Home / Romansa / Istriku Bukan Selingkuhanku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istriku Bukan Selingkuhanku: Chapter 31 - Chapter 40

56 Chapters

Wujud Cinta Sejati

Aku sampai ke rumah Ajeng ketika sore hari dan aku langsung menemui ayah dan bunda, setelah bertemu dengan mereka aku langsung memeluk mereka berdua. Inilah momen terindah dalam hidupku, karena setelah tiga puluh satu tahun aku akan merasakan hidup bersama kedua orang tuaku. “Bram, ayah minta maaf karena baru sekarang semua harapanmu  ayah wujudkan,” ucap ayahku dengan memeluk diriku. Aku sangat ingat sewaktu mereka berpisah, ayah setiap hari selalu mengunjungi diriku disekolah. Dan pada saat ulang tahunku  yang ke sepuluh ayah pernah berjanji akan ke rumah dan berkumpul kembali. Tetapi setiap ulang tahun telah berlalu tidak pernah sekalipun ayah kembali hingga pada saat aku telah bersekolah di sekolah menengah pertama baru aku memahami arti perpisahan yang terjadi antara ayah dan bundaku. Begitu pun dengan ibunda yang selalu memberikan harapan pada diriku, kalau suatu saat ayahku akan kembali dan itu terus ibunda ucapkan hingga aku menduduk
Read more

Malam Pengantin

Pagi sekali Bram telah bangun pagi dan telah bersiap ke rumah Ajeng bersama bundanya. Mereka telah berdandan rapi. Sebenarnya bunda Bram ingin Dina ikut bersama rumah Ajeng untuk menyaksikan pernikahan tersebut sekalian berkenalan dengan Ajeng, dan ayahnya Bram. Tetapi Dina tidak bisa menyaksikan pernikahan bunda dikarenakan Dina harus menyambut kedatangan ayah dan ibu sebagai pengantin baru di rumah nanti, jadi hari ini Dina akan sangat sibuk menghiasi kamar pengantin ayah dan bunda. Akhirnya bunda dan aku saja yang ke rumah Ajeng, tiga puluh menit kemudian kami pun sampai disambut oleh bibi dan pamannya Ajeng. “Bunda cantik sekali, pasti ayah akan pangling melihat bunda yang tetap cantik sediakala,” ucap Ajeng ketika melihat ibunda memasuki rumahnya. Dibalas dengan senyuman bahagia dari ibunda dengan merangkul Ajeng. “Terima kasih Ajeng, untuk segalaketulusanmu,” ucap ibunda dengan menggenggam kedua tangan ajeng. Hari ini memang ibun
Read more

Bayiku Sayang Bayiku Malang

Seperti biasa aku bangun dan langsung menuju kamar mandi. Dan alangkah terkejutnya ketika aku akan membuang air kecil, aku melihat flek darah di pakaian dalamku. Aku mencoba untuk mengingat-ingat buku panduan ketika seseorang akan melahirkan dan seingatku hal ini ada dalam buku panduan tersebut. Aku berpikir kembali tentang jadwal melahirkan berdasarkan hari terakhir aku menstruasi. Memang ada beberapa wanita melahirkan dua minggu sebelum jadwal yang ditentukan ,bisa jadi pada saat kita memberikan informasi pada dokter ada kesalahan pada saat terakhir kita menstruasi. Tetapi seperti yang dokter katakan maju atau mundurnya suatu persalinan adalah hal yang biasa dan tidak menjadi masalah asalkan masa kehamilan telah melewati waktu selama tujuh bulan. Aku lalu mencari bibi untuk memberitahukan hal ini padanya. “Bibi ada flek pada pakaian dalamku sekarang apa kita harus ke rumah sakit?” tanyaku. “Apa kamu ada merasakan rasa panas pada bagian pinggangmu at
Read more

Obat Mujarab Stress

Ajeng harus meninggalkan bayinya yang menderita Hidrosefalus di Rumah sakit. Ia seharusnya ikhlas menerima ketentuan ini. Yang ada dihatinya adalah sebuah pengharapan atas kesembuhan bayinya. Selama empat bulan setiap hari Ajeng menghabiskan waktu di Rumah sakit menemani sang buah hati menjalani serangkaian pemeriksaan. Ajeng kembali ke rumah ketika waktu jam tidur. Kini kebun dan semua tanaman yang ia tanam seolah mengerti kepedihan hatinya saat ini. Ia sudah menjadi pribadi yang tidak peduli atas apapun yang terjadi di sekitarnya. Yang dipikirkannya hanya kesembuhan bayinya. Disisi lain aku, membutuhkan dirinya sebagai teman berbicara dan teman hidupku tetapi yang aku rasakan saat ini dia bukanlah Ajeng yang kukenal selama ini. Waktuku banyak dihabiskan bersama teman bisnisku di luar rumah, dan kebutuhan batinku selama ini pun hanya dicukupi oleh Dina. Karena selama ini Ajeng selalu menolak ketika aku ingin bersamanya. Entah sampai kapan komunikasi antara a
Read more

Air mata Perpisahan

Setelah lima bulan perjuanganku, untuk kesembuhan anakku yang aku sangat kasihi, akhirnya perjuanganku runtuh tidak menyisakan harapan sekecil apapun, karena Dokter telah angkat tangan dan mengatakan sudah tidak ada harapan lagi untuk kesembuhannya. Itu membuat diriku sangat terpukul dan di pagi hari ini adalah hari terburuk dalam kehidupanku, karena akhirnya semua harapan itu hilang dengan meninggalkan duka yang begitu dalam bagi diriku. “Tidakkkkkkk!!!!!! Bangun anakku, ini mama sayang....,” aku menangis histeris di samping tempat tidur anakku disaat aku melihat napas terakhirnya berhenti. “Sudah Ajeng, kamu harus kuat...,” ucap bibinya menguatkan hatiku turut menangisi kepergiannya. “Ajeng anakku, tolong bersabar sayang,” ucap pamannya sambil memapah tubuhku yang terduduk lemas di samping tempat tidur anakku. Aku menangis dalam pelukan paman yang dengan kasih sayangnya terus mengelus-ngelus punggungku dengan memberikan kekuatan. Sedangkan b
Read more

Hadiah Terindah Setelah Duka

*BRAM POV* Aku dan keluarga meninggalkan rumah Ajeng ketika jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Dalam perjalanan tanpa terasa aku pun menangisi kepergian anak lelakiku yang seharusnya saat ini sudah mengenal diriku dari suaraku, tetapi takdir berkata lain. Aku, Dina dan semua keluarga telah berusaha semaksimal mungkin bagi kesembuhan anak lelakiku. Tetapi seperti kata pepatah yang sering aku dengar, ‘malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih’ begitulah aku mengganggap nasibku saat ini. “Mas Bram, sudah jangan bersedih lagi saat ini kita hanya perlu ikhlas dan yakinlah ini yang terbaik, dibandingkan ia harus merasakan rasa sakit sepanjang hidupnya,” ucap Dina memberikan semangat agar aku mengikhlaskan anakku. “Bram, lebih baik kita mencari penginapan di sekitar sini, hari sudah tengah malam di samping itu kita semua dari tadi tidak beristirahat sama sekali,” ucap ayahku. Aku meminta pada Dina untuk mencari tempat penginapa
Read more

Menyimpan Rahasia Baru

*BRAM POV*Aku bersama ke empat temanku telah menyusuri jalan raya menuju lokasi untuk mencari tempat bagi cafe kami yang baru. Dalam perjalanan yang membutuhkan waktu sekitar empat jam dari kota tempatku tinggal. Kami berangkat dengan menggunakan satu mobil. Tepat pukul delapan aku menjemput mereka yang telah menunggu di cafe kami. Selama dalam mobil kami berbincang mengenai bisnis cafe yang telah kami jalani. Kami sedang melihat beberapa kelemahan yang telah kita ketahui sebelumnya dari cafe kami. Ada beberapa idea yang dikemukan oleh rekan bisnisku untuk pengembangan bisnis cafe yang pangsa pasarnya meliputi anak-anak muda millenial. Karena itu kami memilih lokasi dekat dengan beberapa kampus. “Bram menurutku, lebih baik kita mencari tenaga dari kalangan mahasiswa dengan cara part time,” ucap temanku Andy mengemukakan pendapatnya. “Aku setuju itu Bram, jadi secara tidak langsung kita bisa promo secara tidak langsung, tahulah anak-anak model sekarang yan
Read more

Hamparan Pagi Mengobati Luka

 *AJENG POV*Suasana dingin di desa membuatku menarik selimut lebih dalam lagi menutupi hingga wajahku. Sudah tiga bulan ini aku hanya bermalas-malasan tanpa melakukan aktivitas apapun. Di sini aku berjuang untuk mengobati luka atas sebuah kehilangan yang sangat. Kini aku sudah merasa lebih baik setelah pelepasan diri atas duka itu. Memang tidak mudah, tapi hidup akan terus berjalan. “Ajeng bangun nak,” ujar bibiku menggoyang-goyangkan tubuhku. “Hmmmm lima menit lagi Bi. Aku masih mengantuk,” jawabku berpaling membelakangi bibi dengan memperbaiki selimut yang aku pakai. “Ingat lima menit lagi bangun. Malu sama ayam yang sudah berkokok,” ucap bibi meninggalkan diriku. Aku membuka selimut yang tadi membungkus tubuhku. Membuka mata dan duduk di atas ranjang dengan merentangkan tangan ku ke kiri dan ke kanan. Menghela napas panjang. Ketika kakiku akan menyentuh lantai, aku pun berkata dalam hatiku. “Aku ikhlas dan aku yakin akan bahagia”
Read more

Memancing Cinta Di Kolam Pancing

*AJENG POV*Untuk kesekian kalinya aku kembali mengisi hariku dengan para petani. Di sini aku sudah sangat mahir sekali ketika memanen padi. Dan hari ini adalah hari terakhir kami memanen hasil dari sawah ini. Tidak sampai setengah hari pekerjaan telah rampung. Kami sangat bergembira dengan hasil yang telah kami capai hari ini. Aku sangat merasakan Eporia dari kebahagiaan semua petani di desaku hingga aku pun sangat merasakan kegembiraan itu. Seluruh wajah tersenyum cerah. Kerja keras mereka selama empat bulan terbayar lunas dengan hasil baik. Kami berkumpul di gubuk tengah sawah. Sebelum waktu makan siang, kami telah makan bersama-sama. Begitu pun dengan pak Teguh dari dinas pertanian yang kala itu sedang memantau hari terakhir panen raya ini ikut bersama menikmati nasi bungkus daun. Dan memang pak Teguh hampir setiap hari mengunjungi kami. “Bu Ajeng sudah pernah memancing ikan?” tanya Pak Teguh padaku. “Belum pernah pak,” jawabku ketika k
Read more

Izin Untuk Sebuah Cinta

*AJENG POV* Sejak acara memancing dengan pak Teguh, aku merasakan energi positif pada diriku mengaliri seluruh bagian dari tubuhku. Seperti pagi ini, aku kembali bersemangat untuk mengolah tubuhku menjadi lebih baik. Semalam aku sudah mulai memakai cream malam ku kembali. Bahkan sore hari ketika aku akan membersihkan diri, aku sempatkan diriku untuk melulur bagian tubuh yang bisa terjangkau dengan diriku. Sudah hampir lima bulan aku tidak merawat diriku dan aku juga tidak mengerti dengan perubahan yang terjadi. Hanya saja sejak duka yang menimpaku berbulan-bulan lalu, memang aku sudah tidak lagi memedulikan keadaan sekelilingku, fisikku, juga suamiku sendiri. Aku hanya berfokus pada kesehatan putraku saat itu, lalu rasa kehilangan atas dirinya membuat aku semakin berduka dan membuat aku masuk ke dalam kegelapan diriku sendiri. Dengan tidak mengenali lagi siapa diriku, apa yang kuingini. Dan akhirnya aku pun bangkit dari kegelapan diriku. Tern
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status