All Chapters of SCANDAL: Chapter 51 - Chapter 60

71 Chapters

BAB 50 - tersipu malu

Keesokan hari … Pagi itu Tsabitha masih tidur dengan nyenyak dengan wajah yang polos tanpa dosa. Bau kopi yang menguar di udara bercampur dengan bau bunga melati dan daun pandan yang menghiasi ranjang pengantin mereka, mengusik tidur nyenyak pengantin baru ini, hingga memaksanya untuk membuka mata.“Selamat pagi,” sapa Moreno pagi itu sambil membawa cangkir yang berisi kopi panas, terlihat dari kepulan asap di atasnya.“Selamat pagi, jam berapa ini?” sahut Tsabitha dengan suara paraunya sambil mengulas senyum manis.“Baru jam 9 pagi. Mau kopi?” tanya laki-laki itu sambil menyodorkan cangkir kopi itu ke depannya. Tsabitha pun mengangguk sambil merenggangkan tangan ke atas, lalu duduk di atas tepi ranjang. Moreno menghampirinya dan ikut duduk di tepi ranjang.“Minumnya pelan-pelan, masih panas. Ini kopi buatanku sendiri, namanya kopi cinta,” ujar Moreno sambil menyodorkan cangkir kopi i
Read more

BAB 51 - pacaran dulu

“Jadi pada intinya, rasa depresi atau trauma umum itu sudah tidak ada dalam diri Anda, ya?” tanya Dokter Handy, dokter sexology yang dikenalkan istri teman Moreno. Siang itu pasangan pengantin baru tersebut menemui Dokter Handy, seorang pakar sexology yang merupakan teman Inez, istri Prayudha—rekan kerja Moreno. Seorang dokter paruh baya dengan penampilannya yang dandy dan trendy, sehingga meskipun sudah terlihat berapa kerut di sekitar wajahnya, tidak mengurangi sisi maskulinnya yang begitu kuat. Dengan rahang yang kuat dan wajah penuh senyum, plus matanya yang berkilat sempurna, membuat sisa ketampanannya di masa lalu masih terlihat dengan jelas di wajah tua itu yang bermahkota rambut yang telah memutih. Tsabitha merasa nyaman bertemu dengan dokter tua yang trendy ini. “Itu dulu, Dok!” sahut Tsabitha sambil mengangguk pelan. “Dulu itu, aku suka menyalahkan diri sendiri, sedih mulu, marah, putus asa dan merasa dunia ini nggak adil padaku! Bahkan aku sempat nyaris mau bunuh diri.” Mo
Read more

BAB 52 - menunda

Keesokan harinya … Hari ini Tsabitha ada meeting dengan kliennya di butik yang mau fitting baju keluarga pengantin, otomatis seluruh keluarga kedua belah pihak datang ke butik tersebut. “Kamu nggak papa nungguin aku ngurusin klienku nanti?” tanyanya sambil keluar dari mobil. Pagi itu Moreno memaksa mengantar ke butik dan ikut menemaninya di sana. “Kan aku udah bilang, kalau aku bakal nemenin kamu sampai acara kamu selesai. Nggak masalah, lagian di atas ada taman yang bisa buat kongkow, ‘kan?” tanya Moreno sambil menunjukkan jemarinya ke atas. Tsabitha pun mengangguk sambil tersenyum. “Tapi kamu ‘kan nggak usah nungguin juga, kamu bisa pulang dulu ke rumah, main sama Bian atau mungkin doing something di rumah, atau--…” “Aku tetep mau di sini, Nyonya Tsabitha!” sela Moreno dengan mimik wajahnya yang lucu, Tsabitha kembali tersenyum. “Percaya sama aku, kamu nggak usah khawatir, aku akan baik-baik saja. Aku setia nunggu kamu sampai urusan kamu selesai sama klienmu itu. Okee?” ujarnya
Read more

BAB 53 - Dewi berulah

Tiga hari tanpa Moreno di sisinya, membuat hati Tsabitha serasa hampa. Beberapa kegiatan yang sering dilakukannya bareng suaminya itu selama seminggu kemarin, rupanya membuat dia jadi terbiasa, seperti lari pagi, masak bareng di dapur, nonton film di ruang keluarga atau di kamar, juga main bareng Bian, membuat perempuan itu ingin melakukannya setiap hari. Namun, dia sadar, Moreno bukan sepenuhnya miliknya, ada Mabella yang juga ingin berbagi waktu bareng laki-laki itu, hal ini tentu saja membuatnya sedih. Untungnya Moreno senantiasa mengirimkan pesan-pesan mesra ke Tsabitha via ponsel, membuatnya semakin yakin kalau laki-laki itu sangat peduli dan perhatian padanya. “Apa, Mbok? Mas Reno pergi ke luar kota? Kapan?” tanya Tsabitha heran sore itu sepulang kantor, saat Mbok Nah mengabarkan perihal kepergian Moreno ke luar kota. “Yaa, siang tadi, Mbak! Mas Reno kelihatan buru-buru banget. Waktu itu Mbok lagi di depan lagi nyapu teras depan, pas Mas Reno pergi,” sahut Mbok Nah resah. “Pas
Read more

BAB 54 - cemburu tingkat dewa

“Mbok Nah, di mana Bitha?” tanya Moreno dengan nada cemas, ketika sudah tiba di rumah. Mbok Nah yang baru saja kebingungan melihat sikap Tsabitha yang tidak biasa, jadi semakin bingung saat melihat tuan mudanya yang terlihat cemas dan terburu-buru. “Ada di kamar, Mas,” sahut Mbok Nah sambil menunjuk ke lantai atas. Moreno pun mengangguk dan bergegas naik ke lantai atas, menuju ke kamar sang istri. Setibanya di kamar, dilihatnya perempuan itu sedang terbaring di ranjang membelakangiya sambil menutupi wajah dengan bantal. Moreno lalu melepas jas, sepatu dan kaos kaki yang dikenakan, kemudian menggulung lengan kemeja hingga ke siku, ini sudah fix kalau Tsabitha ngambek. “Sayang, aku sudah pulang,” sapa Moreno sambil membelai rambut hitam itu dan duduk di tepi ranjang. Tsabitha yang baru menyadari kehadiran sang suami segera beringsut menjauh darinya, laki-laki itu pun tersenyum. “Kok malah menjauh sih?” ujarnya sambil naik ke atas ranjang dan mendekati sang istri lalu memegang bahunya.
Read more

BAB 55 - pick a poe

“Mbok, siapa yang punya akses masuk ke kamar Tsabitha selain mereka berdua?” tanya Mabella yang semakin penasaran dengan apa yang dilakukan oleh kedua pasangan pengantin baru itu di dalam kamar, hingga sampai siang ini belum keluar juga. Mabella tahu betul kalau pintu kamar itu hanya akan terbuka kalau disentuh dengan finger prints atau sidik jari pemiliknya atau menggunakan kartu yang digesek, karena hal itu sudah menjadi kebiasaan Moreno yang suka menggunakan akses finger prints dan hanya Mbok Nah yang mempunyai akses kartu gesek tersebut.“Saya yang bawa akses kartu geseknya, . Kenapa, Mbak?” sahut Mbok Nah heran.“Aku pinjam! Aku mau masuk ke kamar Bitha!” sela Mabella tidak sabar.“Tapi, Mbak. Mereka berdua sedang ada di kamar. Pamali kalau Mbak Bella mau masuk ke sana, apa nggak sebaiknya Mbak Bella nunggu dulu di sini saja atau mungkin pintunya diketuk, biar mereka tahu kalau Mbak Bella datang?&r
Read more

BAB 56 - pencarian

“Makan siang apa kita hari ini?” tanya Mabella yang tiba-tiba muncul siang itu di ruang makan di rumah Tsabitha, saat sang adik dan suaminya sedang asyik menikmati makan siang bersama.“Heii, Kakak! Ayoo, sini! Makan bareng! Mbok Nah bikin rendang sama sayur nangka, enak bangeet!” ajak Tsabitha sambil melambaikan tangan padanya yang masih berdiri di ujung meja makan.“Ayoo, Bell! Jangan berdiri saja di situ, ayoo masuklah!” Moreno menimpali ucapan Tsabitha sambil menyeringai lebar.Perempuan itu hanya tersenyum sambil berjalan menghampiri mereka dan duduk di sebelah Moreno, sementara sang adik duduk di sisi lainnya. “Hmm … lihat dari bentuk dan aromanya saja, kelihatannya enak sekali rendang ini,” sahutnya sambil mengambil piring lalu mengisinya dengan nasi dan rendang special buatan Mbok Nah. “Semua masakan Mbok Nah itu memang enak! Pantas aja Bitha minta Mbok Nah ikut dengannya, biar dimasakin yang e
Read more

BAB 57 - ada apa dengan Dewi?

“Bapak, Ibu, aku … pingsan lagi, yaa?” tanya Mabella dengan suaranya yang parau dan terbata-bata sambil memegang keningnya yang sedikit pusing.“Sudah, sudah, Bella. Nggak usah banyak ngomong, kamu itu masih capek, istirahat saja dulu, sekarang lebih baik minum obatnya, yaa,” sahut Bu Shanty sambil membelai puncak rambut putri kesayangannya itu. Perempuan itu mengangguk sambil mengangkat tubuhnya, agar bisa duduk, untuk minum obat. Bu Shanty dan Pak Halim lalu membantunya.“Bapak, Reno sama Bitha di mana?” tanyanya lagi setelah selesai minum obat.“Moreno tadi nganter Dokter Burhan ke teras depan trus nggak tahu ke mana, kalau BItha tadi sih lagi gendong Bian, mungkin sekarang lagi nidurin Bian di kamar. Kenapa? Kamu mau ngomong sama mereka?” Mabella mengangguk pelan sambil merebahkan tubuhnya di sandaran bantal yang ditumpuk-tumpuk hingga tersusun tinggi di belakangnya.“Sudah, ngomongnya nggak
Read more

BAB 58 - problema baru

Menunggu adalah hal yang paling membosankan untuknya. Namun, sore ini Dewi harus setia menunggu dan menanti jawaban yang akan menentukan masa depannya nanti. Perempuan itu sudah bertekad untuk mengguncang sedikit dunia kecil yang dibangun oleh sang Big Boss bersama kedua istrinya yang kakak beradik itu. Ternyata pukulan keras dari mantan suaminya memberikan sisi baik baginya untuk masuk ke rumah ini. Dewi benar-benar merasa bersyukur, dengan dalih meminta perlindungan, perempuan itu berusaha masuk ke dalam rumah itu. Hatinya berbunga-bunga senang. “Apa? Kamu mau ngajak Dewi tinggal di rumah kita sama anaknya?” ujar Mabella kesal dengan ekspresi wajahnya yang tidak suka saat sang suami mengungkapkan tujuannya membawa anak buahnya masuk ke rumah mereka. Saat itu, Dewi ada di lantai bawah di ruang tamu, menunggu Moreno dan keluarganya yang sedang berdiskusi di lantai atas di ruang kerja Moreno di rumah Mabella. “Iya, Bell! Seperti yang aku bilang tadi, ini demi kemanusiaan!” Mabella me
Read more

BAB 59 - dewa penolong

“Bell, kamu nggak bisa diam gini, terus!” ujar Bu Shanty sore itu saat berkunjung ke rumah putri kesayangannnya. “Kamu harus segera ngeluarin Dewi dari rumahmu ini, perempuan itu bisa jadi ancaman, Bell!” lanjutnya cemas sambil berjalan mondar-mandir di ruang keluarga rumah Mabella.“Ibu, duduk! Denger, ya!” sahut Mabella resah sambil memegang lengan atas perempuan tua itu dan memintanya untuk duduk di sofa. Bu Shanty menurut dan duduk di sofa, Mabella pun duduk di sebelahnya seraya berkata, “waktu pertama kali dia datang ke rumah ini, aku sama Bitha udah protes waktu Reno mau nampung dia, tapi Reno bilang ini demi kemanusiaan. Jadi bisa apa aku?”“Kamu itu terlalu lemah! Harusnya kamu itu ngotot dan tetep kekeuh nggak mau nrima perempuan itu di rumahmu ini,” sela Bu Shanty, “Ibu yakin dia itu punya maksud tertentu dengan masuk ke rumahmu ini!”“Maksud tertentu?” balas Mabella he
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status