Beranda / Lain / Dia Putriku / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Dia Putriku: Bab 21 - Bab 30

49 Bab

20. Kabar

Shireen menutup pelan pintu kamarnya dan mengatur napas. Rasanya seakan dia sedang dalam incaran warga karena mencuri dan berhasil lolos.  Perempuan itu mengusap dada dan perutnya. "Hei, makhluk kecil! Kamu lapar jam segini mau buat aku gendut ya?" monolog Shireen pada perut ratanya kemudian dia tertawa.    Lucu juga dia berbicara dengan makhluk kecil yang ada di dalam dirinya itu. Makhluk itu masih sebiji kacang mungkin karena usianya juga Shireen tidak tahu. Ia belum mengecek kebenaran dirinya hamil berapa bulan hanya mengandalkan alat tes kehamilan tadi pagi yang meyakinkan dirinya itu memang hamil.  Gejalanya sudah dia rasakan beberapa hari belakangan, karena itulah Shireen mengetes kebenaran untuk sementara ini. Dan mungkin besok akan dia periksa ulang di rumah sakit untuk mengetahui seberapa besar janin yang ada di perutnya itu.   
Baca selengkapnya

21. Kebenaran

Bagi seseorang yang baru saja mengalami morning sickness tentu akan terasa sangat tidak nyaman, begitupun dengan Shireen. Perempuan itu mengeluh sakit di dalam tidurnya dan kepalanya begitu berat seakan ada batu besar yang menindih kepalanya. Mata Shireen perlahan terbuka dan cahaya langsung saja masuk ke dalam retina matanya memberikan efek silau. Tangannya terangkat menghalau cahaya tersebut dan berhasil membuat sekitar semakin jelas untuk dilihat.   "Apa yang terjadi padaku?" gumamnya seraya memegang kepala yang pening. Shireen sadar jika dirinya ada di ruangan rumah sakit karena aroma dan suasana yang berbeda dari kamarnya. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya untuk duduk tapi suara dari arah pintu menghentikan pergerakannya.    "Kau istirahatlah dengan tenang. Jika kau membutuhkan sesuatu katakan saja." Itu Adam, tapi dia tidak sendirian melainkan bersama Mella di sampingnya.   Mella masih
Baca selengkapnya

22. Harus dirawat

Sampai malam pun Shireen masih merenung memikirkan apa yang diucapkan oleh Mella tadi siang. Sebenarnya apa yang dipikirkannya sekarang adalah hal yang memang seharusnya terjadi, bahkan dia harusnya sadar akan hal itu. Tapi kenapa rasa sakit itu secara reflek datang menggerogoti relung hatinya? Tidak, tidak! Ini hanya pikirannya saja bukan? Dia tahu status dan posisinya sekarang. Lalu apa yang dia cemaskan? Bukannya Adam dan perempuan itu hanya ingin anaknya saja sebagai syarat bebasnya sang kakak? Kenapa saat hal itu semakin dekat dalam mewujudkannya malah rasanya begitu sakit? Salah, ini salah! Bukan perasaan seperti ini yang dia mau. Bukan sama sekali. Hah ... terlalu pusing untuk dipikirkan.  Sekarang dia seorang pasien dan tidak boleh setres. Tapi, sepertinya dia tidak bisa lepas dari kata-kata itu sekarang."Aduh ... kok aku jadi galau gini sih?!" gerutu Shireen lirih. "Tidurlah, apa yang sedang kam
Baca selengkapnya

23. Permintaan

Adam berjalan melewati lorong rumah sakit sembari menelpon asistennya. "Cepat katakan di mana ada penjual bubur kacang hijau dan bakso bakar?" tanya Adam tidak sabar. Di seberang telepon, Adnan melirik jam yang menunjukkan pukul 23.15, sudah tengah malam begini sang bos masih menanyakan hal yang tidak bisa dia jawab. Astaga, bosnya ini salah makan obat apa? Adnan terus menggerutu di dalam hati. "Adnan!" seru Adam yang tidak kunjung mendapatkan jawaban. "I-iya bos! Maaf bos. Saya nggak tau, jam segini paling mentok ketoprak sama bajigur bos." Adnan memberi tahu."Yang saya tanya bakso bakar dan bubur kacang hijau bukan apa yang kamu sebutkan itu!" Adam jadi kesal pada asistennya. Adnan mengatakan sambil menguap, "Ya bagaimana lagi bos, sekarang sudah malam." "Saya nggak mau tau! Sekarang kamu cari di mana keberadaan penjual itu, dalam lima belas menit harus ada!" tukas
Baca selengkapnya

24. Perhatian

Shireen bolak balik melihat jam yang ada di dinding, ini sudah lebih dari setengah jam dia menunggu tapi suaminya itu tidak kunjung datang dan membawakan pesanannya. Dia berkali-kali menelan ludah karena rasa inginnya memakan pesanan yang dia minta pada Adam.   Shireen sekali lagi melihat pintu yang tidak kunjung terbuka lalu menatap perutnya yang keroncongan."Ya ampun lama sekali, makhluk kecil kenapa lapar pada saat jam seperti ini? Aku sudah mengantuk." Keluh Shireen berbicara sendiri pada perutnya yang rata.    "Jangan berbicara pada anakku seperti itu!" suara itu menyentak telinga Shireen di kesunyian malam.   "Kau sudah datang?" tanya Shireen berbinar.    "Memangnya aku ini hantu, jelas sudah datang. Pertanyaan bodoh apa itu?" gerutu Adam pelan. 
Baca selengkapnya

25. Pulang

Sudah lima hari akhirnya Shireen sudah diperbolehkan pulang, kenapa begitu lama? Ya jawabannya hanya satu yaitu Adam. Lelaki itu tidak memperbolehkan Shireen untuk pulang dengan alasan supaya bisa beristirahat dengan nyaman, dia tidak tahu jika tempat paling nyaman itu ada pada tempat tidur sendiri. Untuk pertama kalinya Shireen bisa bernapas lega dan bahagia saat menginjakkan kaki di rumah bak istana itu.  Awal datang ke rumah itu rasanya begitu mencekik, tapi saat ini senyumnya bahkan tidak pernah luntur sepanjang jalan pulang. Apalagi saat melihat bibi pelayan yang menyambut dengan hangat, rasanya seperti di sambut seorang ibu saja. "Aku kangen banget sama bibi!" seru Shireen senang.Bibi pelayan terkekeh geli. "Ya ampun, Non. Bibi juga kangen sama Non Shireen, ini berasa sudah bertahun-tahun rasanya." Shireen mendusal di ceruk leher bibi. Entah mengapa aroma tubuh bibi begit
Baca selengkapnya

26. Ziarah

Waktu menunjukkan pukul enam pagi dan Shireen sudah rapi, hatinya sangat bersemangat hari ini karena akan bertemu dengan kedua orangtuanya, lebih tepatnya makam kedua orangtuanya.  Shireen memoles wajah dengan sentuhan make up tipis dan sedikit lipstik untuk menyamarkan warna pada bibir yang pucat karena sedari ia bangun, mual dan muntah sudah ia alami. Seperti biasa Shireen mengalami morning sickness.  Walaupun sangat menyiksa tapi Shireen mengabaikan rasa sakit dan pusingnya. Dengan dandanan yang sudah rapi, Shireen memandang dirinya sendiri di depan cermin. "Sepertinya aku nambah gendut," gumamnya meneliti tubuh apalagi bagian payudaranya yang sudah membengkak. "Eemm ... ini semua gara-gara kamu makhluk kecil, tapi tak apa sih. Mama bahagia ada kamu di sini, paling nggak kamu bisa jadi temen Mama saat Mama kesepian," gumam Shireen mengelus sayang perutnya."Oke! Mari kita ke makam oma sama opa,
Baca selengkapnya

27. Ziarah 2

Adam menegakkan tubuhnya dari bersandar di pohon lalu berdeham. Suara Adam mengagetkan Shireen, ujung matanya melirik saat Adam sudah berdiri disampingnya.   Wajah Shireen langsung melengos tidak mau menatap laki-laki yang berstatus suaminya itu. "Mau apa kau kesini?!" tanya ketus Shireen.   "Mau mengantarkan istriku ke makan kedua orang tuanya," jawab Adam dengan santai.  "Heh! Sudah nggak mood, mendingan kau temani saja itu istrimu daripada mengurusiku!" ucap sinis Shireen.  "Jadi kau cemburu? Seharusnya kau tau posisimu," ucap datar Adam tapi menyimpan kata sindiran didalamnya.   "Tentu aku tau posisiku sekarang dan silakan tuan yang terhormat tinggalkan aku sendiri di sini karena aku sedang nggak mood buat bertengkar."   "Nggak
Baca selengkapnya

28. Wanita Kedua

Shireen berjalan dengan langkah santai menuju tangga, tapi dia bertemu dengan Mella di ujung tangga. Mella menatapnya sinis. "Seneng ya yang baru di anter pergi," sindir Mella tajam.Shireen menatap wajah menjengkelkan Mella dengan malas. "Memangnya kenapa?" "Ceh! Tau diri kalau jadi orang, kamu itu hanya sementara di sini jangan banyak tingkah. Mentang-mentang hamil semua harus di turuti? Heh! Pemanfaatan." Mella begitu tajam dalam ucapannya. Shireen menatap malas Mella. "Sudahlah, aku lelah mau istirahat. Kau terlalu ikut campur dalam urusanku. Lebih baik kau urusi saja karir kamu itu!" sindir Shireen."Dasar wanita kedua!" sinis Mella mencela. Setelah mengatakan itu Shireen pergi dari hadapan Mella, meninggalkan perempuan yang dengan tajam menatapnya dari belakang sampai Shireen merasa punggungnya begitu dingin. Masa bodohlah Shireen juga lelah menghadapinya saat in
Baca selengkapnya

29. First

Semakin hari Shireen semakin bertambah nafsu makannya sampai-sampai ia begitu frustasi saat melihat angka timbangan yang bergeser ke kanan. Nafsu makannya tidak mengenal waktu, di saat tengah malam pun Shireen merasa lapar mendadak hingga sampai terbangun hanya untuk makan.Maka dari itu Adam meminta pada bibi pelayan untuk mengisi lemari pendingin tidak pernah kehabisan makanan seperti buah dan juga kue, tentu itu tanpa sepengetahuan Shireen. Meskipun Mella tidak pernah absen memberi uang belanja untuk memenuhi dapur, tapi isi lemari pendingin itu hanya berisi bahan makanan untuk di olah saja.  Jarang adanya makanan kue dan lainnya karena Mella dan Adam akan makan di luar jika siang atau dinner bersama, itu karena tuntutan pekerjaan yang membuat mereka tidak bisa selalu makan di rumah.  Semenjak adanya Shireen di kediaman Adam, para pelayan kini bisa menyiapkan makanan pagi, siang dan malam. Dan bertambah banyak makan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status