Home / Romansa / Playboy Kampus / Kabanata 31 - Kabanata 40

Lahat ng Kabanata ng Playboy Kampus : Kabanata 31 - Kabanata 40

107 Kabanata

Ada Yang Lagi Jatuh Cinta

 Beberapa saat lamanya Winda membiarkan ruangan itu hening dan sepi. Hanya alunan musik lirih yang diputar dari tadi yang sayup-sayup terdengar. Ernasari masih tetap duduk di sudut ruangan. Cewe itu juga ada dalam sunyi.Matahari mulai menunjukkan kekuasaannya di langit. Winda terlihat telah bosan dengan aktivitas membacanya. Hawa panas siang mulai terasa.Winda meletakkan buku bacaannya. Dia mengangkat kepala, lalu tersenyum pada Ernasari yang tengah menatapnya.“Masih terasa panas seperti kemarin, ya?” kata Winda memecah kebekuan.Ernasari mengangguk.“Ventilasi dari ruangan ini memang kurang baik. Udara belum begitu bebas bisa masuk. Sehingga ruangan terasa pengap.”Di luar ruangan, pucuk-p
last updateHuling Na-update : 2021-06-23
Magbasa pa

Cewek Yang Agresif

 Di sudut gelap ruang panitia ospek, Winda masih berdiri dengan tegak dalam sikap diam. Semua peserta ospek sudah mempersiapkan diri untuk pulang. Mereka tinggal mengikuti satu kegiatan lagi, yaitu apel malam.Lampu di ruang panitia itu kini sudah menyala dengan terang. Meskipun sudah masuk waktu malam, anggota panitia ospek masih banyak yang sibuk dengan pekerjaannya. Dari pintu itu, kemudian Beryl keluar. Dari sudut ruangan terlihat mata Winda yang tak berkedip. Selanjutnya Ernasari juga keluar. Cewe itu tampak ceria tersenyum. Dari sudut ruangan, Winda samar-samar menangkap senyum itu. Winda menghela nafasnya dalam-dalam.Ternyata, Beryl dan Ernasari meninggalkan ruang panitia itu. Tak lama kemudian, Winda juga meninggalkan ruangan itu. Yang tersisa sekaran
last updateHuling Na-update : 2021-06-23
Magbasa pa

Hanya Bisa Menyimpan Cinta

  Baju yang dikenakan Ernasari memang sangat luar biasa. Dengan baju yang dikenakannya, Ernasari melangkah dengan sangat hati-hati untuk menginjakkan kakinya. Pakaian yang dikenakannya seputih kapas. Warnanya sangat lembut dan mengkilat. Setiap gerakan yang dilakukan Ernasari meskipun sangat halus dan sangat lembut, namun tetap menguar penuh keharuman. Begitu harum aroma yang keluar dari tubuh Ernasari. Bau harum yang sangat menyejukkan dan tentunya juga sangat menggoda. Sepanjang jalan yang mereka lintasi, Beryl menikmati keajaiban atas aroma harum itu. Keharuman yang penuh kelembutan, begitu lunak, namun sangat menggoda. Betapa lembut dan halusnya kulit Ernasari dirasakan Beryl setiap kali keduanya saling bersentuhan secara tak sengaja
last updateHuling Na-update : 2021-06-23
Magbasa pa

Di Kebun Belakang Villa

 Suara mesin motor Beat itu begitu menderu, bikin merusak pendengaran Beryl. Beberapa kali klakson motor itu dibunyikan dengan suara panjang. Beryl menengok lewat jendela kafe yang mengalirkan udara sejuk.Beryl cepat-cepat membayar minuman yang dipesannya, untuk kemudian dia segera keluar. Di luar kafe, Ernasari tengah duduk di atas motornya sambil mempermainkan mesin motor.“Apa kita jadi pergi?” tanyanya kemudian.“Siap.”Ernasari kemudian turun dari motornya. Beryl menggantikan posisi Ernasari, kemudian mereka berdua segera beranjak.“Kamu gak pake jaket dulu?” kata Ernasari sambil memeluk pinggang Beryl.“Gak perlu.” Jawab Beryl sambil menancap gas kembali.
last updateHuling Na-update : 2021-06-24
Magbasa pa

Ternyata Dia Tidak Sombong

 Mahasiswa yang diterjunkan ke berbagai desa telah tersebar. Beryl telah tiba di perbatasan desa. Seorang lelaki paruh baya menyambut kedatangan mereka di perbatasan itu.“Benar, dengan Saudara Beryl?” Tanya laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya.“Betul, Pak. Saya Beryl.” Jawab Beryl.“Nama saya, Herman. Saya, ayahnya Winda. Saya diberitahu Winda, untuk kedatangan rombongan Saudara.. Saya akan membantu tugas-tugas Saudara beserta rombongan selama di sini.”“Terima kasih, Pak, atas semua bantuannya. Tapi sebaiknya Bapak, panggil nama saya saja. Cukup panggil Beryl. Panggilan itu lebih enak di telinga saya, Pak."Ayah Winda mengangguk-angguk. Beryl mengikuti Pak Herman berjalan menuj
last updateHuling Na-update : 2021-06-24
Magbasa pa

Ada Yang Cemburu

 Matahari masih bersinar seperti hari-hari yang kemarin. Sinarnya sangat cerah. Pagi yang indah. Sinarnya yang jatuh di tanah mulai mengeringkan embun sisa semalam. Sebentar lagi ketika embun telah kering, tanah akan kembali kelihatan kering kerontang.Jamilah kembali memperhatikan Beryl yang akan berangkat mencuci ke pancuran. Selama tinggal di rumah itu setiap tiga hari sekali, pasti Beryl mencuci. Seperti biasa juga, Jamilah selalu mengintip Beryl dari celah-celah dapur.Beryl bersenda gurau dengan anak-anak kecil desa itu. Sambil bergurau, dia berusaha mengajarkan bahasa Indonesia kepada anak-anak kecil itu. Dengan senang, Beryl melakukannya buat anak-anak itu.Bersama Beryl, anak-anak kecil itu terlihat sangat riang. Melihat anak-anak yang tamp
last updateHuling Na-update : 2021-06-25
Magbasa pa

Pergi Ke Air Terjun

  “Sepertinya kakimu keseleo?”“Entahlah! Tapi, rasanya begitu sakit.”“Sepertinya kamu keseleo, sebab kakimu tadi terkilir, kemudian tertimbun kerikil-kerikil itu,"Jamilah masih memegangi ujung kakinya.“Kita cari tempat yang teduh dulu. Di bawah pohon itu,” kata Beryl sambil menunjuk ke sebuah pohon.Jamilah berusaha berdiri tegak. Namun, wajahnya terlihat meringis menahan sakit. Beryl menuntunnya ke bawah pohon yang rindang yang tak jauh dari air terjun. Jamilah seperti tak mampu lagi menikmati keindahan air terjun itu. Persendian kakinya terasa sakit.Beryl tampak berpikir, harusk
last updateHuling Na-update : 2021-06-25
Magbasa pa

Ada Yang Berubah

  Entah mengapa beberapa hari ini, sikap penduduk desa berbeda dari biasanya. Hal ini terjadi pula pada ayah Winda. Lelaki paruh baya itu tak mau lagi bercerita. Pada hal biasanya, dia selalu berkisah pada Beryl. Ada saja yang biasanya diceritakan lelaki paruh baya itu.Adakah sesuatu yang telah terjadi? Tapi, apa? Para pemuda di desa itu, banyak yang tidak merespon semua hal yang diuraikan Beryl. Hanya Pak Lurah dan Pak Dhe-nya Jamilah yang sikapnya tidak berubah. Juga Jamilah dan anak-anak kecil desa itu yang tidak berubah. Anak-anak kecil desa itu masih suka bermain dengan Beryl.Dan, ketika Beryl bertemu ayahnya Winda, dia sengaja menjejeri lelaki paruh baya itu. Be
last updateHuling Na-update : 2021-06-25
Magbasa pa

Di Dalam Gubuk Di Bawah Hujan

 Sinar matahari pagi sudah masuk lewat celah-celah jendela. Pagi itu, Beryl belum beranjak dari pembaringannya. Sayup, dari pembaringan, Beryl mendengarkan suara Jamilah yang bernyanyi di dapur. Belakangan, Jamilah terlihat lebih gembira dan ceria. Juga tidak kelewat pendiam. Cewe itu sering bernyanyi kala sendirian.Belakangan juga, Jamilah sering menyapa Beryl duluan. Sifatnya yang pemalu dan sering tersipu, kini terlihat lebih berkembang dalam bentuk senyuman. Demikian juga dengan sinar matanya. Mata yang dulu lebih banyak menunduk, dan tidak tidak berani menatap kala berbicara dengan seseorang. Kini mata itu berani menatap dengan lekat.Melihat tatapan mata Jamilah, sering kali membuat Beryl harus menelan saliva berkali-kali. Tatapan mata Jamilah seperti m
last updateHuling Na-update : 2021-06-26
Magbasa pa

Duel Dengan Mario

 Sisa hujan kemarin siang masih terlihat. Jalanan masih terlihat becek. Aroma tanah juga masih mewangi. Sedang, jalanan untuk menuju desa di seberang bukit harus melewati tanah liat yang licin. Maka, Beryl mengcancel rencananya ke desa itu.Beryl baru melewati beberapa tanjakan. Tanah liat sudah melekat di sepatunya. Sepatunya jadi terasa berat digunakan untuk melangkah. Di depan Beryl, telah berdiri Mario.“Selamat pagi,” sapa Beryl pada tubuh yang tengah berdiri tegak itu.Mario tak menjawab.“Mau ke desa di seberang itu juga?” Tanya Beryl.Mario masih diam. Matanya penuh selidik.“Ada apa?” Tanya Beryl yang penuh curiga.“Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan,&r
last updateHuling Na-update : 2021-06-26
Magbasa pa
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status