Semua Bab Dipaksa Menjadi Istri CEO: Bab 1 - Bab 10

16 Bab

Prolog

Malam itu Kanaya menangis di meja yang berada paling sudut ruangan klub. Jalinan cinta dengan kekasih, sudah ia rajuk semenjak 2012 lalu. Itu artinya ia dan kekasihnya sudah berpacaran kurang lebih selama delapan tahun. Air matanya merembes keluar bak air terjun yang mengalir deras.  Di samping Kanaya, terlihat seorang pria sedang meneguk segelas Vodka.  Seorang bartender kembali mengantar lagi satu gelas Vodka ke meja tersebut.  "Hai, kenapa kau menangis?" sapanya di tengah suara musik yang berdentum kencang, mengalahkan toa promo jamu kuat.  Kanaya melihat ke sampingnya dan menemukan pria tersebut sedang menatapnya dengan wajah bertanya. "Apa urusanmu?"  "Aku hanya tidak bisa melihat seorang gadis menangis." ejeknya yang terlihat sangat kentara. Kanaya menatap wajah pria tersebut, ke
Baca selengkapnya

Bab 1

Kanaya membuka matanya pukul lima pagi. Ia memegang kepalanya yang sedikit terasa pusing. Matanya menelusuri ruangan tempat ia berada dengan seksama. "Akh....," Ringisnya saat ia merasakan sakit di area pusatnya. Hingga matanya terpaku pada sosok tubuh tegap yang sedang tidur telungkup di sampingnya. Seakan menyadari sesuatu, Kanaya segera memeriksa tubuhnya di balik selimut. Hampa, mata itu terlihat hampa saat melihat tubuhnya sudah polos dan hanya dibalut selimut putih tipis. Air mata Kanaya mengalir deras mengetahui dirinya tidak suci lagi. Ia pun teringat kejadian semalam. Di mana ia yang meminta pria itu untuk menidurinya. Entah karena alasan apa, tapi dirinya sangat mendamba pria tersebut. Dia pasti sudah gila. Semua yang terjadi adalah kesalahannya, ia tidak boleh melibatkan pria itu dalam masalah yang ia ciptakan sendiri."Dia nggak salah, aku yang ceroboh. Harusnya aku tidak pergi ke klub itu," gumamnya pelan.Kanaya turun dengan perl
Baca selengkapnya

Bab 2

Sudah satu bulan berlalu. Namun, belum ada wanita bernama Kanaya yang menemui Eiden untuk meminta pertanggung jawaban. Hal tersebut semakin membuat Eiden frustrasi sekaligus bingung. Di saat banyak pria yang bahagia karena tidak dituntut untuk bertanggung jawab. Berbeda dengan Eiden, pria itu tidak  bisa hidup dengan tenang sampai Kanaya menemuinya. Ia bahkan sampai bermimpi memiliki bayi yang mungil nan lucu dan memanggilnya om. Tentu saja Eiden tidak senang akan panggilan tersebut meski hanya dalam mimpi."Lo kenapa lagi?" Tanya Ardi saat melihat wajah sahabatnya sudah bisa disulam."Ardi, kamu bilang dia bakal datang. Mana buktinya? Ini sudah satu bulan tapi dia belum juga datang menemuiku.""Astaga Eiden! Harusnya lo senang.""Senang ndasmu! Yang ada otakku rasanya mau pecah karena kepikiran terus!" dengkusnya membuat Ardi terkikik geli."Lo yakin kalau dia hamil anak lo?" "Yakinlah, kan yang pertama menyentuh dia itu aku, tahu ngga
Baca selengkapnya

Bab 3

Kanaya yang sedang membersihkan beberapa pakaian kotornya, merasakan ada sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya. Ia sering merasa seperti masuk angin yang menyebabkan mual-mual. Pagi ini ia sudah tiga kali bolak balik kamar mandi untuk megeluarkan muntahannya. "Tidak biasanya aku masuk angin sampai mual-mual begini," ucapnya lemah. "Apa aku ke dokter saja? Bulan ini juga aku belum datang bulan."Ia belum memikirkan mengenai kejadian satu bulan yang lalu. Kanaya segera membersihkan wajahnya. Selesai ia memakan roti tawar yang diolesi mentega untuk mengganjal perutnya dan segera menuju rumah sakit. Sesampainya di sana Kanaya segera dibawa menemui dokter. "Ada keluhan apa, Bu?" tanya dokter Nova sambil tersenyum. "Akhir-akhir ini saya sering merasa mual, dok. Selain itu saya juga serin
Baca selengkapnya

Bab 4

Sudah dua minggu lamanya semenjak pertemuan Eiden dengan kanaya. Wanita yang membuatnya merasa telah menjadi laki-laki paling bejat di muka bumi ini. Ia tidak bisa tidur dengan nyenyak belakangan ini. Banyak hal yang ia pikirkan dan di antara semuanya, Kanaya yang paling menguras pikirannya. "Wanita itu benar-benar tidak meminta pertanggung jawaban, tetapi kenapa aku merasa sudah menjadi lelaki bejat."  Eiden mengacak-acak rambutnya kesal. Dering gawainya berbunyi, ia melihat ke pusat suara. Ia memegang benda pipih tersebut sambil membawanya ke telinga. "Halo, Ma." "Nanti malam, Mama akan memperkenalkan kamu sama calon menantu Mama.""Apa? Eden nggak mau, Ma.""Kenapa nggak mau? Apa kamu masih menginginkan Risma!" teriak ibunya garang. Rasa tidak suka jelas menguasai suar
Baca selengkapnya

Bab 5

Eiden menatap wajah Kanaya dengan bahagia. Sebentar lagi ia akan mendapatkan anak dari wanita yang baru saja ia kenal. Meskipun terdengar aneh. Namun, bagi Eiden semua tidak menjadi masalah asal ia tidak menikah dengan wanita pilihan ibunya. Membayangkan dempul tebal yang menghiasi wajah mereka saja membuat Eiden mual. Disela pengamatannya, mata Kanaya terbuka secara perlahan. Maniknya menatap aneh pada Eiden."Kamu di mana?" Kanaya mengedarkan  pandang matanya ke depan. Ia terlihat meneliti tempat Eiden berada.Eiden sedikit terkejut mendengar pertanyaan Kanaya, jika biasanya wanita yang baru sadar selalu menanyakan di mana mereka, ini malah terbalik. Ia menggeleng kepala melihat kekonyolan Kanaya. "Kamu tadi pingsan terus kubawa ke rumah sakit." Eiden menatap lekat wajah polos Kanaya.Kanaya memilin jemarinya dengan pelan sambil membuang pandang dari Eiden. Ia sedikit gugup melihat ketampanan pria itu.
Baca selengkapnya

Bab 6

Malam yang ditunggu pun datang. Eiden sudah siap dengan setelan kasualnya. Ia turun dari mobil dan menunggu Kanaya yang belum menampakkan batang hidungnya. Di dalam rumah, Kanaya masih bingung harus mengenakan pakaian apa. Namun, saat ia mendengar suara mobil Eiden sudah di depan. Kanaya segera memakai pakaiannya dengan polesan make up sederhana.Kanaya berjalan cepat menuju pintu utamanya. Eiden melihat ke arah pintu dan ternganga melihat penampilan super biasa dari Kanaya sampai ia tidak menyadari kehadiran Kanaya di hadapannya."Ada apa?" tanya Kanaya saat melihat bola mata Eiden hampir saja jatuh.Kanaya berpikir kalau Eiden sudah terpesona dengan kesederhanaannya. Bisakah dia sedikit bangga akan hal itu."Apa kau dayang yang turun dari khayangan?" Eiden bertanya sarkastik."Ah, tentu saja bukan," ucap kanaya sedikit malu-malu. Meskipun hanya sebatas dayang tapi bukankah dayang berada
Baca selengkapnya

Bab 7

Kanaya hanya mampu mengigit bibir saat tangan Eiden mencubit pinggangnya. Raut yang terlihat aneh membuat Anita penasaran, apalagi tingkah keduanya semakin mencurigakan. Jika keduanya benar-benar membohonginya, maka tidak akan ada ampunan sedikit pun."Kamu kenapa, Kanaya?" tanya Anita dengan tatapan mencurigakan, apalagi Kanaya tampak menahan sesuatu dan terlihat jelas dari wajahnya."Hah! Tidak, Tan, eh, Ma. Ada semut," ucapnya sambil menggosok pinggangnya yang terasa nyeri. "Semut? Mana semutnya?" tanya Angga sambil mengambil sebuah majalan untuk membunuh semut yang mengganggu Kanaya. "Papa mau ngapain?" Eiden bertanya heran. "Mau membunuh semutnya. Kanaya bilang ada semut," ucap Angga serius. Eiden menegak ludahnya kasar. Papanya ada-ada saja."Jadi, apa kalian pacaran?" "Tidak!""Ya!"Untuk kedua kali keduanya memberikan jawaban berbeda. Anita menatap putranya garang. "Apa ada yang kamu se
Baca selengkapnya

Bab 8

Kebahagiaan tengah menyelimuti keluarga Maxwell. Pasalnya tidak lama lagi mereka akan memiliki cucu pewaris kekayaan Maxwell. Awalnya Kanaya pikir ia akan mendapat sumpah serapah dari wanita yang saat ini sedang tersenyum melihatnya. Kanaya tersenyum kecil menyambut seluruh tamu yang hadir di acara pernikahannya dengan Eiden. Lelaki itu tampak menawan di balik balutan baju pengantin khas Jawa Barat. Kanaya sering mencuri pandang ke arah pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Terkadang ia heran pada suaminya, kenapa begitu ingin menjadikan ia sebagai istrinya. Padahal jika dilihat, orang akan berpikir kalau Eiden pasti melakukan khilaf besar karena memperistrinya."Tampan tanpa pengawet." Kanaya terkikik sendiri dengan ucapannya. "Saya tau ketampanan ini mengalahkan Webtoon ‘Terlalu Tamvan’." Raut wajah Eiden terlihat bangga setelah selesai memuji diri sendiri. Ingin sekali Kanaya mengetok kepala suaminya dengan gagang cangkul biar jadi
Baca selengkapnya

Bab 9

Eiden uring-uringan di kantornya setelah malam pertama yang ia lewati gagal total. Padahal malam pertama sudah menjadi malam yang paling dia tunggu selama hidupnya. Tapi semuanya berantakan karena istrinya adalah Kanaya. Jika Kanaya tidak menjadi istrinya, ia juga akan tetap uring-uringan karena terbayang selalu. Ardi masuk ke ruangan Eiden sambil membawa beberapa berkas. Pria dengan jambang tipis menatap heran wajah Eiden yang terlihat masam, bahkan mengalahkan asamnya kehidupan. "Lo kenapa?" Eiden melihat Ardi, napas ia embuskan dengan lesu. Entah bisa ia mengadu pada pria kribo itu atau tidak. Tapi jika dibiarkan dia sendiri yang akan menderita karena memendam semuanya. Bukankah tidak baik untuk menyimpan unek-unek dalam hati. Ia menatap penuh pertimbangan antara mau bercerita atau tidak. Sungguh, kebimbangan saat ini sedang memeluknya erat. “Serius, kalau lo nggak mau cerita, gue keluar!” pancing Aldi dan hendak pergi."Aku gagal malam p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status