Home / Fiksi Remaja / Mr. Fragrant and Me / Chapter 1 - Chapter 9

All Chapters of Mr. Fragrant and Me: Chapter 1 - Chapter 9

9 Chapters

Part 1

Menurut Kalandra, ketakutan terbesarnya adalah ruangan sempit yang gelap nan pengap, serta serangga dan hewan melata. Namun hari ini sepertinya ia akan menemukan sebuah ketakutan barunya, yaitu keramaian. Ini hari pertamanya ospek di kampus dan ia tanpa sengaja lupa membawa topi pantai yang sudah diperintahkan oleh panitia ospek untuk dibawa hari ini. Malang nasibnya, karena hal itu Kala– panggilan Kalandra, harus menggunakan topi yang terbuat dari baskom kecil. Hal itu membuatnya malu karena harus tampil beda. Ia diam – diam melirik barisan sah
Read more

Part 2

“Ma, kalau mau hukum aku jangan gini dong. Kan banyak cara lain,” keluh Jevan di perjalanan menuju parkiran mobil. Iamencoba menyamakan jalannya dengan Kisa. Ia tidak peduli jika ada orang yang menertawakannya karena apa yang barusan terjadi justru lebih gawat daripada wajah memelasnya sekarang.“Cara lain emang banyak tapi gak ada yang mempan. Biar kamu tau rasa deh Jev, Mama capek besarin kamu sampai begini tapi bandelnya gak kelar – kelar. Mau sampai kapan kamu tuh gini terus?” Omel Kisa. Ia berkali – kali menghempaskan tangan Jevan yang sedari tadi mencoba m
Read more

Part 3

"Bri, minjem apart.”“Hah–“ Tut.Jevan memutuskan panggilan teleponnya pada Brian secara sepihak. Dirinya sudah terlanjur pusing dengan serangkaian kejadian hari ini jika harus mendengar ocehan sahabatnya itu.Sesampainya di depan apartemen Brian, ia langsung memasukkan password dan masuk ke dalamnya. Belum rasa pusingnya hilang, sebuah notifikasi dari nomor tidak dikenal muncul di layar handphonenya.From : +62821xxxxxKak Jevan, ini Kala. Save ya.Reflek, Jevan membanting handphonenya ke sofa terdekat. Tanpa bertanya pun
Read more

Part 4

Sepulangnya Jevan dari rumah sakit, Kala mendadak murung.Hal itu pun disadari oleh Yola yang saat itu sedang mengupas buah – buahan. Senyum tipis terbit dari bibir wanita paruh baya itu. Ia lalu berjalan mendekati Kala lalu duduk di samping gadis itu.“Kala, mau buah lagi?” Tanya Yola.Dengan cepat Kala menggeleng. “Gak ah, Bun. Kala kenyang.”Yola terkikik kecil melihat putri satu – satunya yang selalu ceriwis mendadak murung. Ia mengelus rambut Kala pelan. “Nanti gak cantik loh, kalau cemberut.”“Kala gak cemberut, Bunda. Muka Kala e
Read more

Part 5

Teriakan yang berasal dari kamar inap Kala membuat seorang perawat masuk dengan wajah khawatir dan membuat Kala hanya menyengir ketika menemukan Kala hanya terkekeh malu padanya. Hal yang sama terjadi pada Dira yang saat itu duduk tepat di samping ranjang Kala. Ia memandangi Kala penasaran karena gadis itu tiba – tiba saja berteriak setelah membaca notifikasi pesan yang muncul di layar handphonenya.“Kal, kenapa sih? Gue kaget tau lo tiba – tiba teriak gitu. Mana perawat pake masuk lagi. Malu nih gue,” gerutu Dira.Kala kembali terkekeh. “Gue ada berita bahagia tau, Dir.”“Kenap
Read more

Part 6

Setelah kelas selesai, Kala langsung bergegas keluar untuk menemui Dira yang sudah menunggunya di kantin kampus. Namun baru saja kakinya melangkah keluar pintu, suara seseorang langsung menyambutnya.“Kal,” panggilnya.Kala menoleh, mencari sumber suara dan langsung menemukan Jevan yang tengah bersandar di dinding koridor. Hatinya merasa menghangat ketika mendengar Jevan menyebut namanya."Iya, Kak? Kenapa ya?" Tanya Kala."Gue perlu ngomong sama lo.""Oke? Ngomong aja," Kata Kala.Mata Jevan memutar, "Ya gak disini.""Dimana?""Di mobil gue." Jevan menarik tangan Kala dan membuat gadis itu terkejut.Kala melepaskan pegangan tangan Jevan karena beberapa tatapan aneh mulai mengerubunginya dan Jevan. "Hah? Aku ada janji sama Dira di kantin. Nanti aja ya?""Bawel banget sih, bersyukur kek gue masih mau ngajak lo ngomong." Jevan mendecak. "Kalau ngikutin kata hati juga gue ogah mau ngomong sama lo."Bibir Kala mengerucut.
Read more

Part 7

Kala sedang asik berleha - leha di kamar tercintanya sembari menonton seri film yang akhir - akhir ini sedang naik daun. Hari ini ia tidak memiliki kelas apapun jadi daripada keluar rumah dan berkeliaran tanpa arah ia lebih baik menonton film saja. Jam sudah menunjukkan pukul dua dan ia belum mengisi perutnya dengan makanan apapun sejak pagi. Karena perutnya terasa keroncongan, Kala pun memutuskan untuk turun ke dapur mencari makanan yang bisa saja ia dapat untuk mengganjal perut kosongnya.Di awal, Kala menuruni tangga dengan santai dan perlahan sampai tiba - tiba ia menemukan Jevan tengah berdiri di ruang tengah rumahnya dan sedang berbicara dengan Yola. Kedua matanya membulat saat Jevan berbalik badan dan memandanginya datar dari atas sampai bawah. Kala yang saat itu hanya menggunakan kaus oblong dan celana kain pun langsung menutup wajahnya yang terasa memerah."Kala? Kok nutup muka gitu sih? Disapa dulu dong calon suaminya," ujar Yola membuat Kala meringis.
Read more

Part 8

Lidah Kala mendadak kelu begitu mendengar ucapan Jevan. Kala menundukkan kepalanya penuh penyesalan sambil menggumamkan kata maaf pada Jevan yang justru dibalas dengan decakan oleh lelaki itu. "Kalau tujuan lo mau manggil gue buat nyusul ke bawah, lo gak perlu ngelakuin itu sampai harus masuk ke kamar gue, Kalandra. Gue bukan anak kecil yang harus dipanggil buat makan." Ucap Jevan tajam. "Tapi aku disuruh Mama, Kak. Aku juga tadi udah ngetuk pintu tapi Kakak gak jawab." Jevan mendecih. "Lo siapa sampai harus gue jawab?" Mata Kala mulai berkaca - kaca akibat sebuah kalimat yang keluar dari mulut Jevan. Hatinya terasa ditusuk - tusuk dengan benda tajam ketika mendengarnya.  "Harusnya lo tau kalau gue gak buka pintu, itu berarti gue gak nerima siapapun." Kata Jevan sembari berjalan menjauh dari Kala. Ia meraih sebuah hoodie putih dan memakai benda tersebut ke badannya. "Ngapain masih di sini? Masih bisa jalan keluar kan?" "Aku ngerti
Read more

Part 9

"Bun, Kala berangkat ya." Setelah berpamitan dengan Mama-nya, Kala berjalan keluar pintu rumah dan langsung menahan napasnya sejenak karena pemandangan yang ia dapati di halaman rumahnya. Di sana, Jevan sedang berdiri sembari berbincang dengan supir pribadi Kala. Hei, sejak kapan pria berkaus putih dilapisi kemeja flannel itu berada di sana? Belum lagi senyuman yang terukir di bibirnya itu. Kala saja tidak pernah mendapat senyumnya. Bagaimana bisa Pak Bayu– supir Kala itu bisa mendapatkannya hanya dalam hitungan menit? "Mbak Kala? Kok bengong? Ini Mas Jevan udah nungguin daritadi lho. Syukurnya saya temenin ngobrol, kalau gak Mbak Kala bisa ditinggalin." Ujar Pak Bayu pada Kala.  Deretan gigi Kala terlihat saat ia menyengir. "Tadi Kala pikir bakal sama Bapak. Jadi Kala santai aja." "Yowes, Kalau kaya gitu berangkat sekarang aja to, Mas Jevan?" Tanya Pak Bayu pada Jevan Pula. Lelaki itu mengangguk.
Read more
DMCA.com Protection Status