Home / Romansa / MUSIM CINTA DI SEOUL 2 / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of MUSIM CINTA DI SEOUL 2: Chapter 11 - Chapter 20

79 Chapters

KEMARAHAN ANNA

Malam itu Anna terbangun dari pingsannya, saat itu juga Dae Jung tak ada kembali menyusup ke raganya untuk sementara, memulihkan tenaga sejenak. Dae Song yang tiba di rumah segera menemui Anna, di tangga dia berpapsan dengan Bu Nas. "Bagaimana, Bu Nas?" tanya Dae Song berbisik."Nona Anna sudah sadar, dia ada di kamarnya," jawab Bu Nas."Apakah rahasia ini masih tersembunyi?" tanya Dae Song."Tuan, apakah anak yang di kandung Nona Anna itu anak--" kalimat Bu Nas di cegat oleh Dae Song."Iya, itu anakku, nanti aku jelaskan Bu Nas,"Dae Song berlari kecil menuju kamar Anna, Bu Nas terkesiap, mendengar jawaban Dae Song  dia termangu, Bu Nas sudah kehilangan akal sehat memikirkan musibah baru korain. Ini sangat tidak masuk akal cinta segi tiga antara kedua anak Rifasya."Bagaimana bis aitu terjadi di antara mereka? oh Tuhan, Tuan Kim," gumam Bu Nas memikirkan nasib  Dae
Read more

DI KETAHUI DAE JUNG

Bu Nas turun ke bawah, dia menuju ke dapur untuk membuatkan teh hangat buat Anna. Dari belakang ada Dae Song yang tak henti mengikuti setiap langkahnya. Dia berharap agar Bu Nas bisa memberikan pengertian pada Anna untuk menerima janin yang tak berdosa itu secara  ikhlas.  "Bu Nas, tolong.. bantu aku," pinta Dae Song memelas.  Bu Nas yang masih terkejut dengan musibah ini belum bisa mengatakan apapun selain diam. Berkata juga sama dengan mengkhiantai Dae Jung yang saat ini terbaring lemah, Dae Jung dan Dae Song titipan amanah dari majikan sekaligus sahabatnya Rifasya Salim. Tak mungkin ia membeda-bedakan di antara anak kembar itu.  "Bu Nas, aku sekarang butuh bantuan," keluh Dae Song dengan mimik tak berdaya.  "Tuan Song, apa yang harus kita lakukan saat ini? ada? tidak ada, kita hanya bisa pasrah saja, menunggu anak itu lahir, menjadikan dia seperti Haneul dan Micha. Mereka sama-sama anak Anna juga cucu dari Korai
Read more

MENEPI

Pagi tiba, Anna terbangun karena matahari  yang menyelinap dari kaca jendela mengusik tidurnya. Mengucek mata yang bengkak, sedikit perih, namun tak ada yang lebih perih dari hatinya yang begitu sakit dengan suratan takdir.   Berdiri memandangi diri di depan cermin, menyorot perutnya yang masih rata. Kelak, perut itu akan semakin membesar, anak dari pria yang bukan suaminya akan tumbuh bersamanya. Sanggupkah dia mengikhlaskan ketetapan Tuhan, belum, tidak. Anna memukuli wajahnya sendiri, dia merasa imannya begitu lemah hingga dia tak bisa menjaga kehormatannya sebagai seorang istri. "Aku benci dengan diriku sendiri!" Anna memukul wajahnya sendiri. Menghardik tiada henti. Tangis Anna pecah menggema di rumah Korain. Seluruh pelayan yang saat itu tengah membersihkan kebingungan dengan sikap Anna yang tiba-tiba aneh di pagi hari.   Di luar ada Bu Nas panik mendengar suara Anna yang mulai meronta lagi. "No
Read more

SOLUSI KAKEK HANG

Anna duduk di taman atas, tempat itu favoritnya bersama Dae Jung. Melihat langit biru yang baginya itu gelap. Pemandangan taman Korain, perkebunan milik Kakek Hang itu masih terawat dengan baik. Meskipun Presdir utama itu sudah tak sekuat dulu lagi mengurus semuanya. Keindahan pemandangan itu tak mampu menghibur hatinya. Ah, sulit, tapi harus di jalani."Jika ini sebagian jalan yang harus aku lalui, maka kuatkan aku Ya Allah, aku pasrah apa yang sudah menjadi takdirmu," lirihnya berkaca-kaca. Sungguh tak berperikemanusiaan bila dia harus menghardik janin yang tak berdosa itu. Kemarahannya pada Dae Song tak serta merta ia ingin lampiaskan ke bayi mungil di perutnya. Entahlah, tugasnya hanya satu, harus menerima lapang dada. "Nona, Presdir Hang sudah tiba," suara Bu Nas menyeru dari belakang. Anna mengenyahkan lelehan air matanya. Dia mengendalikan diri agar tidak terlihat murung di hadapan kakek yang ingin me
Read more

KESEPAKATAN

Anna tiba di  cafe yang elit itu. Dae Song yang lebih dulu tiba sudah menunggunya, bahkan dia menyewa tempat itu agar lebih privat berbicara pada Anna. Dari jauh dia melihat Anna melangkah padanya, tentu dia merasa deg-degan, pikirannya berkecamuk, entah apa yang nanti di luapkan adik iparnya itu. "Silahkan duduk," ucap Dae Song pada Anna. Anna duduk, beberapa menit mereka dalam kebisuan, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Berat, lebih dulu berkata di situasi yang sudah tidak mengenakkan itu.Pelayan datang membawa sajian yang di pesan oleh Dae Song. Pria berwajah dingin itu tahu, saat itu sudah menjelang siang, perempuan hamil tidak boleh terlambat makan."Aku lapar,lebih baik makan dulu, dari pada melihatmu mode diam," kata Dae Song mulai melahap makanannya. Anna sama sekali belum bergerak, dia mematung namun hati menyusun kata yang tepat untuk di ucapkan pada Dae
Read more

JALAN YANG TAK ADIL

Ya, keterkejutan seketika melanda ustadzah Saina. Dia memandangi Anna dengan wajah tidak yang sungguh percaya dengan apa yang dikatakan Anna. "Saya seperti mimpi buruk, Anna."    Anna membenamkan wajah di sela jemarinya. Menangis sejadi-jadinya. Menatap Ustazah Saina pun ia begitu malu. Dia begitu kotor dengan harga diri yang tercabik-cabik oleh kelakuannya bersama Dae Song.   "Apa yang harus aku lakukan, Ustadzah," pinta Anna yang merasa putus asa.   Ustadzah Saina sejenak beristighfar, sulit mengatakan apa  yang harus ia katakan pada Anna. Jujur pun itu akan membuat Anna sulit bernafas bila mendengar sarannya.    Ustadzah Saina mengambil air putih, "Kamu minum dulu, tenangkan dirimu, istighfar Anna," ucapnya.   Setelah meneguk air itu sampai habis, Anna kembali berfokus pada perempuan berwajah teduh itu. Dia tetap ingin meminta saran langkah apa y
Read more

KEPUTUSAN MUTLAK

Plak! Tamparan keras dari Kakek Hang melayang ke wajah Dae Song. Luapan amarah pria berusia lanjut itu menakutkan seluruh yang ada di istana Korain. Bu Nas saat itu hanya dapat menundukkan wajah atas pengakuan Dae Song tentang kehamilan Anna. Kembaran Dae Jung itu telah berani berkata jujur atas dasar saran ustadzah Saina. Ya, ia rasa itu memang jauh ke lebih baik, karena kehamilan tak dapat di sembunyikan oleh cara apapun.   "Kau! Dari dulu kau memang bejat! Apa salahku sehingga bisa mendapatkan cucu seperti mu?"  Dae Song hanya membisu, tak ada kata yang dapat ia ucapkan. Dia tahu, ini kesalahan yang ebsar, memalukan, menghinakan keluarga, juga mengkhianati adik kandungnya.   "Adikmu sedang sakit, berjuang hidup, kau tega berbuat itu pada adikmu? Dae Jung tidak pernah membuatmu terluka, dia bahkan rela memberikan apapun untuk kakaknya," tegas Kakek Hang dengan suara bergetar.   Anna
Read more

HARUS MENIKAHI

Tangis Anna masih sesenggukan di balik kedua telapak tangannya. Dae Song memandangi Anna dengan hati pilu. Dia tahu, ini berat buat Anna, bahkan ia tahu pula tak ada sedikitpun keikhlasan di hati adik iparnya itu. Tapi, demi kebaikan untuk perkembangan anaknya, Dae Song harus tega melakukan pemaksaan itu pada Anna. "Aku tahu perasaan kamu, tapi maaf, ini lebih baik kita lakukan demi anak ini," ucap Dae Song.   Anna terisak tangis, dia tak menjawab ucapan Dae Song yang ia anggap akan membunuhnya secara perlahan. Mana mungkin ia bisa sekuat itu berpisah cerai dengan Dae Jung. Sosok suami yang sangat ia cintai.   "Anna, tolong, pahami keadaan kita, pahami sejenak," pinta Dae Song.   Dengan berurai air mata, Anna menatap wajah Dae Song. "Kamu tahu, ini sudah sulit, tapi bagaimana dengan hati Dae Jung? apakah dia tidak punya hati  untuk kecewa, bersedih, dan marah pada kita?" Anna menyerang Dae So
Read more

PERSETERUAN

Dua hari telah berlalu, Dae Song menunggu masih menanti jawaban Anna yang tak kunjung ia dapat. Rasa khawatir tak henti menyelimutinya, takut bila Anna malah membiarkan janinnya terbengkalai.   Siang itu Dae Song tak lagi ke kantor, sejak kemarin dia tak diberikan wewenang dari Kakek Hang untuk menjabat di kantor sebelum masalah dia dengan Anna selesai. Keputusan itu diterima Dae Song karena sangat memahami rasa terpukul kakeknya.  "Anna dimana, Bu Nas?" tanyanya pada Bu Nas yang sedang mengawasi para pelayan.  "Nona Anna masih ada di atas kamarnya, sejak kemarin belum pernah turun."  Dae Song yang khawatir bergegas ke atas kamar Anna. Bu Nas yang takut bila akan ada perdebatan lagi mengikuti Dae Song secara diam-diam.  Setiba di depan kamar Anna, Dae Song mencoba menguping dari luar, namun tak ada suara sediki
Read more

DESAKAN ZURA

Zura dan Dae Jung masih menunggu Gang Sang di rumah sakit, pria yang berwajah sangar itu sedang berdiskusi dengan dokter untuk mendonorkan paru-paru pada Dae Jung. Saat itu   kondisi keponakan Gang Sang memang sangat kritis karena gagal ginjal dan asam lambung yang di deritanya. Setelah memberikan keyakinan penuh, dokter yang ia berikan sejumlah suap itupun menyetujui permintaan Gang Sang meski hal itu tidak diketahui oleh Zura.  Gang Sang keluar membawa map biru hasil ronsen paru-paru keponakannya, menggambarkan paru-paru yang akan didonorkan pada Dae Jung cukup sehat dan baik.  "Kamu lihat 'kan? paru-paru keponakan ku bersih, selama masa hidupnya dia tidak pernah merokok," ujar Gang Sang. Dae Jung lega karena paru-paru yang akan di donor kan padanya. Zura yang sangat berniat membantu Dae Jung merelakan tabungannya untuk memberikan uang muka pada Gang Sang. "Aku rasa ini cukup untuk uang muka, jadi tolong awasi terus se
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status