Berita tentang resminya hubungan Angel dan Jaydan sebagai pasangan kekasih sedang menjadi buah bibir di kalangan penduduk Nethern University. Terlebih setelah Jaydan memposting foto kekasih barunya dengan simbol hati. Sampai hari kelima sejak foto itu diunggah, komentar demi komentar terus berdatangan. Karena hal itu pula pengikut Jaydan tiba-tiba bertambah pesat. Kemungkinan besar itu adalah ara pengikut akun Angel yang penasaran dengan sosok Presiden mahasiswa yang berhasil meluluhkan hati Angel mereka.
Bukan hanya Angel dan Jaydan yang ramai menjadi topik obrolan, Naina yang dengan mirisnya mengirim emoji senyum di postingan tersebut pun menuai banyak perhatian. Tidak sedikit yang menyayangkan keputusan Jaydan karena lebih memilih Angel dibanding Naina yang jelas-jelas lebih baik secara etikanya.
Michelle, Austin, Hena, dan Renata pun masih konsisten bersikap nyinyir di segala k
Angel menoleh, menatap kekasihnya itu penuh tanya. "Apa?" "Mengenai kejadian di tangga waktu itu ... apa benar kau mendorong Naina?" Jaydan sudah lama ingin menanyakan hal ini namun selalu diurungkan karena merasa tidak enak. Terlebih waktu itu mereka sempat terlibat debat sengit karena masalah itu. "Kau masih peduli pada Naina?" balas Angel tidak suka. "Bukan, aku hanya ingin tahu cerita ini dari versimu." "Bukannya waktu itu kau sudah percaya bahwa aku mendorongnya, kenapa sekarang masih bertanya?" Angel semakin kesal, apa maksud Jaydan membahas hal itu di kencan pertama mereka? Benar-benar merusakmood. "Maaf, waktu itu aku terbawa emosi dan percaya begitu saja pada omongan orang-orang. Aku hanya ingin tahu tentang itu darimu." "Kalau aku mengaku bahwa benar Naina didorong olehku lantas kau mau apa? Mau mengajakku putus?" Emosi Angel ini memang rentan mengalamimood swing
"Minum dulu," titah Angel sambil memberikan minuman dingin yang tadi dia beli. "Terima kasih," ujar Jaydan setelah menegak setengah dari isi minuman dingin itu. "Ceritanya kencan tapi malah asyik main sendiri," sindir Angel bermaksud melayangkan candaan agar suasana di antara mereka bisa cair lagi. "Maaf, aku hanya ingin tahu rasanya olahraga ditonton pacar. Kata Karel itu sangat menyenangkan dan bisa menambah semangat." Angel tak habis pikir, astaga, Jaydan ini polos atau bagaimana? Kenapa tingkahnya yang begini bisa membuat hati Angel meleleh. "Lalu semangatmu bertambah?" balas Angel penasaran. "Biasa saja," jawab Jaydan sekenanya, sengaja mengusili Angel. Padahal sebenarnya tadi Jaydan senang sekali, semangatnya bertambah sepuluh kali lipat. Dia juga sering curi-curi pandang ke arah Angel. Gadis itu lalu meninju lengan kekasihnya sebal. "Aku senang Angel," jujur Jaydan akhirnya, sepertinya sudah cukup sejak tadi ia m
Angel baru selesai makan malam dengan Alessa di dapur asrama, ia kembali ke kamar lebih dulu karena ingin istirahat setelah menjalani kencan pertama yang sangat menyenangkan bersama sang kekasih. Mungkin memang tidak banyak senyum yang diumbar tapi dari aura saja sudah terlihat jelas bahwa kebahagiaan sedang bertumpuk di hati Angel. Dia membaringkan tubuh di kasur, melihat ponsel dan menggeser beberapa gambar yang dia ambil bersama Jaydan sore tadi. Tangan gadis itu gatal ingin mengunggah foto berdua dengan kekasihnya tapi ia masih ragu untuk melakukan itu. Walau bagaimana pun juga selama ini belum pernah ada laki-laki yang singgah difeed Stargramnyaselain sang ayah. Pada akhirnya, Angel memilih satu foto yang paling aman untuk dia unggah. Itu adalah foto bayangannya dan Jaydan yang dia ambil tanpa sepengetahuan laki-laki itu. Tampak Jaydan sedang menuntun kekasihnya sedangkan bayangan Angel terlihat sedang memegangi ponsel sambil. Usai menentuka
"Aku tidak tahu sejak kapan suka padamu, tapi kalau tidak salah aku suka diam-diam memperhatikanmu." "Kamu punya bakatstalkerternyata," sinis Angel, kecewa dengan jawaban Jaydan yang tidak sesuai harapan. Berekspektasi memang menyakitkan kawan. "Aku juga heran." "Kapan tepatnya kamu suka memperhatikanku?" "Sejak awal, aku suka public speaking-mu ketika menjadi pembicara di beberapa forum kampus. Awalnya hanya sebatas kagum saja dengan kemampuanmu." "Lama-lama suka?" "Tidak secepat itu prosesnya, masih jauh dari kata suka sebenarnya tapi lebih ke kagum. Aku merasa kau berbeda dari gadis-gadis pada umumnya." "Apa bedanya?"
Karel ingin pura-pura tidak tahu dan mengabaikan keanehan yang sejak tadi ditunjukkan sahabatnya. Diajak diskusi serius soal tugas mata kuliah tapi Jaydan malah melamun dan sibuk senyum-senyum sendiri sambil memandangi ponselnya. Untung mereka hanya berdua, kalau ada orang lain, runtuh sudah citra Presma satu ini. Mungkin bisa dibilang alasan Jaydan berani bersikap begitu karena dirinya hanya bersama Karel. Saat dengan orang lain, dia tidak pernah seperti itu. "Anda sudah gila?" jengkel Karel sudah tidak kuat menahan emosi. Sejak tadi dia mengoceh sendiri, padahal langka sekali Karel mau belajar serius begini. Parah! Jaydan benar-benar mengabaikan Karel. Lelaki itu menggebrak meja pun tak dihiraukan. Akhirnya dia menggeser duduknya agar lebih rapat ke Jaydan. "Astaga," ujar Karel gemas sendiri. "Dari tadi kau mengabaikanku hanya karena foto bayangan ini?" lanjutnya masih berapi-api. "Aku tidak tahu dia mengambil foto ini, bagus, aku suka," bal
Dari arah yang berlawanan Jaydan tampak berjalan bersama satu teman Gery dan Naina. Mereka melangkah sambil sibuk berdiskusi entah masalah apa. Semakin dekat jarak mereka, Jaydan menyadari bahwa sebentar lagi dia akan berpapasan dengan kekasihnya. Dari jarak yang masih agak jauh, laki-laki itu sudah tersenyum yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri saking tipisnya senyum itu. Matanya tidak selalu fokus pada Angel untuk menghargai lawan bicaranya dan Jaydan pun yakin Angel akan melakukan hal yang sama. Benar saja, gadis itu malah sibuk mengajak Alessa bicara melantur tak jelas. Menyibukkan diri agar tidak terlihat terlalu salah tingkah. Padahal justru tindakan itulah definisi dari salah tingkah yang sebenarnya. "Wih, pacarnya tuh, Jay," goda Gery sambil menangkup pundak Jaydan. Jaydan menoleh dan tersenyum menanggapi godaan itu. "Sampai mana bahasan kita tadi?" "Sapa saja dulu, lanjut diskusinya nanti di sekre." Gery sangat peka
Jaydan dan teman-temannya sedang ada di ruang kelas, menanti dosen yang sebentar lagi akan memberi kuliah. Tiba-tiba ponselnya berdering, tertera nama Angel di layar ponselnya. Senyum Jaydan naik tapi sedikit aneh juga, tidak biasanya Angel menghubunginya di jam segini, apalagi gadis itu tahu sebentar lagi dia ada kelas. "Halo," ucap Jaydan memulai pembicaraan. "Jaydan hiks ... Angel ...." Itu suara Alessa yang menangis, seketika Jaydan menegang. Apa yang terjadi pada Angel? "Tenang dulu Alessa, kenapa kau menangis?" Karel yang duduk di samping Jaydan sontak menoleh ketika nama Alessa disebut. Ia jadi penasaran dengan isi percakapan Jaydan dan Alessa. "Angel masuk rumah sakit, dia sedang di UGD sekarang. Aku takut terjadi apa-apa padanya dan bingung harus menghubungi siapa. Pamannya tidak menjawab panggilanku." "Di rumah sakit mana?" tanya Jaydan berusaha tenang meski jantungnya tak merasakan hal itu.
"Kami dan kepolisian sudah bekerja sama, berdasarkan hasil lab diketahui ad potasium sianida di dalam makanan yang dikonsumsi Angel. Dosisnya memang tidak banyak, tapi itu saja sudah sangat berbahaya jika terserap tubuh manusia." Potasium sianida adalah jenis zat yang biasanya digunakan sebagai racun tikus. Bentuknya berupa butiran menyerupai kristal yang memiliki aroma almond pahit yang khas. Oleh karena itu, racun ini sulit terdeteksi apalagi jika sudah dicampurkan dengan bahan makanan lain. Zat ini juga sering digunakan sebagai bahan untuk mengekstraksi emas, perak, dan besi. Bisa dibayangkan sebahaya apa jika zat beracun tersebut dikonsumsi manusia. Tentu nyawa taruhannya. "Potasium sianida ini memiliki efek ke seluruh tubuh (sistematik), terutama memengaruhi sistem organ yang paling sensitif terhadap kadar oksigen rendah," kata dokter menjelaskan serinci
Semuanya masih terasa seperti mimpi bagi Angel. Ujian hidupnya sungguh berat dan dia takjub pada dirinya sendiri karena bisa kuat dan bertahan sampai detik ini. Detik di mana ia bisa mengulang semua adegan demi adegan kehidupannya yang tak menyenangkan hanya dalam ingatan dan kenangan. Mendapat penolakan Jaydan di awal cerita, kehilangan sang ayah, dibenci semesta, berseteru dengan sahabat dan keluarga, bahkan sampai mendapat teror pembunuhan oleh dua orang gila yang dibutakan obsesi dan dendam kesumat.Ujian-ujian itu sungguh berat ketika dijalani namun ketika Angel berhasil melewatinya hanya tersisa perasaan lega terlepas dari hasilnya yang baik atau sebaliknya Angel tidak peduli. Dari semua kejadian yang menimpanya, Angel belajar banyak hal baru. Tentang rasa saling menghargai, pentingnya mempercayai seseorang, persahabatan yang tulus, pentingnya dukungan keluarga. Hal-hal sederhana yang tanpa sadar mampu menjadi penangkal berbagai masalah buruk dalam hidup.Memang
Tubuh Angel menghantam lemari sampai bergetar. Punggungnya terluka terkena pecahan kaca. Gerry terus melakukan serangan bahkan ketika Angel sudah tak berdaya karena lemas. Darah keluar sari telapak tangannya yang tersayat pecahan kaca.“Mati kau Angel Lee!” teriak Gerry siap menginjak bagian dada Angel.Sayang, sebelum aksinya berhasil sebuah tendangan mendarat di punggungnya dan Gerry pun tersungkur. Jaydan pelakunya, dia datang di momen yang tepat.“Angel,” cicit Jaydan khawatir, ia membantu kekasihnya untuk berdiri.Sementara Karel langsung melepaskan jaketnya dan menutupi bagian atas Alessa yang compang-camping. Amarah Karel mendidih, dia ingin melenyapkan Gerry dengan segera namun sekarang yang terpenting adalah Alessa. Lelaki itu ingin memberikan ketenangan dan kenyamanan untuk sang kekasih.“Kamu tunggu di sini,” kata Jaydan lagi setelah menyisihkan Angel ke tempat yang aman.Tatapan nyalang tak ter
Di tangan Naina ada sebuah boneka beruang yang cukup lucu. Ia mendekati Angel seraya memamerkan senyum mengerikan ala psikopat yang ada di film-film thriler. Tangan satunya lagi memegang belati yang masih berlumuran darah Moca. Darah Angel mendidih detik itu juga, ia ingin berontak tapi waswas Naina menyerangnya dengan benda tajam itu."Kak Angel, kau mau tahu tidak bagaimana caraku menganiaya kucing kesayanganmu?" tanya Naina dengan suara dibuat seramah mungkin."Pertama, aku tangkap dia seperti ini," katanya sambil mencekik leher boneka beruang."Lalu dia mengeong kesakitan, aku yakin kau pasti menangis guling-guling kalau melihatnya. Setelah itu, aku sayat lehernya begini!"Sret!Suara robekan terdengar begitu nyata, Angel membayangkan boneka itu adalah Moca. Napasnya tiba-tiba sesak, dia tidak sanggup mendengar kelanjutan cerita Naina."Setelah itu aku tusuk bagian perutnya sampai seluruh jeroannya keluar seperti ini."Naina mengh
Tangan kanan Gerry menangkup pipi Angel sekuat mungkin, “Tidak usah berlaga bodoh, Angel Lee. Aku muak melihatnya! Ayo jawab, di mana kau melihat Antonio mati, hm?”“Apa urusanmu? Kenapa kau ingin tahu hal itu?”“Aku? Aku bukan siapa-siapa, hanya seorang anak malang yang harus kehilangan ayah terkasihnya karena monster kejam seperti ibumu. Antonio itu ayahku, Angel Lee, dan ibumu merenggut nyawanya dengan sadis tepat di depan matamu. Kau ingat sekarang, hah?!”Gerry mendorong kepala Angel sampai membentur lantai, Alessa memekik—ingin membantunya tapi tak bisa karena kedua tangannya terikat. Alhasil Alessa hanya bisa menangis sambil memohon ampun pada Gerry.“Kau dan ibumu sama-sama perempuan monster, Angel Lee! Kenapa kau masih hidup, hah? Akan lebih baik jika orang-orang seperti keluargamu mati cepat dan berkumpul di neraka! Tebus semua dosa kalian selamanya!”Angel menangis, dia ingat kejadian
Penculikan ini terjadi beberapa saat lalu, tepatnya saat senja menghilang dan langit menggelap. Angel dan keluarga Alessa tengah bersiap menutup kedai. Para pengawal pun terlihat masih setia menanti nonanya di depan sana. Tepat pukul delapan persiapan untuk pulang sudah selesai. Ibu dan adik Alessa naik ke mobil lebih dulu sedangkan Alessa dan Angel keluar terakhir karena harus mengunci kedai terlebih dahulu.Tersisa dua pengawal yang masih menunggu Angel, tiba-tiba gerombolan pria berpakaian hitam berdatangan. Jumlahnya cukup banyak, mungkin ada sepuluh sampai lima belas orang. mereka memukuli pengawal Angel dan langsung menyeret Angel dan Alessa ke mobil. Pengawal yang sebelumnya sudah masuk mobil mencoba melawan namun mereka kalah jumlah dari kumpulan gangster itu.Sepanjang perjalanan Angel dan Alessa berontak, mereka baru diam ketika sang penculik membius keduanya sampai tak sadarkan diri. begitu membuka mata Angel sudah berada di sebuah bangunan yang membawa memo
“Di mana Angel?” tanya Jaydan berusaha mengatur napas dan amarahnya, dia tidak ingin terlihat terpancing oleh Naina.“Dia ada di depanku bersama si cupu, temannya yang sangat loyal. Kakak ingin mendengar suara mereka?”“Argh, sakit ...,” ringis Alessa, Karel yakin itu suara kekasihnya.Dia mendekat pada Jaydan—langsung memaki tindakan Naina.“Berengsek! Kau apakan kekasihku, hah?!”Karel lebih emosional dibanding Jaydan, hatinya sakit mendengar jerit kesakitan Alessa di sana.“Aw, rupanya kau sudah jadi kekasih si Cupu, kak Karel. Aku tidak melukainya kok, kau tenang saja. kami hanya sedikit bermain-main. Di depanku sekarang sudah ada tali tambang, bensin, dan pisau tajam yang kugunakan untuk mencabik tubuh kucing kesayangan Angel. Kira-kira kau dan kak Jaydan ingin kami memainkan benda yang mana?”“Sekali kau sentuh Alessa, kau akan mati di tang
Karel tidak mengerti mengapa Jaydan mengajaknya pergi ke kampus malam-malam di saat suasana dan aktivitas penghuninya mulai berkurang. Jelas saja, ini malam hari dan sedang dalam masa libur semester juga. Sudah pasti suasana malamnya tidak akan seramai malam-malam masa sebelum liburan. Karena penjaga sekolah sudah sangat dekat dengan Jaydan, ditambah ayah lelaki itu adalah rektor di sana jadi penjaga pun mengizinkan Jaydan dan Karel untuk mengakses sekretariat BEM dengan mudah. Jaydan memeriksa loker anggota yang tidak dikunci dan laci-laci di lemari tempat menyimpan berkas.“Sebenarnya apa yang kau cari, Jay? Katakan padaku agar aku bisa membantumu. Kalau begini kan aku bingung harus mencari apa.”“Buku catatan milik Gerry, aku ingat pernah melihatnya di ruangan ini,” jawab Jaydan sambil terus mencari tanpa henti.“Buku catatan Gerry? Kenapa kau mencarinya?”Jaydan menjeda aksinya sejenak, Karel ini memang tipika
Angel menghubungi beberapa pengacara keluarganya untuk mengurus kasus teror yang kemarin dia dapat. Laporan terhadap pihak kepolisian pun sudah dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan. Ditakutkan ada serangan lain yang Angel dapatkan, alhasil kini kediaman Angel benar-benar dilindungi oleh beberapa petugas polisi dan ada pengawal pribadi juga yang dia sewa.Gadis itu akan memastikan keselamatan dirinya dan keluarga Alessa terjamin selama mereka tinggal bersama di kediaman mendiang Adam Lee. Cukup hanya Moca saja yang menjadi korban, Angel tidak ingin kehilangan sesuatu atau sosok yang dia sayangi lagi. Dia bersumpah tidak akan memaafkan manusia biadab itu siapa pun pelakunya.“Bagaimana Al, kamu sudah menemukan tanda-tanda orang mencurigakan yang terekam kamera cctv?” tanya Angel, ia dan Alessa sedang sibuk memeriksa hasil rekaman cctv dan black box mobil yang terparkir di sekitar kediamannya ketika kejadian pembantaian terhadap Moca terjadi.Sejauh ini
Di sebuah ruangan gelap dan lembap seseorang tengah tersenyum puas mengingat hasil kerjanya yang pasti berhasil membuat geger di rumah Angel. Orang itu duduk di sebuah sofa sambil menyelonjorkan kakinya ke atas meja. Semua rencana yang dia atur benar-benar berjalan dengan baik. Tidak ada satu pun yang mencurigai dirinya sebagai pelaku kejahatan terhadap Angel. Berbulan-bulan dia membuat hidup Angel menderita dan rasanya itu belum cukup. Orang itu tidak akan berhenti sebelum Angel benar-benar mati seperti orang yang dia sayang dulu. Kalau bukan karena ibu gadis iblis itu, mungkin dia tidak akan kehilangan ayah tercintanya.Clek!Suara pintu yang terbuka terdengar begitu nyaring di ruangan kedap suara itu. Gadis berhoodie hitam masuk sambil melepas topi dan maskernya. Dua barang itu dilempar tepat ke tong sampah yang ada di sudut ruangan. Dia duduk di samping sang lelaki setelah saling