Home / Romansa / My Wife is My Suspect / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of My Wife is My Suspect: Chapter 111 - Chapter 120

149 Chapters

CHAPTER 111

“Leona, jujurlah padaku. Apa pekerjaanmu yang sebenarnya?” tanya Samuel. Atlanta hampir tersedak minum ketika mendengar pertanyaan Samuel ketika sedang minum. Atlanta meletakkan gelas di atas meja makan. “Kenapa kau sangat penasaran?” tanya balik Atlanta dengan tenang. “Pasti kau memalsukan kematianmu berhubungan dengan pekerjaanmu. Namamu hanya sebentar di dunia CTF, namun sangat gempar sepanjang masa. Kau memiliki rekam karir yang sangat baik di muka publik, tetapi tiba-tiba menghilang lalu di kabarkan meninggal dunia akibat bunuh diri. Semua orang tahu jika kau tidak memiliki alasan untuk bunuh diri,” jelas Samuel panjang lebar. Atlanta menusuk sepotong ayam menggunakan garpu kemudian melahapnya. “Kau seharusnya berterima kasih karena tahu identitasku dengan sangat baik dan merasa cukup. Tidak semua orang bisa mengetahuinya,” ujar Atlanta cuek. “Berhenti bersikap kau tahu semua tentangku,” desis Atlanta. Atlanta meletakkan garpu dan
Read more

CHAPTER 112

Pagi ini Dylan memutuskan untuk pulang ke apartemen, mengecek apakah kondisi Atlanta sudah membaik atau belum. Dibandingkan sarapan dengan Ryan, Dylan lebih memilih untuk sarapan dengan Atlanta. Ketika Dylan masuk ke dalam apartemen, Dylan menemukan Atlanta yang sedang makan sereal sembari menikmati serial kartun Spongebob Squarepants. Saking seriusnya menonton, sampai Atlanta tidak menyadari kehadiran Dylan. Mungkin seperti itu yang Dylan lihat, tetapi pada kenyataannya Atlanta sedang sibuk melamun sehingga tidak mendengar suara pintu di buka. “Sayang, maaf aku baru pulang.” Suara Dylan membuyarkan lamunan Atlanta. “Sayang, kau sudah pulang?” Atlanta tersenyum tipis dan menaruh mangkok serealnya ke atas meja. “Bagaimana keadaan Ibumu, apa dia baik-baik saja?” tanya Atlanta. Dylan tersenyum kaku lalu menganggukkan kepala sebagai jawaban. “Ya, lumayan.” Sejujurnya Dylan masih merasa bersalah terhadap Atlanta. Tapi mau bagaimana
Read more

CHAPTER 113

Ting Tong! “Sayang, tolong buka pintu untukku. Pasti itu temanku. Tanganku terkena tepung untuk untuk membukakan pintu,” pinta Dylan dari arah dapur. Atlanta segera berjalan cepat ke ruangan utama. “Ya!” sahutnya. Ketika Atlanta membuka pintu, Atlanta membulat terkejut melihat siapa yang datang. Ryan. Pria yang telah Atlanta patahkan tulang keringnya hari itu. Sepertinya Ryan sudah baik-baik saja dan sudah sembuh total sehingga bisa kembali jalan normal. Ryan juga sama terkejutnya setelah memastikan langsung dengan mata kepala sendiri jika X dan wanita yang Dylan nikahi adalah orang yang sama. Pupus sudah harapan Ryan untuk menyimpan perasaan serius kepada Atlanta. Wanita pertama yang berhasil mengalahkannya. Atlanta meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. Meminta Ryan unuk tetap menutup mulutnya. “Bersikaplah kita tidak pernah bertemu sebelumnya,” bisik Atlanta. Ryan bisa mendengarnya dengan jelas.
Read more

CHAPTER 114

“Jangan beritahu Dylan jika kita pernah bertemu sebelumnya. Biar aku yang memberitahu Dylan secara langsung.” “Kapan? Setelah Dylan tahu jika kau terlibat di balik ledakan kapal barang farmasi?” tembak Ryan. Kedua alis Atlanta terangkat, mulutnya sedikit terbuka. Meskipun Atlanta terkejut karena Ryan bisa menebaknya dengan tepat, tetapi Atlanta berusaha mengendalikan dirinya.  “Kenapa tiba-tiba membahas hal itu?” Ryan mengubah posisi duduknya supaya lebih nyaman. “Bukankah itu mobil milikmu? Mobil merk mewah dan langka. Menemui mobil sama yang hanya ada dua puluh buah di dunia dalam radius daerah yang kecil, sangatlah kecil kemungkinannya.” Atlanta masih tak bereaksi. Sementara Ryan kembali melanjutkan. “Orang berpakaian selam keluar dari gudang. Bukankah itu kau, Nyonya X?” Atlanta mengulum senyum dan sedikit menunduk. Ryan menaikkan alisnya sebelah, heran kenapa Atlanta terlihat sedang menahan tawa. “Kenapa kau t
Read more

CHAPTER 115

Meskipun kasus ini bukan termasuk dapartemennya, Ryan tetap menyelidiki kasus ini secara mandiri. Memanfaatkan hari libur, Ryan petang ini terjun ke lokasi tempat perkara dan kejadian. Pakaian yang Ryan gunakan hari ini casual. Kaos putih yang di tutupi jaket berwarna hijau tua, celana jeans, kacamata hitam dan sepatu boots. Ryan terus mencocokan yang rekaman kamera di ponselnya dengan tempat kejadian perkara. Mencoba menebak-nebak kemana langkah selanjutnya yang di ambil oleh wanita berpakaian selam yang Ryan curigai sebagai Atlanta. Hingga langkah kaki Ryan membawanya ke pinggir laut yang berada cukup jauh dari titik kamera. Ryan menoleh ke kanan dan kiri, mencari apakah ada kamera tersembunyi lainnya yang bisa ia dapatkan. “Ini titik buta. tidak ada kamera di sini.” Belum menyerah, Ryan melangkahkan kaki menyusuri pinggir laut tanpa tahu arah. Cukup jauh jarak yang sudah Ryan tempuh dengan berjalan kaki. Sekitar sepuluh kilo meter. Siapa sa
Read more

CHAPTER 116

“Tidak ditemukan?” tanya Dylan dan Ryan secara serempak.Petugas forensik tersebut mengangguk. Membenarkan hal itu. Dikarenakan kedua orang ini masih tidak percaya, petugas forensik menunjukkan layar komputer pada Dylan dan Ryan.“Sidik jari yang kalian temukan memang ada, tetapi ini tidak terdaftar di sistem pemerintahan.”Dylan menatap Ryan yang kini sudah mendesah frustasi.“Sungguh tidak ada?” tanya Dylan ulang. Berusaha memastikan sekali lagi.“Sidik jari ini tidak ditemukan. Siapa tahu pemilik sidik jari ini adalah kewarganegaraan lain.”Tak tega melihat raut wajah Dylan dan Ryan yang penuh kekecewaan, petugas forensik kembali berbicara,“Bagaimana jika kalian memberikanku waktu untuk mengecek sidik lainnya yang ada di tabung itu? Siapa tahu aku bisa menemukan sidik jari orang lain,” tawarnya.Dylan memberikan kartu namanya kepada petugas forensik bagian kantor.
Read more

CHAPTER 117

“Sayang, kau mau pergi kemana pagi-pagi sudah rapih?” Dylan menatap penampilan Atlanta dari atas hingga bawah yang sudah rapih menggunakan gaun pendek berwarna biru yang terlihat semi-formal.Sepertinya Dylan baru menyadari jika Atlanta memiliki banyak pakaian gaun jenis semi-formal yang kerap kali Atlanta gunakan di berbagai kesempatan semenjak Atlanta bekerja di luar rumah.“Aku? Aku ada urusan sebentar mengenai bisnisku. Tidak apa-apa bukan aku pergi sebentar? Tidak akan lama, nanti siang aku pulang.” Atlanta baru meminta izin ketika sudah siap.Dylan menganggukkan kepala. Tak mungkin ia melarang istrinya untuk bekerja. Lagipula Atlanta termasuk tipe yang jarang keluar rumah, maka dari itu Dylan tak pernah keberatan setiap Atlanta pergi keluar. Dengan syarat tak pulang larut malam.“Kau mau aku antar?” tawar Dylan.Tetapi anehnya, selama menikah tak pernah sekali pun Dylan melihat Atlanta membelanjakan uangnya
Read more

CHAPTER 118

Selepas asisten rumah tangga tersebut melenggang pergi, datanglah Leondra menuruni anak tangga. Leondra masih menggunakan piyama tidurnya. “Leona? Waw. Kau cantik sekali hari ini. Apakah ada sesuatu yang spesial?” sapa Leondra. “Duduklah. Ada sesuatu yang harus aku bicarakan denganmu.” Atlanta menunjuk sofa sebrang. Meminta Leondra duduk di tempat yang ia tunjuk sekarang juga. Leondra menatap Atlanta bingung karena ini tak seperti biasanya. Meskipun belum tahuu apa yang akan Atlanta lakukan, Leondra tetap menuruti perintah Atlanta. “Ada apa? Kenapa kau terlihat serius sekali?” “Kapan memangnya aku pernah terlihat bercanda?” balas Atlanta dingin. Atlanta menyodorkan beberapa dokumen yang telah di susun rapih kepada Leondra. “Akuisisilah semua asetku,” pinta Atlanta. Leondra menerima semua dokumen itu dalam keadaan bingung. “Aset? Memangnya aset apa yang kau milikki selama ini?” Ketika membaca semua dokumen itu, L
Read more

CHAPTER 119

Leonis menuruni anak tangga dengan lemas. Terlihat jelas jika bocah itu baru setengah sadar. Penampilan Leonis masih acak-acakkan khas orang bangun tidur. Tampak persis seperti ayahnya. Like father like daughter.“Leona?” Leonis mengerjapkan mata melihat kedatangan Atlanta sepagi ini di rumah.Leonis berjalan menghampiri Atlanta kemudian berbaring di sofa. Menjadikan paha Atlanta sebagai bantalan. Leonis kembali tidur di pangkuan Atlanta.“Leona, bukankah penampilanmu hari ini sangat berlebihan jika hanya untuk datang ke rumah ini?” Meskipun Leondra terkagum dengan penampilan Atlanta hari ini yang terlihat elegant, tapi harus Leondra akui jika ini sedikit berlebihan.“Kau pikir hanya rumah ini yang aku kunjungi?” balas Atlanta sinis.Leondra merapihkan semua dokumen pemberian Atlanta. Semua dokumen penyerahan sudah di tanda tangani resmi oleh Atlanta dan sekretarisnya selaku tangan kanan Atlanta. Leondra tinggal
Read more

CHAPTER 120

“Kami akan selalu menjadi keluargamu, Leona. Kami tak akan pergi kemana-mana lagi, tak akan meninggalkanmu lagi. Jadi, selesaikanlah urusanmu dan kembali dengan selamat. Bukan hanya Dylan, aku, Ayah dan Leonis juga akan menunggu kepulanganmu. Kau tidak sendirian, Leona.”Atlanta mengerjapkan mata. “Kalian masih menganggapku keluarga?” tanyanya pelan.Leondra berpindah posisi menjadi duduk di sebelah Atlanta. Memberanikan diri untuk mengusap puncak kepala Atlanta pelan.“Tentu saja. Kami hampir menggila sekaligus tak percaya mengetahui kabar bahwa legendaris Leona Veela telah bunuh diri. Kami akan selalu percaya padamu karena kami menyayangimu. Selamanya kita menjadi keluarga.”Atlanta dan Leondra berpelukan. Lantas Leonis terbangun kemudian ikut menyempil di tengah-tengah Atlanta dan Leondra. Mereka bertiga pelukan bak teletubies.“Kenapa kau tiba-tiba bangun?” tanya Atlanta pada Leonis.&ldquo
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status