Home / CEO / Terpaksa Menikahi CEO / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Terpaksa Menikahi CEO: Chapter 81 - Chapter 90

159 Chapters

S2 : 47. Karena Mengingat Monika

"Arrgghhh! Akhirnya selesai juga!" seru wanita yang kini merenggangkan tubuhnya. Dia merasa lelah setelah bekerja keras, memperagakan berbagai pose yang sutradara minta. Ini adalah pertama kalinya ia menjadi bintang iklan sebuah porduk minuman di Indonesia. "Bagaimana rasanya?" Devan mendekat, memberikan minuman isotonik yang dibelinya di minimarket sebelum datang ke tempat ini. "Ah, Dev." Clara terlihat begitu bahagia, melihat Devan mendekat ke arahnya. "Cukup menyenangkan." Devan menyunggingkan senyum terbaiknya. Dia memang merekomendasikan Clara pada rekan kerjanya yang bekerja di sebuah agen iklan. Tentunya agar ia bisa menjerat wanita ini lebih jauh lagi. "Terima kasih. Ini semua berkat bantuanmu." Wajah dengan make up tebal itu tersenyum manja. Dia sengaja menggoda Devan dengan menggigit bibir bawahnya. Wanita ini semakin terpesona dengan aura seorang Devan Mahendra. "Dimana manajermu? Aku tidak melihatnya." Pria dengan sweater panjang w
Read more

S2 : 48. Wanita Penggoda

WARNING! Adegan di bawah ini mengandung konten 18+ BUKAN UNTUK DITIRU!! * * * Sebuah mobil SUV warna putih terhenti di pelataran sebuah gedung pencakar langit. Dua orang keluar dari dalam kendaraan mewah seharga enam ratus jutaan itu, langsung masuk ke lobi apartemen. Tanpa keduanya sadari, mobil Audi 8 warna hitam turut berhenti. Leo keluar dari sana dan bergegas masuk untuk mengikuti dua orang itu. Namun sayang, tak ada jejak sama sekali. Dua orang itu sudah masuk ke dalam lift. Mau tak mau, Leo menghentikan langkahnya. Seorang petugas keamanan yang berdiri di samping meja resepsionis bergegas menghampirinya. "Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?" tanya pria berkumis itu dengan kewaspadaan yang tergambar jelas di wajahnya. Dia tahu kalau Leo bukanlah salah satu penghuni unit apartemen yang ada di gedung bertingkat ini. Wajahnya terlihat asing. Leo mengamati situasi yang ada. Dia tahu, tidak mungkin jujur bahwa dia tengah
Read more

S2 : 49. Kamu Cinta Pertamaku

Langit terlihat semakin pekat saat Devan keluar dari balkon apartemennya. Dia menatap deretan pertokoan yang berjajar di bawah sana. Ingatannya kembali ke hari dimana Monika pernah menunggunya di sana saat mereka berselisih paham kala itu. Perlahan tapi pasti, Devan menyesap rokok di tangannya kuat-kuat. Dia belum bisa melupakan bayang-bayang Monika dari dalam kepalanya. Gadis itu masih saja bertahta di dalam hatinya. "Monika, I miss you," lirih Devan penuh perasaan. Dia merindukan wanita itu, bahkan sangat ingin bertemu dengannya. "Jika kamu tidak ingin lagi menemuiku, setidaknya izinkan aku melihat wajahmu meskipun hanya dari kejauhan." Penyesalan Devan semakin tak tertahankan. Dia tidak akan bisa melupakan cinta pertamanya, wanita yang selalu ada untuknya bertahun-tahun ke belakang. Dan bodohnya, ia balas kesetiaan Monika dengan sebuah pengkhianatan. Jika saja dia bisa bersabar, hanya dalam hitungan bulan mereka akan resmi menikah seperti kesepakat
Read more

S2 : 50. Tidak Pantas Jadi Ibumu

"Mari kita berbincang. Aku akan buatkan segelas kopi untukmu." Rio masih bungkam, tak tahu bagaimana harus merespon ajakan wanita ini. Dia masih merasa canggung bertemu pandang dengan wanita yang telah melahirkannya. "Aku menantikan momen ini," lirih wanita yang kini membuka bungkus kopi di tangannya. Dia meletakkan tiga sendok serbuk hitam kecoklatan itu ke dalam Vietnam drip, yakni alat berbentuk gelas metal yang terdiri dari tabung, plunger, dan sebuah tutup. *Vietnam drip adalah metode alat seduh yang menghasilkan minuman dengan cara ekstraksi lewat tetesan. Itu adalah alat khusus yang digunakan oleh para pecinta kopi agar minuman yang dihasilkan lebih pekat. Eva sering meminum cairan pekat itu saat butuh pelampiasan penat. Dibandingkan minum alkohol, kopi lebih aman untuk tubuhnya yang tak lagi muda. "Mau tambahkan susu atau krimer?" tawar wanita yang bersiap membuka lemari di atas kepalanya. Rio mengangguk. "Boleh," jawab pria it
Read more

S2 : 51. Ikatan Batin

"Bu," panggil Rio, menatap Eva tepat di manik mata coklatnya. "Apa ibu membenciku?"Deg!Eva tak lantas menjawab. Hatinya mencelos mendengar pertanyaan itu dari mulut putranya. Dia tahu kenapa Rio tiba-tiba menanyakan hal itu. Sepertinya pria muda yang memiliki wajah rupawan ini belum bisa menerima masa lalunya. Ya, masa lalu dimana Eva pergi meninggalkannya."Kenapa ibu tidak pernah kembali? Pernahkan sekali saja ibu ingin melihatku? Anak-anak seusiaku berangkat dan pulang diantar oleh orangtuanya. Sedangkan aku?!" Suara Rio terdengar sedikit bergetar, menandakan gemuruh di dalam hatinya semakin menguat.Eva tidak bisa berkata apa-apa. Dia siap mendengarkan semua keluhan Rio, bahkan jika putranya itu mengumpat atau mengatakan kata-kata kasar, dia akan menerimanya dengan lapang dada. Memang ialah yang paling pantas untuk dipersalahkan kali ini."Apa ibu tahu berapa kali aku menatap pintu gerbang setiap malamnya? Apa ibu mendengar saat aku menangis
Read more

S2 : 52. Bom Waktu

"Bukankah ibu ingin segera menimang cucu?" lanjut Rio sebelum ibunya sempat mengucapkan respon lainnya. Dia benar-benar tidak menyangka anaknya ini begitu frontal. "Aku ingin Monika segera hamil. Dengan begitu, dia tidak akan bisa meninggalkanku." Rio menelan kenyataan pahit itu dengan paksa. Dia menyadari kalau sampai sekarang Monika belum bisa menyukainya. "Apa maksudmu?" Eva belum tahu kisah kasih putranya dengan Sang Menantu. Kenapa mereka bisa menikah tiba-tiba? Gadis secantik Monika, tidak mungkin tidak dilirik oleh pria lain, 'kan? "Dia sama sekali tidak menyukaiku. Bahkan jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam, mungkin dia membenciku, Bu." Rio mulai bernarasi, mengungkapkan hubungannya dengan Monika yang sebenarnya. Mereka memulai sebuah hubungan dengan adanya perjanjian dua miliar itu. "Kenapa bisa seperti itu?" "Kemarilah. Duduk dan ceritakan pelan-pelan pada ibu." Eva menepuk kursi kayu di sebelahnya, meminta laki-laki tampan rup
Read more

S2 : 53. Harus Menjadi Miliknya

Clara panik karena tidak mendapati Devan di mana pun. Pria itu menghilang, tak ada jejaknya sama sekali. Namun, hal tak terduga terjadi saat dia bersiap keluar dari unit apartemen ini. Sebuah pigura terjatuh karena tidak sengaja tersenggol tangannya."Siapa ini?!" gumam Clara, mengambil pigura yang tergeletak di lantai. Kacanya pecah, membuat garis wajah wanita bersurai pirang itu tidak terlihat jelas.Wanita itu membalik pigura di tangannya, membaca nama yang tertera di belakang foto."Monika Alexandra? Dimana aku pernah mendengarnya?"Clara sedikit menelengkan kepalanya, merasa nama itu tidak asing di pikirannya. Entah kenapa dia jadi penasaran siapa wanita ini sebenarnya. Jika bukan seseorang yang spesial, mana mungkin Dev memajang fotonya?Keinginan Clara untuk mencari Devan sirna seketika. Dia justru ingin mengulik lebih dalam jejak wanita ini di kehidupan pria yang ditaksirnya."Ini kesempatan bagus untukku." Detik berikutnya Clara ber
Read more

S2 : 54. Panas dan Dingin Bersatu

Monika memejamkan matanya kembali, berharap bisa terlelap beberapa menit kedepan. Tubuhnya lelah, jiwanya pergi ke negeri antah berantah. Entah kenapa setelah Rio 'menggarap' tubuhnya, ia selalu saja ingin tidur sepanjang waktu. Ia terlalu lelah menghadapi nafsu binatang suaminya. Rio tersenyum lebar melihat seluruh tubuh Monika terbungkus rapat di dalam selimut. Dia menyembunyikan tubuhnya dengan baik, tidak ingin tangan nakal pria ini menggerayanginya lagi seperti tadi. 'Bagaimana caraku menggodanya?' batin Rio, tidak tahu harus bertingkah apa. Dia sama sekali tidak pengalaman mengambil hati perempuan. Benar apa yang dikatakan ibunya semalam, ia dan ayahnya benar-benar pria bodoh yang tidak bisa memperlakukan wanita dengan baik. Rio mengambil ponsel pintarnya di atas nakas dan mencari kontak bernama Pram, sahabatnya. Tapi, gerakan jarinya terhenti beberapa mili di atas layar sentuh itu. "Ini masih pukul lima pagi. Itu artinya di Indonesia ma
Read more

S2 : 55. Monika Cemburu?

"Kamu ingin bermain-main denganku, Sweety?" tanya Rio, mendekap tubuh istrinya yang hanya mengenakan lingerie seksi. Tubuh Monika yang terasa hangat menempel di dada bidangnya yang dingin dan basah setelah mandi. Itu membuat Rio hampir gila. Ingin sekali Rio menduselkan hidungnya ke ceruk leher Monika, menyesap aroma tubuhnya. Tak cukup di sana, otak mesumnya bekerja, membayangkan wanita ini meremas rambut basahnya. 'Astaga!' keluh Rio dalam hatinya, menghentikan pikiran liarnya yang tak terkendali. Monika menelan salivanya dengan paksa. Dia menekan kuat-kuat pesona yang terpancar dari tubuh suaminya. Tetes-tetes air jatuh di bahunya yang lebar membuat Monika hampir hilang arah. Suasana berubah menjadi canggung. Wajah kedua orang itu memerah, menahan hasrat masing-masing. Mereka sibuk menetralkan detak jantung yang berderap kencang, seperti genderang mau perang. "Aku mandi dulu," cetus Monika, menyingkirkan tangan Rio yang melingkupi pinggang
Read more

S2 : 56. Cemburu Buta

Clara merebahkan badannya di atas ranjang setelah memastikan Rio melihat hadiah yang ia kirimkan barusan. Tanda ceklis dua itu berubah menjadi warna biru, artinya foto Monika sudah tersampaikan dengan baik pada orang yang ditujunya. "Aku harus berterima kasih pada Dev." Clara tersenyum lebar, "Meskipun kemampuan edit fotonya ini terbilang buruk, tapi tidak masalah. Jika dilihat dari ponsel, tidak terlihat jelas kalau ini hasil editan. Rio pasti akan marah pada j*lang itu." Clara bergumam seorang diri, tidak ada orang lain di sekitarnya. Wanita licik itu mengangkat satu tangannya ke atas, memperhatikan potret wanita yang hanya memakai bikini di tubuhnya. Tampak di sana terpasang wajah Monika yang sedang tersenyum, tapi Clara tahu jelas itu hanya hasil potong tempel dan semacamnya. "Lain kali aku sepertinya harus mengajari Dev bagaimana mengedit foto agar hasilnya lebih soft. Tidak ada perbedaan gelap terang seperti ini. Ah, ujung rambutnya juga seharusnya tida
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status