Beranda / Romansa / My Wife is My Suspect / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab My Wife is My Suspect: Bab 101 - Bab 110

149 Bab

CHAPTER 101

“Tapi kau—” Kesal, Atlanta mengubah posisinya menjadi berdiri di hadapan Dylan. Tak bisa menahan diri lebih lama lagi. “Berhentilah bertanya seolah aku baru saja melakukan sesuatu yang ilegal! Berhenti memojokkanku, apakah kau tidak memiliki hal lain yang kau sembunyikan dariku?” Dylan terbungkam. Atlanta benar, Dylan juga memiliki bagian lain yang belum bisa diberitahu kepada Atlanta. Seharusnya Dylan tak mendesak Atlanta di saat posisi dirinya sama-sama memiliki rahasia dari pasangannya. Atlanta berusaha mengatur napas supaya tak kembali melayangkan kata-kata yang bisa saja menyinggung perasaan Atlas kapanpun. “Maafkan aku. Aku tak bermaksud memarahimu. Aku sudah berusaha menunjukkannya padamu dan memberimu sebuah kejutan. Tapi aku tidak menyangka jika kau akan marah karena aku sudah menyembunyikan hal ini.” Atlanta melunak. “Ini salahku karena sudah menyembunyikannya darimu.” Bagaimanapun juga, Atlanta berusaha menjaga image seorang Atlanta di hada
Baca selengkapnya

CHAPTER 102

Sesampainya di apartemen, Atlanta langsung mematikan total ponselnya dan pergi tidur setelah mandi. Sementara Dylan masih duduk di ruang tengah, sibuk berkutat dengan pikiran di ruang tengah. “Atlanta pemilik hotel itu? Sungguh? Kenapa aku bisa tidak tahu? Selama ini Atlanta tak pernah terlihat sibuk di hadapanku.” Belum puas, Dylan mengambil laptop pribadinya dan mengetik nama hotel ‘Luxirious’ di kolom pencaharian. Anehnya Dylan hanya menemukan berita pembukaan dan diskon besar-besaran dalam rangka penyambutan. Tak menemukan nama dari pemilik hotel ini ataupun dari anak perusahaan apa. “Kenapa tidak ada informasi perusahaan lain yang terikat dengan hotel ini ataupun nama dari pemilik hotel?” Secara kesimpulan, Dylan tak bisa menemukan informasi sesuai yang ia cari. “Bukankah itu hotel bintang lima? Kenapa aku tidak bisa menemukan informasi lain? Aku juga tak pernah melihat Atlanta sibuk mengurus bisnis.” Diliriknya jam dinding yang s
Baca selengkapnya

CHAPTER 103

Kevin dan Sarah menuruni anak tangga dengan perasaan riang karena mereka tak perlu bekerja lembur hari ini dan bisa pulang tepat waktu. Posisi gedung kedutaan besar yang harus menaiki anak tangga dari tempat parkir ke gedung, bisa membuat semua orang melihat dengan jelas siapa saja yang masuk dan keluar gedung kedutaan melalui pintu utama. Melihat ada seorang pria yang tak lagi asing, refleks Kevin berpindah posisi di belakang Sarah. Menjadikan sekretaris cantiknya itu sebagai tameng pelindung. “Pak? Kau kenapa bersembunyi? Apakah kau tidak malu bersembunyi di balik punggungku?” omel Sarah. Kevin berdecak. “Berpihak padaku sebentar Sarah. Kau tidak lihat jika ada penampakan.” Dahi Sarah mengerut. “Penampakan?” Pandangan Sarah mengikuti arah pandang Kevin saat ini. Di posisi jam tujuh, Sarah bisa melihat ada kehadiran Dylan yang sedang berdiri menyandar pintu mobil. Dylan menggunakan kacamata dan melipatkan kedua tangannya di depan dada.
Baca selengkapnya

CHAPTER 104

Malam ini Dylan membawa Atlanta menuju rumah Veronica. Padahal Atlanta dan Dylan sudah menikah lebih dari setahun, tapi ini adalah pertama kalinya Atlanta mengunjungi tempat tinggal masa kecil Dylan. Rumah lantai dua, cukup luas, tapi tak sebesar rumah keluarga Adams.“Sayang, aku baru sadar jika ini adalah pertama kalinya kemari. Apakah aku akan di cap sebagai menantu yang buruk?” tanya Atlanta.Dylan tersenyum geli dan menepuk pelan punggung tangan Atlanta yang berada di sikutnya. “Tidak mungkin. Ibuku juga sama sibuknya sepertimu. Pasti tidak akan berpikir seperti itu.”“Aku gugup, ini adalah pertama kalinya aku merayakan ulang tahunku,” aku Atlanta.“Kalau begitu kau harus bersiap karena kita masih memiliki tahun-tahun berikutnya untuk di rayakan.”Atlanta tersenyum saat Dylan membawanya menginjak lantai kediaman Jordan. Rumah masa kecil Dylan menunjukkan kehangatan ketika Atlanta masuk ke dalam.
Baca selengkapnya

CHAPTER 105

Acara ulang tahun belum selesai, Dylan sedang membantu Veronica membereskan piring-piring di dapur. Sementara Atlanta di larang membantu Veronica karena Atlanta adalah bintang acara malam ini, dan untuk Samuel sendiri memang tak berniat membantu.“Aku harus mengakui kemampuan aktingmu. Bagaimana bisa kau berpura-pura di saat ini bukan ulang tahunmu?” cibir Samuel.Saat ini mereka berdua berada di ayunan halaman belakang rumah sehingga bisa berbicara secara leluasa.“Berhenti membicarakannya,” tegur Atlanta. Takut jika ada yang mendengar perbincangan mereka.“Apakah ini sungguh racun?” tanya Atlanta.  Ia sungguh penasaran jika belum bisa membuktikannya sendiri.“Aku membuatnya sendiri. Batas di gunakan hanya tiga kali, jadi manfaatkan secara baik-baik. Kau bisa mencobanya ke dirimu sendiri jika memang sepenasaran itu.”“Reaksi apa yang akan bisa ditimbulkan jika aku menancapkan ujung
Baca selengkapnya

CHAPTER 106

Beberapa bulan kemudian . . . “Sayang, aku mau memberitahumu jika aku sudah berhenti magang di kedutaan.” Atlanta menuangkan susu ke dalam mangkuk sereal. Menjepitkan ponsel diantra telinga dan pundaknya. Sudah sebulan Dylan tak pulang ke rumah karena sibuk bekerja. Sebenarnya ada kasus panjang yang harus Dylan selesaikan, tapi ia memberitahu Atlanta jika jam penerbangannya sedang mengalami gangguan. Untuk menebus rasa bersalahnya tak bisa pulang ke rumah, Dylan menjadi lebih sering menghubungi Atlanta. “Sungguh? Kau sudah keluar?” Dylan sedikit terkejut. Ternyata Atlanta menepati ucapannya. Atlanta bergumam. “Hmm. Hanya setengah tahun saja aku menghabiskan waktu di kedutaan.” “Kenapa kau memutuskan keluar secepat itu? Siapa tahu kau bisa menjadi pegawai tetap mereka.” Dari yang Dylan dengar dari Sarah, performa kerja Atlanta di tempat kerja sangat bagus. Sungguh di sayangkan jika Atlanta kel
Baca selengkapnya

CHAPTER 107

Atlanta mulai terjun ke dalam laut seraya membawa botol besar yang berisi bensin. Kini Atlanta akan beraksi setelah Lay dan beberapa anak buah Hilton lainnya memberikan kode. Dikarenakan tugas Atlanta kali ini hanyalah menghilangkan barang bukti. Kepala Atlanta sedikit di munculkan ke permukaan air, lalu membuka alat oksigen yang menutup mulutnya. “Kenapa kapalnya tak kunjung datang? Astaga, Valeria benar. Suhu air laut malam ini sangat dingin. Aku seperti berendam di dalam air es.” Mulai mendengar suara sirine kapal, Atlanta kembali menyelam ke dalam laut dan bersembunyi di pinggir. Atlanta dengan sabar menunggu kedatangan kapal pengiriman barang di dalam air yang dingin. Perlu waktu hampir satu jam di dalam air untuk menunggu kapal tersebut terparkir secara sempurna dan membuka pintu utama. Atlanta berenang mendekati pintu kapal. Bersembunyi di bawah jembatan. Atlanta belum melihat tanda-tanda kedatangan Lay dan anak buah lainnya. Dalam hati
Baca selengkapnya

CHAPTER 108

Dylan sengaja tidak memberitahu Atlanta bahwa dirinya akan langsung pergi membeli oleh-oleh sebelum pergi ke bandara untuk kembali ke kampung halaman. Dikarenakan Dylan sudah tahu jika Atlanta telah menyelesaikan pekerjaannya di kedutaan besar, Dylan sengaja merahasiakan hal ini dari Atlanta. Berencana memberikan Atlanta kejutan. Sesampainya di apartemen, Dylan menekan tombol bel pintu rumah. Sudah satu menit menunggu dan terus menekannya berulang kali, Dylan mengernyit bingung karena tak kunjung mendapatkan jawaban. “Apakah Athena sedang pergi ke super market?” gumam Dylan. Dylan membuka pintu dan mendapati apartemennya sepi. Tak ada orang. “Atlanta?” Dylan mencari ke seluruh ruangan dan tak mendapatkan jejak Atlanta. Mencoba menghubungi Atlanta pun operator yang membalas bahwa ponsel Atlanta sedang tidak aktif. Ketika Dylan pergi ke kamar, Dylan menemukan ponsel Atlanta tergeletak di atas nakas sebelah ranjang. “Kemana Atlanta pergi
Baca selengkapnya

CHAPTER 109

Atlanta tidak bisa melarikan diri di saat misinya belum tuntas. Semenjak pulang ke rumah, Dylan menjadi lebih protektif daripada biasanya. Bahkan jadwal Atlanta minum air pun sampai Dylan pantau. “Sayang, kau sudah minum?” Atlanta menghela napas. Sepertinya keputusan ia memberitahu Dylan bahwa kondisinya tak baik adalah keputusan yang salah. “Aku sudah minum.” Atlanta berusaha tetap sabar. “Minumlah lagi kalau begitu.” Atlanta mengambil gelas di atas nakas dan minum seteguk. “Kurang. Minum lagi.” “Kau—” “Minumlah,” ulang Dylan tegas. Atlanta minum hingga tersisa setengah gelas. Barulah Dylan tersenyum puas. “Kau mau makan malam apa?” tanya Dylan, sudah siap menggunakan celemek. “Aku mau bubur dengan campuran jamur dan daging.” Dahi Dylan mengernyit. “Kenapa kau rakus sekali?” “Ya sudah kalau kau tidak ingin membuatnya.” Atlanta mengercutkan bibirnya sebal. “Baiklah, baikla
Baca selengkapnya

CHAPTER 110

Mata Dylan membulat sempurna melihat kapal mulai memunculkan api sebelum meledak besar. “Mobil ini sangat langka dan sangat mewah. Harganya sebesar 4,4 juta US dollar. Bugatti Chiron edisi terbatas, hanya ada dua puluh jenis yang di produksi di dunia ini. Bugatti Chiron Noire, setiap modelnya menampilkan serat karbon, gril unik, dan kaliper rem berwarna hitam. Tersedia dua varian: versi ‘Sportive’ dan edisi ‘Élégance’. Ini edisi elegance,” Dylan membuka suara setelah terbungkam cukup lama. Dylan meneguk salivanya dalam. “Pemilik mobil mewah itu adalah pelakunya, bukan?” “Bagaimana kau tahu tentang mobil ini hanya sekali lihat?” tanya Johnny. Tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. “Ini adalah mobil langka, sangat mudah untuk mengetahui jenisnya,” jawab Dylan. “Berikan aku salinan rekamannya. Aku akan pergi mengunjungi seseorang,” pinta Dylan terburu-buru. Juno segera memberikan sebuah diska lepas pada Dylan. “Zunaira, aku pin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status