Sampai malam pun Shireen masih merenung memikirkan apa yang diucapkan oleh Mella tadi siang. Sebenarnya apa yang dipikirkannya sekarang adalah hal yang memang seharusnya terjadi, bahkan dia harusnya sadar akan hal itu. Tapi kenapa rasa sakit itu secara reflek datang menggerogoti relung hatinya?
Tidak, tidak! Ini hanya pikirannya saja bukan? Dia tahu status dan posisinya sekarang. Lalu apa yang dia cemaskan? Bukannya Adam dan perempuan itu hanya ingin anaknya saja sebagai syarat bebasnya sang kakak? Kenapa saat hal itu semakin dekat dalam mewujudkannya malah rasanya begitu sakit?
Salah, ini salah! Bukan perasaan seperti ini yang dia mau. Bukan sama sekali. Hah ... terlalu pusing untuk dipikirkan. Sekarang dia seorang pasien dan tidak boleh setres. Tapi, sepertinya dia tidak bisa lepas dari kata-kata itu sekarang."Aduh ... kok aku jadi galau gini sih?!" gerutu Shireen lirih."Tidurlah, apa yang sedang kam
Adam berjalan melewati lorong rumah sakit sembari menelpon asistennya. "Cepat katakan di mana ada penjual bubur kacang hijau dan bakso bakar?" tanya Adam tidak sabar.Di seberang telepon, Adnan melirik jam yang menunjukkan pukul 23.15, sudah tengah malam begini sang bos masih menanyakan hal yang tidak bisa dia jawab. Astaga, bosnya ini salah makan obat apa? Adnan terus menggerutu di dalam hati."Adnan!" seru Adam yang tidak kunjung mendapatkan jawaban."I-iya bos! Maaf bos. Saya nggak tau, jam segini paling mentok ketoprak sama bajigur bos." Adnan memberi tahu."Yang saya tanya bakso bakar dan bubur kacang hijau bukan apa yang kamu sebutkan itu!" Adam jadi kesal pada asistennya.Adnan mengatakan sambil menguap, "Ya bagaimana lagi bos, sekarang sudah malam.""Saya nggak mau tau! Sekarang kamu cari di mana keberadaan penjual itu, dalam lima belas menit harus ada!" tukas
Shireen bolak balik melihat jam yang ada di dinding, ini sudah lebih dari setengah jam dia menunggu tapi suaminya itu tidak kunjung datang dan membawakan pesanannya. Dia berkali-kali menelan ludah karena rasa inginnya memakan pesanan yang dia minta pada Adam.Shireen sekali lagi melihat pintu yang tidak kunjung terbuka lalu menatap perutnya yang keroncongan."Ya ampun lama sekali, makhluk kecil kenapa lapar pada saat jam seperti ini? Aku sudah mengantuk." Keluh Shireen berbicara sendiri pada perutnya yang rata."Jangan berbicara pada anakku seperti itu!" suara itu menyentak telinga Shireen di kesunyian malam."Kau sudah datang?" tanya Shireen berbinar."Memangnya aku ini hantu, jelas sudah datang. Pertanyaan bodoh apa itu?" gerutu Adam pelan.
Sudah lima hari akhirnya Shireen sudah diperbolehkan pulang, kenapa begitu lama? Ya jawabannya hanya satu yaitu Adam.Lelaki itu tidak memperbolehkan Shireen untuk pulang dengan alasan supaya bisa beristirahat dengan nyaman, dia tidak tahu jika tempat paling nyaman itu ada pada tempat tidur sendiri. Untuk pertama kalinya Shireen bisa bernapas lega dan bahagia saat menginjakkan kaki di rumah bak istana itu.Awal datang ke rumah itu rasanya begitu mencekik, tapi saat ini senyumnya bahkan tidak pernah luntur sepanjang jalan pulang. Apalagi saat melihat bibi pelayan yang menyambut dengan hangat, rasanya seperti di sambut seorang ibu saja."Aku kangen banget sama bibi!" seru Shireen senang.Bibi pelayan terkekeh geli. "Ya ampun, Non. Bibi juga kangen sama Non Shireen, ini berasa sudah bertahun-tahun rasanya."Shireen mendusal di ceruk leher bibi. Entah mengapa aroma tubuh bibi begit
Waktu menunjukkan pukul enam pagi dan Shireen sudah rapi, hatinya sangat bersemangat hari ini karena akan bertemu dengan kedua orangtuanya, lebih tepatnya makam kedua orangtuanya.Shireen memoles wajah dengan sentuhan make up tipis dan sedikit lipstik untuk menyamarkan warna pada bibir yang pucat karena sedari ia bangun, mual dan muntah sudah ia alami. Seperti biasa Shireen mengalami morning sickness.Walaupun sangat menyiksa tapi Shireen mengabaikan rasa sakit dan pusingnya. Dengan dandanan yang sudah rapi, Shireen memandang dirinya sendiri di depan cermin. "Sepertinya aku nambah gendut," gumamnya meneliti tubuh apalagi bagian payudaranya yang sudah membengkak."Eemm ... ini semua gara-gara kamu makhluk kecil, tapi tak apa sih. Mama bahagia ada kamu di sini, paling nggak kamu bisa jadi temen Mama saat Mama kesepian," gumam Shireen mengelus sayang perutnya."Oke! Mari kita ke makam oma sama opa,
Adam menegakkan tubuhnya dari bersandar di pohon lalu berdeham. Suara Adam mengagetkan Shireen, ujung matanya melirik saat Adam sudah berdiri disampingnya.Wajah Shireen langsung melengos tidak mau menatap laki-laki yang berstatus suaminya itu. "Mau apa kau kesini?!" tanya ketus Shireen."Mau mengantarkan istriku ke makan kedua orang tuanya," jawab Adam dengan santai."Heh! Sudah nggak mood, mendingan kau temani saja itu istrimu daripada mengurusiku!" ucap sinis Shireen."Jadi kau cemburu? Seharusnya kau tau posisimu," ucap datar Adam tapi menyimpan kata sindiran didalamnya."Tentu aku tau posisiku sekarang dan silakan tuan yang terhormat tinggalkan aku sendiri di sini karena aku sedang nggak mood buat bertengkar.""Nggak
Shireen berjalan dengan langkah santai menuju tangga, tapi dia bertemu dengan Mella di ujung tangga. Mella menatapnya sinis."Seneng ya yang baru di anter pergi," sindir Mella tajam.Shireen menatap wajah menjengkelkan Mella dengan malas. "Memangnya kenapa?""Ceh! Tau diri kalau jadi orang, kamu itu hanya sementara di sini jangan banyak tingkah. Mentang-mentang hamil semua harus di turuti? Heh! Pemanfaatan." Mella begitu tajam dalam ucapannya.Shireen menatap malas Mella. "Sudahlah, aku lelah mau istirahat. Kau terlalu ikut campur dalam urusanku. Lebih baik kau urusi saja karir kamu itu!" sindir Shireen."Dasar wanita kedua!" sinis Mella mencela.Setelah mengatakan itu Shireen pergi dari hadapan Mella, meninggalkan perempuan yang dengan tajam menatapnya dari belakang sampai Shireen merasa punggungnya begitu dingin. Masa bodohlah Shireen juga lelah menghadapinya saat in
Semakin hari Shireen semakin bertambah nafsu makannya sampai-sampai ia begitu frustasi saat melihat angka timbangan yang bergeser ke kanan. Nafsu makannya tidak mengenal waktu, di saat tengah malam pun Shireen merasa lapar mendadak hingga sampai terbangun hanya untuk makan.Maka dari itu Adam meminta pada bibi pelayan untuk mengisi lemari pendingin tidak pernah kehabisan makanan seperti buah dan juga kue, tentu itu tanpa sepengetahuan Shireen. Meskipun Mella tidak pernah absen memberi uang belanja untuk memenuhi dapur, tapi isi lemari pendingin itu hanya berisi bahan makanan untuk di olah saja.Jarang adanya makanan kue dan lainnya karena Mella dan Adam akan makan di luar jika siang atau dinner bersama, itu karena tuntutan pekerjaan yang membuat mereka tidak bisa selalu makan di rumah.Semenjak adanya Shireen di kediaman Adam, para pelayan kini bisa menyiapkan makanan pagi, siang dan malam. Dan bertambah banyak makan
Mata Shireen terbuka menyapu ruangan yang kini sudah mulai sedikit lebih terang. Senyumannya terbit secerah sinar mentari di pagi hari. Bayangan kelembutan Adam semalam memabukkannya sampai tersenyum manis tidak hilang-hilang."Sudah bangun?" Suara Adam mencuri pendengaran Shireen.Shireen menoleh dan memasang wajah biasa saja. Adam menghampiri dan mencium pipi Shireen hingga membuat istrinya itu bersemu merah. "Mandilah dan turun untuk sarapan." Adam berkata kemudian lebih dulu keluar dari kamar Shireen untuk memberi waktu pada perempuannya membersihkan diri.Saat Adam keluar, Mella juga keluar dari kamarnya. Tatapan mereka bertemu dengan jarak yang cukup jauh karena letak kamar mereka yang di ujung dan saling berhadapan. Mella tidak menghampiri Adam tapi langsung turun ke bawah untuk sarapan. Adam memandang punggung istri pertamanya itu kemudian mengikutinya ke ruang makan."Pules tidurnya?" tanya Mell
SELAMAT MEMBACA.Di dalam sebuah rumah, terlihat seorang wanita yang tengah duduk di sofa di dalam kamarnya. Wanita itu duduk sembari memandangi wajah cantik yang terdapat pada bingkai foto."Apa kamu di sana baik-baik saja? Aku harap iya. Oh tidak! Pasti kamu baik-baik saja." Wanita itu tersenyum. "Tenanglah, anakmu sudah aku temukan. Maafkan aku yang nggak percaya sama kamu dulu, ya ....""Ma!"Wanita itu terhenyak dan menoleh. "Mama di sini, Sayang!" serunya memberi tahu.Seorang pemuda masuk tanpa mengetuk. "Ma, dasi aku warna biru ke mana?" tanyanya terburu-buru."Ada di lemari kecil dekat tempat kamu menyimpan jam.""Benarkah? Kenapa tadi aku mencari nggak ada ya?" gumam pemuda yang tidak lain adalah anak perempuan itu.Perempuan itu tersenyum, "Cari yang benar," katanya lembut."Ya ya ya ... terima kasih, Ma." Setelah mengatakan itupun pemuda yang akrab dipanggil Harus itupun mengecup pipi sang mama sebelum hilang untuk mencari dasinya kembali.Di meja makan sudah ada Anas, sua
SELAMAT MEMBACA. Adam terus saja mengusap-usap punggung Shireen, Shireen sudah mulai tenang ... tapi otak jahil Adam pun keluar. Tangannya semakin turun dan membuat Shireen mengerutkan keningnya. "Apa yang kamu lakukan?!" pekik Shireen memukul tangan nakal Adam. Adam hanya menyeringai saja tanpa mengindahkan kata-kata sang istri. "Dasar mesum! Enyah kau!" geram Shireen. Adam kembali menyeringai lalu berbalik berjalan keluar. Shireen menggeram marah. Selalu saja di buat marah oleh laki-laki yang berstatus suami itu. Adam kembali duduk dan menelpon salah satu bawahannya untuk meminta mereka membelikan makanan, Adam mendengar bunyi yang unik dari perut Shireen tadi yang tandanya istrinya itu lapar . &
SELAMAT MEMBACA. Hari sudah sore dan Shireen sudah kembali terjaga dari tidurnya. Perutnya terasa kram saat dirinya hendak terbangun. "Aw!" pekik Shireen mengeluh seraya memegang perut bagian bawah. "Tenang sayang ... tenang ya." Shireen terus meringis merasakan sakit. "Ada apa?" tanya seseorang dari pintu lalu mendatangi Shireen cepat. Shireen menoleh ke orang itu dengan masih menahan kram di perutnya. Adam, suaminya itu memegang perut istrinya juga dan menenangkannya. Di usapnya penuh kelembutan dan kasih sayang. Shireen sedikit demi sedikit merasa rileks setelah kram di perutnya makin mereda. "Sudah enakan?" tanya Adam
Di dalam kamar Shireen dan juga Dika saling mengobrol dan suara tawa mereka terdengar sampai keluar kamar. Kebetulan Adam yang akan masuk ke dalam kamar dan mendengar suara tawa riang Shireen, tawa yang jarang sekali didengarnya.Adam terhenti dan suara itu semakin menariknya untuk mendekat. Suasana yang sepi itu menjadikan suara Shireen terdengar begitu jelas meski jarak antara kamarnya dan Shireen cukup jauh.Tiba di depan pintu, Adam berhenti dan berdiri sembari mendengarkan. Shireen begitu cerewet saat ini dan Adam suka, sangat suka.Sedangkan di dalam, Shireen tengah di suapi Dika. Dika sekarang seperti layaknya suami sedang meladeni kemanjaan istri yang sedang hamil besar yang seharusnya tugas itu di lakukan oleh Adam."Ayo buru habiskan
Adam melempar jas mahalnya di atas sofa di dalam ruang kerjanya. Merasa kesal di sindir oleh orang yang menurutnya tidak selevel dia."Kurang ajar!" kesal Adam.Tok tok tok!Saat tengah mengumpat suara ketukan terdengar mengalihkan perhatiannya pada asal suara. Pintu terbuka perlahan dan menampilkan Mella yang tersenyum cantik. Adam menatap datar saja Mella yang sudah berdiri di hadapannya.Mella mengerutkan keningnya heran melihat mata Adam yang dingin tidak seperti biasanya. Tangan Mella hendak menyentuh wajah tampan Adam. Namun, suaminya itu mengalihkan wajahnya. Mella tertegun untuk sesaat dan tangan yang menggantung di udara dia tarik kembali.Perempuan itu mencoba untuk tersenyum dan baik-baik saja meski hatinya sakit karena merasa tidak di butuhkan saat dia tahu jika suaminya tidak baik-baik saja."Kau baik-baik saja?" tanya Mella. 
Adam pulang saat jam makan siang. Niatnya hanya ingin melihat Shireen di rumah karena dia tidak bisa menjemput istrinya itu saat pulang tadi.Berjalan dengan sedikit tergesa menghampiri kamar yang di tempati Shireen. Di bukanya pelan pintu yang tertutup rapat. Adam masuk ke dalam dan melihat Shireen yang sedang tertidur pulas.Adam berjongkok dan menatap seksama wajah damai Shireen, "Sepertinya dia begitu pulas? Apa senyaman itu tidur di kamar sendiri?" gumam Adam.Terkadang bodoh melanda laki-laki itu. Siapa yang tidak akan nyaman jika kembali ke tempat yang biasa di tempati apalagi tempat tidur. Tapi, di balik kenyamanan yang di rasakan Shireen, perempuan hamil itu sekarang malah merasakan kram di perut bagian bawahnya. Menjelang hari lahir memang begitu nikmat.Adam yang melihat itupun men
Setelah lima hari dirawat di rumah sakit, Shireen sudah diperbolehkan untuk pulang. Bukan Adam yang menjemput ataupun Mella apa lagi, kepulangan Shireen dijemput oleh Dika sahabat rasa adiknya itu."Sehat-sehat lah sebentar lagi ponakan aku bakalan brojol jangan stress stress biarin saja suami kamu yang stress bin gila. Kamu jangan ikutan, aku tau kamu tuh udah gila dari muda. Kamu bentar lagi mau jadi mami jadi tahan lah gilamu itu ya, "celoteh Dika seraya membereskan pakaian Shireen ke dalam travel bag.Shireen mendengus mendengar celotehan Dika yang unfaedah, matanya sesekali melihat ke arah pintu yang tidak kunjung terbuka. Jangankan manusia, lalat saja tidak ada yang melewati pintu itu karena masih saja tertutup rapat tanpa celah.Sebenarnya Shireen sedikit bingung karena di dalam hati kecilnya ada terbesit rasa harap jika Adam akan datang untuk m
"Dasar mesum! Enyah kau!" geram Shireen. Adam menyeringai lalu berbalik berjalan keluar. Shireen menggeram marah. Selalu saja di buat marah oleh laki-laki yang berstatus suami itu. Adam kembali duduk dan menelpon salah satu bawahannya untuk meminta mereka membelikan makanan. Adam mendengar bunyi yang unik dari perut Shireen yang tandanya istrinya itu lapar. Adam memang sangat dingin, tapi Adam diam-diam membaca buku tentang ayah siaga dan sepertinya kini lelaki itu mempraktekkannya. Tidak lama Shireen keluar dari kamar mandi dan berjalan dengan sangat hati-hati karena takut jika terjatuh. Adam menoleh seraya menutup panggilannya. "Sudah lebih baik?" tanyanya lembut tapi di balas tatapan jengkel oleh Shireen. Perlahan Sh
Adam duduk di bangku samping ranjang Shireen, matanya terus menatap wajah damainya. Adam bertanya-tanya dalam dirinya sendiri mengapa saat ini dia merasa takut padahal perempuan di hadapannya tidak akan pernah bisa pergi atau melarikan diri?Perjanjian awal memang setelah melahirkan, Shireen akan bebas. Tapi, melihat kenyataan saat ini Adam rasa akan ada alasan untuk Shireen tetap tinggal.Akan ada alasan baginya untuk menahan Shireen, mungkin sampai akhir hayatnya. Dengan adanya anak diantara mereka pastinya membuat Shireen berpikir untuk tetap tinggal, bukan?Adam sekarang ingin Shireen tetap di sisinya. Egois? Iya Adam akui dirinya egois. Tapi, Adam menginginkan itu! Biarkan dia di cap sebagai apa juga dia tidak peduli, yang terpenting sekarang Shireen terus ada di sampingnya.Tapi, mengapa dalam waktu yang sama Adam ada firasat jika Shireen akan pergi dari sisinya. Apa yang sebenarnya akan terjadi? Lelaki