat dia tahu jika suaminya tidak baik-baik saja."Kau baik-baik saja?" tanya Mella. 
Adam pulang saat jam makan siang. Niatnya hanya ingin melihat Shireen di rumah karena dia tidak bisa menjemput istrinya itu saat pulang tadi.Berjalan dengan sedikit tergesa menghampiri kamar yang di tempati Shireen. Di bukanya pelan pintu yang tertutup rapat. Adam masuk ke dalam dan melihat Shireen yang sedang tertidur pulas.Adam berjongkok dan menatap seksama wajah damai Shireen, "Sepertinya dia begitu pulas? Apa senyaman itu tidur di kamar sendiri?" gumam Adam.Terkadang bodoh melanda laki-laki itu. Siapa yang tidak akan nyaman jika kembali ke tempat yang biasa di tempati apalagi tempat tidur. Tapi, di balik kenyamanan yang di rasakan Shireen, perempuan hamil itu sekarang malah merasakan kram di perut bagian bawahnya. Menjelang hari lahir memang begitu nikmat.Adam yang melihat itupun men
Setelah lima hari dirawat di rumah sakit, Shireen sudah diperbolehkan untuk pulang. Bukan Adam yang menjemput ataupun Mella apa lagi, kepulangan Shireen dijemput oleh Dika sahabat rasa adiknya itu."Sehat-sehat lah sebentar lagi ponakan aku bakalan brojol jangan stress stress biarin saja suami kamu yang stress bin gila. Kamu jangan ikutan, aku tau kamu tuh udah gila dari muda. Kamu bentar lagi mau jadi mami jadi tahan lah gilamu itu ya, "celoteh Dika seraya membereskan pakaian Shireen ke dalam travel bag.Shireen mendengus mendengar celotehan Dika yang unfaedah, matanya sesekali melihat ke arah pintu yang tidak kunjung terbuka. Jangankan manusia, lalat saja tidak ada yang melewati pintu itu karena masih saja tertutup rapat tanpa celah.Sebenarnya Shireen sedikit bingung karena di dalam hati kecilnya ada terbesit rasa harap jika Adam akan datang untuk m
"Dasar mesum! Enyah kau!" geram Shireen. Adam menyeringai lalu berbalik berjalan keluar. Shireen menggeram marah. Selalu saja di buat marah oleh laki-laki yang berstatus suami itu. Adam kembali duduk dan menelpon salah satu bawahannya untuk meminta mereka membelikan makanan. Adam mendengar bunyi yang unik dari perut Shireen yang tandanya istrinya itu lapar. Adam memang sangat dingin, tapi Adam diam-diam membaca buku tentang ayah siaga dan sepertinya kini lelaki itu mempraktekkannya. Tidak lama Shireen keluar dari kamar mandi dan berjalan dengan sangat hati-hati karena takut jika terjatuh. Adam menoleh seraya menutup panggilannya. "Sudah lebih baik?" tanyanya lembut tapi di balas tatapan jengkel oleh Shireen. Perlahan Sh
Adam duduk di bangku samping ranjang Shireen, matanya terus menatap wajah damainya. Adam bertanya-tanya dalam dirinya sendiri mengapa saat ini dia merasa takut padahal perempuan di hadapannya tidak akan pernah bisa pergi atau melarikan diri?Perjanjian awal memang setelah melahirkan, Shireen akan bebas. Tapi, melihat kenyataan saat ini Adam rasa akan ada alasan untuk Shireen tetap tinggal.Akan ada alasan baginya untuk menahan Shireen, mungkin sampai akhir hayatnya. Dengan adanya anak diantara mereka pastinya membuat Shireen berpikir untuk tetap tinggal, bukan?Adam sekarang ingin Shireen tetap di sisinya. Egois? Iya Adam akui dirinya egois. Tapi, Adam menginginkan itu! Biarkan dia di cap sebagai apa juga dia tidak peduli, yang terpenting sekarang Shireen terus ada di sampingnya.Tapi, mengapa dalam waktu yang sama Adam ada firasat jika Shireen akan pergi dari sisinya. Apa yang sebenarnya akan terjadi? Lelaki