Home / Pernikahan / Jerat Cinta Lelaki Pengganti / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Jerat Cinta Lelaki Pengganti: Chapter 61 - Chapter 70

79 Chapters

Berhak Bahagia

Anggita menghela napas panjang. Dia menatap sendu wajah pucat Devan yang baru saja tertidur.Pria itu memaksanya berjanji untuk tidak meninggalkannya sendirian di rumah sakit. Devan juga mengancam tidak mau melakukan pengobatan jika ia tidak datang mengunjunginya setiap hari.Tangan Anggita terulur mengusap wajah pucat itu dengan sangat lembut dan hati-hati.Sebuah bayangan kenangan masa lalu berputar bagaikan kaset film yang terpampang jelas di dalam benaknya.Anggita menangis dalam diam menyesali semua yang telah terjadi kepadanya. Anda ia tahu Devan masih hidup, tak mungkin ia akan memberikan hatinya kepada pria lain."Maafkan aku, Mas Devan. Maaf!" lirih Anggita menyesal.Dia tidak bisa mengatur perasaannya agar kembali seperti semula. Kembali ke masa di mana hatinya dan cintanya hanya untuk Devan seorang.Anggita segera mengusap jejak air mata di wajahnya. Hari sudah sore, dia harus seger
Read more

Selamanya Milikku

Mahesa memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah berukuran sedang. Ia turun dari mobil dan berjalan memutar untuk membukakan pintu penumpang.Seorang wanita paruh baya bergegas turun dari dalam mobil Mahesa. Senyum di bibir tua itu mengembang tetapi pendar matanya sendu.Laras yang sudah bersemangat karena akan segera menemukan putranya, Tiba-tiba harus menelan kekecewaan saat temannya mengabari bahwa orang yang mengaku putranya itu seorang penipu yang sedang memanfaatkan keadaan Laras."Terima kasih, Nak Mahesa sudah mengantarkan Ibu pulang," ucap Laras.Mahesa tersenyum ramah. Ia pun sama hal nya dengan Laras. Sedang menyembunyikan kekecewaannya karena tidak jadi bertemu dengan orang yang mengaku mengenal ibunya. Bahkan orang itu tak menjawab panggilan Mahesa hingga sekarang."Sama-sama," sahut Mahesa. "Kalau begitu, aku pamit untuk langsung pulang," sambungnya lagi berpamitan."Apa kamu tidak mau mampi
Read more

Mengakhiri Hubungan

Sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan toko roti. Pemiliknya tidak langsung ke luar dari mobil itu. Ia lebih memilih untuk diam dan bersandar di kursi kemudi.Mencoba menenangkan hati dan pikiran yang bercabang ke mana-mana. Pria tampan itu menghela napas berkali-kali sambil memejamkan matanya. Kepalanya terasa berat dan berdenyut sakit akibat terlalu banyak beban yang sedang ia pikirkan.Suara ketukan dari luar menyadarkan pria itu dari lamunannya. Perlahan dia membuka matanya dan melihat ke arah jendela mobil."Anggita?" gumamnya saat melihat sosok wanita yang dikenalnya sedang berdiri di samping mobilnya.Mahesa melepaskan sabuk pengaman, kemudian turun dari mobilnya."Sedang apa kamu berlama-lama di dalam mobil?" tanya Anggita menyelidik."Aku ... Ah, tidak apa-apa," sahut Mahesa gugup.Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas mengulas sebuah senyum lega. Tanpa aba-aba Mahesa menarik t
Read more

Pertemuan Devan Dan Mahesa

Mahesa bergeming, terpaku menatap bayangan tubuh Aluna yang mulai menghilang di balik pintu ruang kerjanya. Ia masih mencerna akan percakapannya baru saja dengan wanita itu.Mahesa menghela napas panjang dan mengendurkan dasi yang dikenakannya. Kemudian menyenderkan punggung pada penyangga kursi kerjanya. Napasnya terasa sangat sesak begitu pun dengan hati dan pikirannya.Sebuah getaran cukup lama di atas meja kerjanya menarik Duda tampan itu dari lamunannya. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk sebuah senyum manis tatkala sederet angka yang sangat familiar terpampang jelas pada layar ponselnya."Halo? Aku baru saja akan menghubungimu, Gita." Mahesa langsung menyapa seseorang yang menghubunginya."Kamu sedang apa sekarang?" tanya Mahesa lagi.Hening. Mahesa tak mendengar sahutan dari Anggita dari seberang telepon. Ia mengernyitkan alisnya dan mengira kalau jaringannya sedang tidak bagus."Halo?
Read more

Semua Sudah Berbeda

"Ada apa ini? Apa yang sudah terjadi kepada putraku?" tanya Radeya panik kepada dokter dan suster yang merawat Devan.Pria paruh baya itu bergegas ke rumah sakit bersama Aluna setelah mendapat kabar kesehatan Devan memburuk."Tuan, saya sudah memperingatkan Anda untuk berhati-hati dan tidak membuat putra Anda merasa setres sedikit pun. Itu akan sangat membahayakan kondisi kesehatannya. Devan mengalami kecelakaan dan juga koma selama dua tahun, dia bisa bangun saat ini karena sebuah mukjizat Tuhan. Kepalanya mengalami benturan yang sangat kuat, beruntung Devan tidak hilang ingatan. Namun, meski pun begitu kita harus tetap menjaga kesehatannya dengan baik. Stress sedikit saja akan membuat jaringan otaknya terganggu dan itu sangat berbahaya," jelas dokter pria bername tag Anto kepada Radeya dan Aluna."Stress? Memangnya apa yang baru saja terjadi kepada kak Devan sehingga membuat dia jadi seperti ini?" tanya Aluna penasaran.Di atas r
Read more

Berjanjilah!

Diam-diam Devan mengepalkan kedua tangannya. Rahangnya mengeras merasakan kekesalan atas perubahan sikap sang istri yang sangat dicintainya."Apa waktu juga telah merubah perasaanmu kepadaku?" tanya Devan setelah beberapa saat terdiam.Anggita bergeming. Dia bingung harus menjawab bagaimana kepada Devan mengenai perasaannya saat ini.Jujur saja, dia sangat bahagia melihat Devan kembali. Namun, entah kenapa Anggita merasa separuh hatinya terasa kosong saat bersamanya.Devan semakin tak senang atas diamnya Anggita. Ia semakin meyakini bahwa istrinya itu benar-benar sudah tak memiliki perasaan apa pun kepadanya lagi.Sesuatu seperti sedang mengiris-iris hatinya, sehingga terasa begitu perih dan juga sakit.Satu-satunya alasan ia bertahan dari kematian adalah ingin selalu bersama Anggita. Namun, saat ia sadar dari koma, yang didapat sang istri telah berpaling ke lain hati.Devan menghela napas pan
Read more

Mengakhiri Hubungan

Anggita duduk terdiam seorang diri di taman di bawah cahaya lampu yang temaram. Hatinya sangat kacau memikirkan hubungannya dengan Devan dan juga Mahesa.Rasanya saat ini ia sudah menjadi wanita yang sangat buruk. Ia telah menyakiti hati dua pria yang sangat baik kepadanya.Anggita menghela napas panjang yang begitu menyesakkan dadanya hingga beberapa kali. Pandangannya tertunduk melihat tanah yang dipijakinya."Tuhan ... kenapa semuanya jadi seperti ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sudah menjadi wanita yang sangat buruk dengan hadir di antara Mahesa dan Devan," keluh Anggita lirih.Dia kembali menghela napas panjang dan mengembuskannya dengan kasar. Merasa frustrasi dengan keadaannya.Sebuah getaran disertai dering yang cukup lama menyadarkan Anggita dari lamunannya. Dia merogoh ponsel di dalam tasnya.Sederet angka yang ia kenal terpampang jelas di layar ponselnya. Dia langsung menggeser ico
Read more

Buang Cincin Itu!

"Lama kita tidak bertemu. Apa kamu baik-baik saja?" tanya seorang pria paruh baya kepada Laras.Siang ini Laras sedang berada di sebuah kafe ternama. Ia sengaja datang untuk bertemu dengan teman lamanya yang tempo hari membatalkan pertemuan secara sepihak."Aku baik-baik saja seperti yang kamu lihat sekarang. Hanya saja, hatiku yang merasa tersiksa karena selalu dirundung rasa rindu kepada putraku," sahut Laras dengan nada suara bergetar menahan tangis."Maafkan aku. Aku pikir aku benar-benar menemukan putramu, tetapi ternyata dia hanya seseorang yang mencoba ingin menipuku dengan berpura-pura menjadi putramu," sahut pria paruh baya itu kepada Laras."Sayang sekali. Padahal aku sudah sangat berharap bisa bertemu dengan putraku," tutur Laras lirih. "Tapi, dari mana kamu bisa tahu kalau dia seorang penipu?" tanyanya merasa penasaran.Pria paruh baya itu terdiam selama beberapa detik. Dia telah berjanji kepada Radeya tida
Read more

Pertemuan Ibu dan Anak Kandung

Mahesa baru saja sampai di sebuah kafe ternama. Dia bergegas turun dan berjalan memasuki kafe itu.Pandangannya menyisir seluruh ruangan, mencari sosok seseorang yang hendak ia temui.Begitu matanya menangkap siluet yang diduga orang yang sedang menunggunya, Mahesa langsung berjalan menghampiri.Ragu-ragu ia memberanikan diri untuk menyapanya duluan takut salah orang."Maaf, apa betul Anda ini Pak Gunawan?" tanya Mahesa.Pria paruh baya yang sedang duduk di meja paling pojok dekat jendela kafe itu menoleh ke arah Mahesa. Dia beranjak dari tempat duduknya, lantas menatap wajah Mahesa dengan seksama."Ya, betul. Maaf, Anda ini ...." Gunawan sengaja tidak melanjutkan perkataannya."Oh, syukurlah saya tidak salah orang," sahut Mahesa sambil mengembangkan senyumnya. "Saya Mahesa, orang yang tadi bicara di telepon dengan Anda."Mahesa mengulurkan tangannya mengajak bersalaman. Pria paru
Read more

Pertemuan Ibu dan Anak (2)

Gunawan menatap ke arah Mahesa dan Laras secara bergantian. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyum.Tak menyangka bahwa dunia ini sangat sempit. Dua orang yang saling mencari dan merindukan satu sama lain, ternyata mereka berada dalam satu lingkungan yang sama dan saling mengenal satu sama lain, tetapi mereka tidak menyadarinya."Kalian sudah saling mengenal?" tanya Gunawan."Ya, kami saling mengenal. Mahesa ini pernah jadi instruktur saat aku masih dalam penjara," sahut Laras."Benarkah?" tanya Gunawan tak percaya sambil menatap wajah Mahesa meminta sebuah penjelasan."Ya, awal pertama kami bertemu saat aku menjadi instruktur di kantor polisi. Bu Laras ini sudah seperti ibuku sendiri selama ini," sahut Mahesa.Pria paruh baya itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Hubungan darah memang lebih kental dari pada air. Meski mereka sudah berpisah selama puluhan tahun dan tidak bisa mengenali
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status