Home / Fantasi / Love in The Game (INDONESIA) / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Love in The Game (INDONESIA): Chapter 101 - Chapter 110

131 Chapters

The Battle of The Real World

“Leon Hopkins! Apa yang kamu lakukan?” seru Boston Hopkins ketika melihat Leon, Claire bahkan Fox sedang berjalan ke arah luar. Para bodyguard melindungi mereka dengan memagari mereka. Mata Boston mengarah pada Fox, membuat hati gadis itu sedikit bergetar.“Lana!” seru Boston dengan suara yang dalam.“Ayo kita pergi, Leon, Claire...” kata Fox.Leon hanya terdiam mengingat orang-orang yang mengikuti Boston juga jumlahnya banyak dan mereka membawa senjata api. Para bodyguard yang sudah dalam pengaruh juga membawa senjata. Tidak ada yang dapat mereka lakukan sekarang selain benar-benar berperang.“Jangan harap bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup. Aku beri kesempatan sekarang juga, lanjutkan memperbaiki The Myth dan batalkan apapun yang kalian lakukan ini!” seru Boston.“Kalau begitu, cobalah menangkap kami,” jawab Leon. Meskipun ia sendiri tidak yakin bodyguard-bodyguard ini akan menang m
Read more

Escaping Agan

“Fox! Shit!” seru Leon.Fox mengaduh kesakitan dan terjatuh ke lantai sebab kakinya tertembak peluru. Leon menyeretnya ke balik sebuah pilar besar agar mereka semua terlindungi“Ayo!” seru Claire sambil mengambil tangan Fox dan melingkarkannya ke bahunya.“Kalian siap?” tanya salah seorang bodyguard.“Iya,” jawab Leon.“Kamu bisa melakukannya, Fox,” kata Claire menyemangati.“Saat kubilang lari, larilah ke pintu keluar tanpa berhenti,” kata salah satu bodyguard itu. Ia kemudian mengintip keluar pilar dan tembakan langsung tertuju ke arahnya. Leon mulai memperhatikan sekitar, Boston Hopkins tidak terlihat di sini. Ia mungkin bersembunyi di ruangan lain, sebab Leon menyuruh para bodyguard yang ada dalam pengaruhnya untuk membunuh Boston Hopkins jika menemukannya. Namun, pengaruh program yang dilancarkan Leon pada otak para bodyguard tidak mungkin berlangsung lama. Perkiraa
Read more

Damage

Setelah satu jam perjalanan, seharusnya mereka sampai di panti asuhan Welbury, tempat di mana Fox dibesarkan sebelum diadopsi oleh Boston. Jelas sekali ada sebuah papan nama dari kayu yang bertuliskan Welbury Orphanage, tapi sudah dalam keadaan miring dan berdebu. Leon mengemudikan mobilnya masuk ke dalam pelatarannya dengan perlahan. Fox memperhatikan melalui kaca jendela, rumput-rumput tinggi sudah tumbuh tidak beraturan. Ia tidak sanggup mengatakan apapun, tapi sepertinya panti asuhan ini sudah lama ditinggalkan.Mereka memarkirkan mobilnya di pelataran belakang panti asuhan, hanya untuk berjaga-jaga. Mereka tahu konsekuensi memakai mobil milik Boston Hopkins, tapi mereka tidak punya pilihan lain. Leon mematikan mesin kemudian menoleh pada Fox.“Kita tidak bisa terlalu lama di sini. Lagipula sepertinya tempat ini sudah kosong,” katanya.“Aku harus melihat ke dalam,” jawab Fox sambil membuka pintu mobil.Claire mengejarnya sebab
Read more

Missed

Di saat yang sama Leon bisa membuka pintu yang tergembok itu dan mereka pun segera berlari keluar dari pintu.“Hey!” seru orang yang pertama kali menemukan mereka.Orang itu berlari mendekat, tetapi Claire dengan cepat menggunakan gembok yang terjatuh untuk melempar kepala orang itu. Gembok besi itu telak mengenai kepala bodyguard itu hingga ia terjatuh ke lantai. Para bodyguard lain baru sampai ke ruang belakang setelah Leon, Claire, dan Fox masuk ke dalam mobil.Leon mengemudikan mobilnya secepat kilat, hingga jarak mereka cukup jauh dengan para pengejar mereka. Tentu saja, anak buah Boston Hopkins mengejar mereka dengan beberapa mobil hitam. Jeep yang dikemudikan Leon terlihat hampir sama dengan mobil-mobil pengejarnya.“Pasti ada alat pelacak di mobil ini,” kata Claire.“Aku tahu. Entah di mana,” jawab Leon.“Kurasa aku bisa mematikannya,” sahut Fox tiba-tiba.Wajahnya masih pucat da
Read more

Finding Mrs. Andrew

“Aku harus pergi sebentar,” kata Fox tiba-tiba sambil berdiri dan membawa ranselnya.“Mau kemana, Fox? Kakimu belum sembuh betul,” tanya Claire.“Aku menemukan informasi yang mungkin valid. Aku harus mencari dia,” jawabnya sambil berjalan keluar dari pintu apartemen.“Hati-hati, jangan sampai mereka menemukanmu,” kata Claire. Tapi pintu sudah ditutup dan Fox sudah tidak terlihat lagi.“Kemana dia?” tanya Leon.“Mencari Mrs. Andrew lagi,” jawab Claire.Leon hanya menghela napas pendek, lalu kembali bekerja di komputernya.***Fox melangkahkan kakinya yang masih terpincang ke sebuah daerah yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Ia membayar taksi dengan uang tunai lalu turun di sebuah trotoar yang sepi. Daerah ini terlihat amat sepi meskipun di siang hari. Nampaknya tidak banyak orang di sekitar sini. Sepasang kakek nenek berjalan berdampingan sambil berpeg
Read more

Final Plan

“Kamu menemukannya?” tanya Claire saat Fox baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam apartemen mereka yang ke sepuluh dalam bulan ini.“Ya,” jawab Fox singkat. Tapi senyum di bibirnya dan tatapan matanya tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.“Syukurlah,” kata Claire sambil segera memeluk Fox.“Happy for you, Fox,” kata Leon sambil menoleh ke arah Fox.“Bagaimana perkembangannya?” tanya Fox sambil duduk di sebelah Leon.“Aku sudah melakukan serangkaian program, tapi aku butuh bantuanmu untuk membuat chipnya jauh lebih kecil. Kita gunakan teknologi yang kamu pakai untuk membuat chip di kartu identitas para pegawai Boston,” jawab Leon“Aku mengerti,” jawab Fox sambil segera mengetikkan sesuatu di keyboard komputer yang ada di hadapannya.“Bersemangat sekali,” komentar Leon.“Tentu. Setelah ini selesai, aku akan tinggal bersa
Read more

Stage 1

Matahari sudah meninggi saat Claired, Leon, dan Fox memarkirkan sebuah truk di seberang gedung hotel yang terlihat sibuk. Tentu saja sibuk, sebab sebuah gala dinner besar akan dilaksanakan di hotel itu sebentar lagi. Mereka berada di sebuah mobil servis kelistrikan. Bagaimana mereka bisa berada di dalam sana? Caranya sangat mudah, Leon masih punya banyak tabungan. Mereka membeli van serupa, lalu memberikan stiker logo perusahan kelistrikan yang sama dengan perusahaan yang menjadi vendor hotel tersebut.Mereka datang satu hari sebelum jadwal pengecekan listrik yang asli dilakukan. Leon sudah memakai seragam yang mirip dengan seragam petugas listrik, lengkap dengan topi dan peralatannya. Baju kerja seperti itu mudah didapatkan, tinggal disablon logonya saja. Dan ternyata, internet menyediakan semua cara untuk melakukan sesuatu. Fox dan Claire yang menyablonnya dengan tutorial dari internet.Claire dan Fox turun cukup jauh dari hotel lalu berjalan kaki menuju halaman hote
Read more

Stage 2

“Kita sudah mendapatkan semuanya?” tanya Claire pada Leon dan Fox setelah mereka kembali berkumpul di apartemen mereka.“Tentu saja, aku sudah mendapatkan gambar dari seluruh sudut hotel,” jawab Fox sambil duduk di sofa dan melepaskan tas ranselnya.“Aku sudah memasangkan alat itu di panel listrik utama,” kata Leon.“Bagus. Aku sudah memindai tanda pengenal resepsionis itu,” sahut Claire.“Bagaimana dengan CCTV?” tanya Claire.“Aku sudah mendapatkan akses. Tenang saja,” jawab Fox.“Chip-nya, sebentar lagi akan selesai,” sahut Leon. Ia kemudian mengeluarkan dari sebuah kantung belanjaan, sebuah kotak putih yang eksklusif.“Wow, untukku?” tanya Claire.“Sayangnya bukan,” jawab Leon sambil tersenyum.Leon membuka kotak itu dan mengeluarkan jam tangan yang sama persis dengan milik Boston Hopkins.“Ini yang
Read more

Stage 3

“Aku kembali!” seru Claire sambil bersenandung senang. Begitulah memang kalau perempuan habis berbelanja dengan kartu kredit yang tidak ada limitnya. Ia datang membawa kantung belanja besar berisi gaun, sepatu, lengkap dengan aksesoris dan topeng mewah karya designer kenamaan.“Puas berbelanja selama kita bekerja,” komentar Fox muram.“Aku juga berbelanja untuk bekerja,” jawab Claire sambil tersenyum penuh kemenangan.Leon hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya.“Kebetulan kamu sudah datang,” kata Leon.“Kenapa?” tanya Claire.“Cobalah ini,” jawab Leon.Leon kemudian menyodorkan sebuah anting-anting besar yang indah pada Claire. Ini bukan hanya anting-anting, yang bagian kanan dilengkapi dengan ear piece yang indah untuk daun telinga bagian atas.“Wow, ini cantik sekali. Sepertinya cocok dengan gaunku,” jawab Claire.“Coba kenaka
Read more

Stage 4 - The Gala Dinner

“Aku kembali!” seru Claire sambil bersenandung senang. Begitulah memang kalau perempuan habis berbelanja dengan kartu kredit yang tidak ada limitnya. Ia datang membawa kantung belanja besar berisi gaun, sepatu, lengkap dengan aksesoris dan topeng mewah karya designer kenamaan.“Puas berbelanja selama kita bekerja,” komentar Fox muram.“Aku juga berbelanja untuk bekerja,” jawab Claire sambil tersenyum penuh kemenangan.Leon hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya.“Kebetulan kamu sudah datang,” kata Leon.“Kenapa?” tanya Claire.“Cobalah ini,” jawab Leon.Leon kemudian menyodorkan sebuah anting-anting besar yang indah pada Claire. Ini bukan hanya anting-anting, yang bagian kanan dilengkapi dengan ear piece yang indah untuk daun telinga bagian atas.“Wow, ini cantik sekali. Sepertinya cocok dengan gaunku,” jawab Claire.“Coba kenaka
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status