Raga Angel sedang berada di dapur kedai ibu Alessa, namun jiwanya melanglang buana entah ke mana. Gadis itu berdiri di samping sahabatnya sambil memegang pisau dan memotong daun bawang dengan tenaga yang tidak biasa—penuh emosi sampai menimbulkan suara yang sedikit menyeramkan menurut Alessa. Sejak awal kedatangannya Angel sudah memasang wajah muram. Ketika ditanya kenapa, Angel hanya menggeleng tanpa menjelaskan apa-apa. Alessa tidak memaksa, dia memberi Angel kesempatan untuk meredam emosi yang tampak menyala-nyala di matanya. Sayangnya, bukannya padam, menit demi menit berlalu tingkat emosi Angel justru kian menanjak. Tuk ... tuk ... tuk ... Pisau tajam itu dientak-entak pada talenan dengan kasarnya, mencincang daun bawang sampai tercacah mengenaskan. Jangankan menghasilkan potongan indah, bawang itu masih tersisa saja Alessa sudah bersyukur. "Mending kamu istirahat, An, aku bisa menyelesaikan semua ini sendiri." "Berdua lebih baik, Al," sa
Baca selengkapnya