Semua Bab Kita yang Menjadi Kita: Bab 51 - Bab 60

115 Bab

Cinta Sebesar Semesta

 Rena tercengang setelah mendengar ucapan pria itu. Rasanya tidak lama saat pria itu pernah meneriakinya bahwa ia tidak berguna dan tidak berharga. Tapi sekarang pria itu malah membicarakan tentang cinta. Pria itu berbicara tentang sesuatu yang membuat jantung Rena berdetak dengan kencang."Luke, apa kamu …" Rena terdengar ragu. Ia tidak tahu apakah Luke serius dengan apa yang ia katakan. Ia ingin bertanya tapi ia tidak ingin membuat Luke tersinggung."Rena, aku bukan orang baik. Jika ada yang pernah merasakan sedikit kebaikanku, aku hanya sedang bermurah hati. Tapi percayalah, sekarang aku hanya ingin jujur. Aku melakukan apa yang orang baik lakukan, aku jujur padamu mengenai perasaanku."Rena tampak sedikit terkejut."Aku serius, aku tidak bermaksud untuk membuatmu terkejut. Tapi aku memang harus mengatakan ini sebelum konferensi pers pernikahan kita." Kesungguhan muncul di wajah tampan itu.Sekarang Rena berubah menatap bingu
Baca selengkapnya

Tamu Tidak Diundang

  "Sudah rapi?" Luke bertanya pada Rena setelah Rena merapikan kerah kemejanya. Ia memang hanya akan bekerja di ruangan ini, tapi ia tetap harus tampak rapi karena ia adalah seorang pemimpin. "Sudah. Kamu tampak sangat tampan." Rena memuji dengan malu-malu tapi senyum puas hadir tanpa pamit di bibirnya lalu tangannya mengusap dada Luke yang bidang. "Dan kamu sangat cantik. Bahkan di saat kamu belum membersihkan diri seperti saat ini." Luke menyahut dengan godaan kecil lalu mengusap rambut Rena dangan lembut. "Maaf. Aku pasti terlihat kurang pantas." Rena tertunduk malu, nada sesal terdengar sayup-sayup. "Jangan meminta maaf. Kamu adalah makhluk tercantik. Apapun keadaanmu, kamu akan selalu menjadi satu-satunya perempuan tercantik yang pernah aku temui." Luke menghiburnya dan memberikan senyuman lembut. Rena tersenyum kecil. Jari-jarinya lalu meraih tangan Luke dan memainkannya. Itu adalah sebuah kebiasaan barunya karena ia merasa
Baca selengkapnya

Ancaman Rahasia

  Kata-kata itu terdengar berbahaya. Ada sesuatu di sana, ada sebuah makna. Namun Luke tidak mengerti apa makna tersembunyi yang coba Tiffany sampaikan. Yang ia tahu itu adalah ancaman untuk bayi dan calon istrinya. “Apa maksudmu? Sampaikan dengan jelas, kamu memiliki mulut untuk mengatakannya.” Luke menatap Tiffany dengan tatapan yang terasa sanggup membuat lubang di antara kedua matanya. Tapi Tiffany malah tertawa kecil. Melihat Phoenix yang seperti ini, ia tahu seorang penguasa itu tengah merasa panik. “Kamu seperti bukan Phoenix. Aku tidak mengenal seseorang yang sangat mudah panik hanya karena seorang perempuan yang tengah mengandung.” Tiffany mencemooh, tangannya bergerak di sekitar dada bidang Luke dengan gamang. Bibirnya yang mungil menyunggingkan senyum yang terlampau jahat. Tapi wanita itu berteriak tertahan setelahnya, gerakan Luke yang sangat cepat cukup mengejutkannya. Luke tiba-tiba saja sudah memeluknya dengan cukup erat da
Baca selengkapnya

Dipenuhi Kelopak Bunga

 Thomas tampak sangat terkejut lalu menjatuhkan senjata. Setelah senjata itu menyentuh lantai, Ben memberikan isyarat agar salah satu dari pengawal mereka mengamankannya. Sedangkan Luke tersenyum remeh, hanya dengan gertakan seperti ini Thomas telah gentar. Benar-benar makhluk lemah yang menjijikkan.“Siapa orang itu?! Siapa yang mengirim kalian kemari?!” Kali ini Hendry yang berbicara. Di tangannya telah berada senjata yang sama dengan milik Luke.“Se-seorang rival.” Dahi Thomas mengerut dan ia menunduk dengan kekhawatiran dan ketakutan yang mengisinya. Suasana ini, bagaimana mungkin terjadi secepat ini? Sebelumnya ia yang memegang kendali, tapi bagaimana bisa menjadi seperti ini?Tiffany tampak marah juga sedikit ketakutan lalu merapatkan tubuh ke tubuh suaminya. Thomas melirik Tiffany sebentar lalu tangannya menarik wanita itu ke dalam dekapannya. Berusaha untuk terlihat menjadi suami yang luar biasa.“Katakan
Baca selengkapnya

Iblis Dicintai Malaikat

 “Rena.” Seorang pria dengan tubuh jakung mengguncang tubuh kurus dengan hati-hati. Tubuh pria itu telah terbalut kemeja biru malam yang mencetak pas tubuh menawannya.Suara Luke sangat lembut dan guncangannya lemah, tapi itu sudah mampu membangunkan Rena. Rena terbangun dengan kernyitan di dahi, perlahan ia bangkit dengan tangan yang memegang kepala. Hanya dari itu, Luke tahu Rena mungkin merasa pening. Jadi ia kembali mendorongnya untuk berbaring.“Luke?” Rena berbisik dengan suara yang serak. Ia tampak sedikit lesu, mungkin karena kehamilannya.Luke tersenyum kecil, Rena terlihat belum mendapatkan kesadaran sepenuhnya. Rena yang hampir selalu lesu, tapi berusaha berbahagia. Luke merasa sedikit tersentuh saat melihat Rena berusaha berbahagia setiap detiknya meski ia lelah. Mereka telah kembali dari rumah sakit setelah petistiwa kedatangan Thomas dan Tiffany. Mereka harus pergi karena peluru yang Hendry tembakkan untuk mengg
Baca selengkapnya

Tanpa Pilihan

 Luke berdiam diri sejenak, berpikir apa yang harus ia lakukan untuk memecahkan masalah yang tengah ia hadapi. Perusahaannya sangat prima, namun proyek besar yang dijalankannya memerlukan kerja sama dengan beberapa perusahaan yang benar-benar ia butuhkan. Ia memang belum menjadi pemimpin resmi mengingat ia masih belum menamatkan pendidikan. Tapi ia turut ambil kendali dalam perusahaan karena ayahnya yang menginginkannya. Ia akan diangkat untuk menjadi pemimpin resmi setelah menamatkan pendidikan dan ayahnya hanya akan menjalankan perusahaan cabang di Jepang, sedikit bersantai di usianya yang tidak lagi muda. Ayahnya hanya akan menghabiskan hari tua bersama ibunya, seorang istri yang setia meski pernah diduakan.Ayahnya pernah menikah lagi dahulu, menikah dengan seorang wanita yang telah memiliki sebuah putri dari pernikahan sebelumnya. Menikah hanya untuk sebuah bisnis. Luke tahu ayahnya tidak mencintai wanita itu. Ayahnya hanya menyimpan ibu di dalam hatinya. Pr
Baca selengkapnya

Cinta Seindah Malaikat

 “Ya, buka saja pintunya.” Luke menyahut dengan sedikit berteriak saat mendengar ketukan pintu, mengingat kamarnya adalah ruangan yang cukup luas.“Selamat pagi, Bos. Maaf mengganggu pagi Anda. Bella dan Alexa yang Jeff jemput telah tiba, mereka berada di bawah.” Pengawal itu segera melaporkan apa alasan yang membuatnya harus menemui Luke.“Persilakan mereka masuk ke ruang tengah. Katakan pada mereka untuk sedikit menunggu.” Luke menggumam seadanya dengan suara yang tegas.“Baik, Bos. Perintah akan saya jalankan.” Pengawalnya itu menyahut patuh dan cepat yang dibalas dengan kibasan tangan.Pengawal itu membungkuk dalam sebagai bentuk hormat. Ia melangkah mundur dan menutup pintu kamar itu setelah melihat Luke mengangguk untuk menyahut salamnya.Luke kembali berbalik dan menatap jendela luar setelah kepergian pengawalnya itu. Sebenarnya tidak banyak yang ia pikirkan, ia hanya memikirkan Re
Baca selengkapnya

Perhatian Kecil

 Rena telah berada di dalam mobil yang berisi ia, Luke, Jeffrey dan Ben. Telah hampir sepuluh menit mereka di dalam dan Rena hanya diam. Orang-orang yang berbicara hanya Ben dan Luke, mereka berbicara mengenai pekerjaan mereka. Sepertinya pekerjaan yang mereka lakukan di rumah Luke belum berakhir.“Baik, Ben. Aku minta salinan data ini. Usahakan besok pagi telah ada di meja kantorku.” Luke menyerahkan satu rangkap berkas pada Ben yang menoleh dari posisi duduknya yang memang di sebelah Jeffrey yang menyetir.“Baik.” Ben menerima berkas itu dan melihat isinya.Luke menyandarkan tubuhnya dengan wajah yang tampak lega. Tangannya terangkat untuk memijat pangkal hidungnya dengan mata yang terpejam. Ia sedikit terlihat kelelahan dan stres, Rena hanya menatapnya dalam diam. Ia ingat bagaimana Luke membentaknya tadi pagi karena rasa stres, Rena cukup tahu diri untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.“Oh, Rena?”
Baca selengkapnya

Painite atau Jadeite

 “Tu-tunggu dulu, Hendry. Hentikan sebentar.” Amora mendorong Hendry yang sedang menyesap lehernya. Laki-laki itu memandangnya bingung sebelum menutup mata kesal.“Katakan saja jika kamu tidak menginginkannya, aku akan berhenti.” Hendry menarik napas sebentar untuk meredakan nafsunya lalu membawa tangannya untuk mengelus dahi Amora yang telah basah oleh keringat. Ia menyingkirkan rambut-rambut halus yang sedikit menghalanginya untuk menatap wajah manis itu.Amora terlihat sedikit ragu dan takut untuk mengusiknya, Hendry jadi khawatir dengan apa yang akan ia lakukan. Ia tidak ingin memaksa, karena sudah cukup dahulu ia melakukannya. Dulu saat mereka masih baru saja bertemu, saat ia masih menjadi orang yang benar-benar egois.“Tidak, Hendry, benar-benar bukan itu.” Amora menggeleng kecil dengan senyuman lalu tangannya meraih tangan Hendry yang mengelus dahinya dengan perlahan. Ia tahu apa yang Hendry pikirkan dan ia
Baca selengkapnya

Memperkenalkan

 “Begini tidak apa-apa?” Luke berbisik pada Rena. Itu mengenai blitz kamera yang tengah memotret mereka.“Tidak apa-apa, mereka tidak sebanyak tadi.” Rena menyahut disertai senyuman.Luke juga tersenyum, bukti dari seberapa lega perasaannya sekarang. Interaksi itu sangat manis, mereka terlihat seperti pasangan yang hangat dan romantis dari bagaimana mereka tersenyum dan memandang satu sama lain dengan lembut. Blitz kembali bermunculan, media berlomba-lomba mengabadikan momen langka ini.“Luke, tempat telah disediakan dan aku jamin tidak ada satu pun dari media yang dapat menyentuh kalian.” Jeffrey berbisik dengan pandangan yang tanpa henti mengawasi pergerakan media.“Baik, kalau begitu aku akan memulai konferensi pers ini.” Luke berbisik kecil pada Jeffrey, tapi kata-katanya masih dapat Rena dengar.“Mundur lebih dulu, Rena. Berjalanlah bersama Jeff, aku akan memi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status