Share

Part 5

Author: mykenziea
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Teriakan yang berasal dari kamar inap Kala membuat seorang perawat masuk dengan wajah khawatir dan membuat Kala hanya menyengir ketika menemukan Kala hanya terkekeh malu padanya. Hal yang sama terjadi pada Dira yang saat itu duduk tepat di samping ranjang Kala. Ia memandangi Kala penasaran karena gadis itu tiba – tiba saja berteriak setelah membaca notifikasi pesan yang muncul di layar handphonenya.

“Kal, kenapa sih? Gue kaget tau lo tiba – tiba teriak gitu. Mana perawat pake masuk lagi. Malu nih gue,” gerutu Dira.

Kala kembali terkekeh. “Gue ada berita bahagia tau, Dir.”

“Kenapa? Oppa korea lo update foto?”

“Ish!” Kala memukul lengan Dira pelan. “Tapi jangan kaget ya?”

“Gue mah jarang–“

“Gue mau nikah.”

“HAH?!” Pekik Dira tak percaya. Matanya mengerjap beberapa kali mendengar penuturan Kala. “Bohong kan lo? Lo bilang gak mau nikah kecuali sama si oppa.”

Bola mata Kala memutar malas. Ia memberikan handphonenya pada Dira agar sahabatnya itu dapat membaca sendiri pesan yang ia dapat. Alhasil, Dira langsung terduduk lemas setelahnya.Ia menatap Kala tak percaya.

“Udah percaya?” Tanya Kala.

“Gila ya lo?” Dira mengipasi wajahnya yang terasa panas karena amarah. “Lo baru hari pertama ospek aja udah pingsan, Kalandra. Gimana lo nikah? Mampus lo yang ada.”

“Jahat banget,” gerutu Kala.

Lidah Dira mendecak. “Gue tau lo ngebet banget pengen nikah muda tapi ya masa semuda ini Kalaaa? Nikah itu bukan pacaran yang bisa putus kalau udah gak cocok. Nikah itu ribet, lo sendiri tau kan? Orang tua gue aja cerai, Ibu gue sering dipukulin Ayah dulu. Kalau lo digituin gimana?”

“Doain tuh yang baik – baik aja, Diraaa. Lagian calon suami gue udah terjamin mutunya. Aman deh pokoknya,” ucap Kala bangga. Ia senyum – senyum sendiri jika membayangkan pernikahannya nanti.

“Siapa sih emangnya calon lo?” Tanya Dira penasaran.

Kala mengulum senyumnya, “Ada deh.”

***

Pagi ini, dengan semangat Kala berangkat ke kampusnya setelah tiga hari dirawat di rumah sakit. Sejujurnya ia sedikit sedih karena tidak mengikuti ospek yang katanya seru itu, tapi mengingat serangkaian kejadian yang membentuk semangat hidupnya membuat Kala kembali tersenyum. Tidak masalah tidak ikut ospek. Lagi pula tanpa ospek ia tetap akan bertemu calon suaminya itu kan?

Senyuman manis terbit di bibir Kala sebelum akhirnya berubah menjadi kerucut saat tubuhnya tiba – tiba saja terdorong ke depan. Kala mengaduh saat bahunya ditabrak sesuatu yang keras.

“Maaf – maaf, gak sengaja. Sakit ya?”

Kala menoleh, dan mendapati seorang lelaki yang tengah berdiri sembari menatapnya penuh penyesalan.

“Sakit ya?” Tanyanya sekali lagi.

Kala menggeleng pelan, “Sakit dikit, tapi gapapa.”

“Maaf gue gak sengaja, lagi buru – buru. Kalau lo kenapa – napa temuin gue aja ya nanti di perpustakaan.” Ujarnya lalu pergi begitu saja. Namun belum banyak ia melangkah, badannya berbalik. “Gue Dirga, fakultas kedokteran.”

Bahu Kala terendik acuh. Toh, bahunya tidak lagi terasa sakit. Ialalu memutuskan untuk berjalan menuju kelasnya yang sudah diumumkan tadi. Namun karena terlalu bingung, Kala berakhir tersesat di depan ruang musik. Dari luar, ia dapat mendengar bunyi gitar yang digenjreng bersamaan dengan suara nyanyian. Ia terdiam sejenak mendengarkan sampai akhirnya pintu ruangan itu terbuka. Kala dapat mencium aroma parfum yang terasa sangat familiar sampai akhirnya ia mendapati seorang Jevan yang sedang duduk memangku gitar elektrik.

“Eh, nyari siapa ya?” Tanya lelaki yang tadi membuka pintu.Badannya tinggi, tapi Jevan tetap lebih tinggi. Hidungnya juga mancung, tapi tetap saja mancungan Jevan. Bahunya–

“Lo nyari siapa?” Suara dan sosok Jevan tiba – tiba muncul di hadapan Kala.

Reflek, ia mendongakkan kepalanya lalu mundur selangkah. Lelaki yang semula di depan pintu sudah pergi entah kemana menyisakan Kala berdua dengan Jevan.

“Pingsan kemaren gak bikin lo jadi bisu kan?” Ujar Jevan yang membuat Kala menggeleng. “Lo nyari siapa?”

“Aku gak nyari siapa – siapa, Kak.” Jawab Kala.

Jevan menaikkan alisnya, “Trus ngapain kesini?”

“Nyasar.”

Mendengar jawaban Kala membuat Jevan memutar bola matanya malas. Ia lalu melirik jam tangannya dan menunjuk jam tersebut tepat di depan mata Kala.

“Lo telat masuk kelas.”

Kala mengernyit bingung. “Emang Kak Jevan tau aku masuk kelas mana?”

Kelas lo yang mana gak penting, intinya kelas pagi di jurusan lo udah masuk dari lima menit yang lalu.” Balas Jevan.

“Jadi sekarang aku gimana dong, kalau telat?” Tanya Kala cemas. Ia merasa de javu mengingat hari pertama ospeknya pun ia sudah melakukan kesalahan.

Jevan mengangkat bahunya acuh. “Mana gue tau.”

“Kak Jev, bantu aku dong. Aku belum hafal–“

“Sibuk.”

“Kak–“

“Gue sibuk,” tekan Jevan.

Nyali Kala menciut. “Tunjukkin jalan aja, boleh?”

Jevan menghela napasnya lalu berjalan melewati Kala.

Sementara itu di belakang Jevan, Kala sibuk mengatur detak jantungnya. Menghirup aroma parfum Jevan yang menyegarkan dari belakang tubuhnya membuat perut Kala berasa diterbangi ribuan kupu – kupu. Belum lagi mengingat jika lelaki itu menuruti permintaannya untuk menunjukkan jalan. Padahal itu hal sederhana tapi entah kenapa membuat Kala dimabuk kepayang. Ia tidak bisa membayangkan senyaman apa pelukan Jevan jika–

Dukk

Kala mengaduh pelan ketika dahinya menabrak punggung keras milik Jevan yang tanpa ia sadari sudah berhenti. Lelaki itu menatap Kala datar lalu menunjuk sebuah ruangan dengan dagunya. Kala tersenyum canggung.

“Makasih, Kak Jevan.”

Lelaki itu mengangguk. “Jalan tuh ya jalan aja, jangan melamun. Untung di depan lo gue. Kalau selokan? Lo mau nyemplung?”

Mendengar penuturan Jevan membuat Kala menyengir. Baru saja Kala membuka mulutnya tiba – tiba saja suara wanita muncul di antara mereka.  Kepala Kala menoleh dan mendapati seorang dosen wanita tengah menatapnya dan juga Jevan dengan garang.

“Jevano, ngapain disini?” Tanyanya.

Yang ditanya hanya menunjuk Kala yang sedang tersenyum sopan dengan dagunya. “Saya permisi, Bu.” Ucapnya lalu berlalu begitu saja meninggalkan Kala dan dosen wanita itu berdua.

“Kamu, siapa nama kamu?” Tanyanya. "Bagus ya hari pertama ngampus udah telat aja."

“Kalandra Elian, Bu.” Jawab Kala pelan.

“Kamu di kelas ini?” Tanya dosen itu lagi dan disambut dengan anggukan Kala. “Jadi gimana bisa sampai ke sini sama Jevano? Kamu pacar dia?"

Kala mengulum senyumnya dan menggeleng secara bersamaan, “Tadi saya gak sengaja nyasar ke ruang musik, jadi dianterin sama Kak Jevan.”

Dosen itu mengangguk paham. Ia menatap Kala dari atas sampai bawah. “Kamu boleh masuk, tapi besok di kelas saya kamu harus bawa artikel tentang larangan keterlambatan. Mengerti?”

“Mengerti, Bu.” Ucap Kala menunduk sembari melewati dosen tersebut.

***

Related chapters

  • Mr. Fragrant and Me   Part 6

    Setelah kelas selesai, Kala langsung bergegas keluar untuk menemui Dira yang sudah menunggunya di kantin kampus. Namun baru saja kakinya melangkah keluar pintu, suara seseorang langsung menyambutnya.“Kal,” panggilnya.Kala menoleh, mencari sumber suara dan langsung menemukan Jevan yang tengah bersandar di dinding koridor. Hatinya merasa menghangat ketika mendengar Jevan menyebut namanya."Iya, Kak? Kenapa ya?" Tanya Kala."Gue perlu ngomong sama lo.""Oke? Ngomong aja," Kata Kala.Mata Jevan memutar, "Ya gak disini.""Dimana?""Di mobil gue." Jevan menarik tangan Kala dan membuat gadis itu terkejut.Kala melepaskan pegangan tangan Jevan karena beberapa tatapan aneh mulai mengerubunginya dan Jevan. "Hah? Aku ada janji sama Dira di kantin. Nanti aja ya?""Bawel banget sih, bersyukur kek gue masih mau ngajak lo ngomong." Jevan mendecak. "Kalau ngikutin kata hati juga gue ogah mau ngomong sama lo."Bibir Kala mengerucut.

  • Mr. Fragrant and Me   Part 7

    Kala sedang asik berleha - leha di kamar tercintanya sembari menonton seri film yang akhir - akhir ini sedang naik daun. Hari ini ia tidak memiliki kelas apapun jadi daripada keluar rumah dan berkeliaran tanpa arah ia lebih baik menonton film saja. Jam sudah menunjukkan pukul dua dan ia belum mengisi perutnya dengan makanan apapun sejak pagi. Karena perutnya terasa keroncongan, Kala pun memutuskan untuk turun ke dapur mencari makanan yang bisa saja ia dapat untuk mengganjal perut kosongnya.Di awal, Kala menuruni tangga dengan santai dan perlahan sampai tiba - tiba ia menemukan Jevan tengah berdiri di ruang tengah rumahnya dan sedang berbicara dengan Yola. Kedua matanya membulat saat Jevan berbalik badan dan memandanginya datar dari atas sampai bawah. Kala yang saat itu hanya menggunakan kaus oblong dan celana kain pun langsung menutup wajahnya yang terasa memerah."Kala? Kok nutup muka gitu sih? Disapa dulu dong calon suaminya," ujar Yola membuat Kala meringis.

  • Mr. Fragrant and Me   Part 8

    Lidah Kala mendadak kelu begitu mendengar ucapan Jevan. Kala menundukkan kepalanya penuh penyesalan sambil menggumamkan kata maaf pada Jevan yang justru dibalas dengan decakan oleh lelaki itu. "Kalau tujuan lo mau manggil gue buat nyusul ke bawah, lo gak perlu ngelakuin itu sampai harus masuk ke kamar gue, Kalandra. Gue bukan anak kecil yang harus dipanggil buat makan." Ucap Jevan tajam. "Tapi aku disuruh Mama, Kak. Aku juga tadi udah ngetuk pintu tapi Kakak gak jawab." Jevan mendecih. "Lo siapa sampai harus gue jawab?" Mata Kala mulai berkaca - kaca akibat sebuah kalimat yang keluar dari mulut Jevan. Hatinya terasa ditusuk - tusuk dengan benda tajam ketika mendengarnya. "Harusnya lo tau kalau gue gak buka pintu, itu berarti gue gak nerima siapapun." Kata Jevan sembari berjalan menjauh dari Kala. Ia meraih sebuah hoodie putih dan memakai benda tersebut ke badannya. "Ngapain masih di sini? Masih bisa jalan keluar kan?" "Aku ngerti

  • Mr. Fragrant and Me   Part 9

    "Bun, Kala berangkat ya." Setelah berpamitan dengan Mama-nya, Kala berjalan keluar pintu rumah dan langsung menahan napasnya sejenak karena pemandangan yang ia dapati di halaman rumahnya. Di sana, Jevan sedang berdiri sembari berbincang dengan supir pribadi Kala. Hei, sejak kapan pria berkaus putih dilapisi kemeja flannel itu berada di sana? Belum lagi senyuman yang terukir di bibirnya itu. Kala saja tidak pernah mendapat senyumnya. Bagaimana bisa Pak Bayu– supir Kala itu bisa mendapatkannya hanya dalam hitungan menit? "Mbak Kala? Kok bengong? Ini Mas Jevan udah nungguin daritadi lho. Syukurnya saya temenin ngobrol, kalau gak Mbak Kala bisa ditinggalin." Ujar Pak Bayu pada Kala. Deretan gigi Kala terlihat saat ia menyengir. "Tadi Kala pikir bakal sama Bapak. Jadi Kala santai aja." "Yowes,Kalau kaya gitu berangkat sekarang ajato,Mas Jevan?" Tanya Pak Bayu pada Jevan Pula. Lelaki itu mengangguk.

  • Mr. Fragrant and Me   Part 1

    Menurut Kalandra, ketakutan terbesarnya adalah ruangan sempit yang gelap nan pengap, serta serangga dan hewan melata. Namun hari ini sepertinyaiaakan menemukan sebuah ketakutan barunya, yaitu keramaian. Ini hari pertamanya ospek di kampus dan ia tanpa sengaja lupa membawa topi pantai yang sudah diperintahkan oleh panitia ospek untuk dibawa hari ini. Malang nasibnya, karena hal itu Kala– panggilan Kalandra, harus menggunakan topi yang terbuat dari baskom kecil. Hal itu membuatnya malu karena harus tampil beda. Ia diam – diam melirik barisan sah

  • Mr. Fragrant and Me   Part 2

    “Ma, kalau mau hukum aku jangan gini dong. Kan banyak cara lain,” keluh Jevan di perjalanan menuju parkiran mobil. Iamencoba menyamakan jalannya dengan Kisa. Ia tidak peduli jika ada orang yang menertawakannya karena apa yang barusan terjadi justru lebih gawat daripada wajah memelasnya sekarang.“Cara lain emang banyak tapi gak ada yang mempan. Biar kamu tau rasa deh Jev, Mama capek besarin kamu sampai begini tapi bandelnya gak kelar – kelar. Mau sampai kapan kamu tuh gini terus?” Omel Kisa. Ia berkali – kali menghempaskan tangan Jevan yang sedari tadi mencoba m

  • Mr. Fragrant and Me   Part 3

    "Bri, minjem apart.”“Hah–“ Tut.Jevan memutuskan panggilan teleponnya pada Brian secara sepihak. Dirinya sudah terlanjur pusing dengan serangkaian kejadian hari ini jika harus mendengar ocehan sahabatnya itu.Sesampainya di depan apartemen Brian, ia langsung memasukkan password dan masuk ke dalamnya. Belum rasa pusingnya hilang, sebuah notifikasi dari nomor tidak dikenal muncul di layar handphonenya.From : +62821xxxxxKak Jevan, ini Kala. Save ya.Reflek, Jevan membanting handphonenya ke sofa terdekat. Tanpa bertanya pun

  • Mr. Fragrant and Me   Part 4

    Sepulangnya Jevan dari rumah sakit, Kala mendadak murung.Hal itu pun disadari oleh Yola yang saat itu sedang mengupas buah – buahan. Senyum tipis terbit dari bibir wanita paruh baya itu. Ia lalu berjalan mendekati Kala lalu duduk di samping gadis itu.“Kala, mau buah lagi?” Tanya Yola.Dengan cepat Kala menggeleng. “Gak ah, Bun. Kala kenyang.”Yola terkikik kecil melihat putri satu – satunya yang selalu ceriwis mendadak murung. Ia mengelus rambut Kala pelan. “Nanti gak cantik loh, kalau cemberut.”“Kala gak cemberut, Bunda. Muka Kala e

Latest chapter

  • Mr. Fragrant and Me   Part 9

    "Bun, Kala berangkat ya." Setelah berpamitan dengan Mama-nya, Kala berjalan keluar pintu rumah dan langsung menahan napasnya sejenak karena pemandangan yang ia dapati di halaman rumahnya. Di sana, Jevan sedang berdiri sembari berbincang dengan supir pribadi Kala. Hei, sejak kapan pria berkaus putih dilapisi kemeja flannel itu berada di sana? Belum lagi senyuman yang terukir di bibirnya itu. Kala saja tidak pernah mendapat senyumnya. Bagaimana bisa Pak Bayu– supir Kala itu bisa mendapatkannya hanya dalam hitungan menit? "Mbak Kala? Kok bengong? Ini Mas Jevan udah nungguin daritadi lho. Syukurnya saya temenin ngobrol, kalau gak Mbak Kala bisa ditinggalin." Ujar Pak Bayu pada Kala. Deretan gigi Kala terlihat saat ia menyengir. "Tadi Kala pikir bakal sama Bapak. Jadi Kala santai aja." "Yowes,Kalau kaya gitu berangkat sekarang ajato,Mas Jevan?" Tanya Pak Bayu pada Jevan Pula. Lelaki itu mengangguk.

  • Mr. Fragrant and Me   Part 8

    Lidah Kala mendadak kelu begitu mendengar ucapan Jevan. Kala menundukkan kepalanya penuh penyesalan sambil menggumamkan kata maaf pada Jevan yang justru dibalas dengan decakan oleh lelaki itu. "Kalau tujuan lo mau manggil gue buat nyusul ke bawah, lo gak perlu ngelakuin itu sampai harus masuk ke kamar gue, Kalandra. Gue bukan anak kecil yang harus dipanggil buat makan." Ucap Jevan tajam. "Tapi aku disuruh Mama, Kak. Aku juga tadi udah ngetuk pintu tapi Kakak gak jawab." Jevan mendecih. "Lo siapa sampai harus gue jawab?" Mata Kala mulai berkaca - kaca akibat sebuah kalimat yang keluar dari mulut Jevan. Hatinya terasa ditusuk - tusuk dengan benda tajam ketika mendengarnya. "Harusnya lo tau kalau gue gak buka pintu, itu berarti gue gak nerima siapapun." Kata Jevan sembari berjalan menjauh dari Kala. Ia meraih sebuah hoodie putih dan memakai benda tersebut ke badannya. "Ngapain masih di sini? Masih bisa jalan keluar kan?" "Aku ngerti

  • Mr. Fragrant and Me   Part 7

    Kala sedang asik berleha - leha di kamar tercintanya sembari menonton seri film yang akhir - akhir ini sedang naik daun. Hari ini ia tidak memiliki kelas apapun jadi daripada keluar rumah dan berkeliaran tanpa arah ia lebih baik menonton film saja. Jam sudah menunjukkan pukul dua dan ia belum mengisi perutnya dengan makanan apapun sejak pagi. Karena perutnya terasa keroncongan, Kala pun memutuskan untuk turun ke dapur mencari makanan yang bisa saja ia dapat untuk mengganjal perut kosongnya.Di awal, Kala menuruni tangga dengan santai dan perlahan sampai tiba - tiba ia menemukan Jevan tengah berdiri di ruang tengah rumahnya dan sedang berbicara dengan Yola. Kedua matanya membulat saat Jevan berbalik badan dan memandanginya datar dari atas sampai bawah. Kala yang saat itu hanya menggunakan kaus oblong dan celana kain pun langsung menutup wajahnya yang terasa memerah."Kala? Kok nutup muka gitu sih? Disapa dulu dong calon suaminya," ujar Yola membuat Kala meringis.

  • Mr. Fragrant and Me   Part 6

    Setelah kelas selesai, Kala langsung bergegas keluar untuk menemui Dira yang sudah menunggunya di kantin kampus. Namun baru saja kakinya melangkah keluar pintu, suara seseorang langsung menyambutnya.“Kal,” panggilnya.Kala menoleh, mencari sumber suara dan langsung menemukan Jevan yang tengah bersandar di dinding koridor. Hatinya merasa menghangat ketika mendengar Jevan menyebut namanya."Iya, Kak? Kenapa ya?" Tanya Kala."Gue perlu ngomong sama lo.""Oke? Ngomong aja," Kata Kala.Mata Jevan memutar, "Ya gak disini.""Dimana?""Di mobil gue." Jevan menarik tangan Kala dan membuat gadis itu terkejut.Kala melepaskan pegangan tangan Jevan karena beberapa tatapan aneh mulai mengerubunginya dan Jevan. "Hah? Aku ada janji sama Dira di kantin. Nanti aja ya?""Bawel banget sih, bersyukur kek gue masih mau ngajak lo ngomong." Jevan mendecak. "Kalau ngikutin kata hati juga gue ogah mau ngomong sama lo."Bibir Kala mengerucut.

  • Mr. Fragrant and Me   Part 5

    Teriakan yang berasal dari kamar inap Kala membuat seorang perawat masuk dengan wajah khawatir dan membuat Kala hanya menyengir ketika menemukan Kala hanya terkekeh malu padanya. Hal yang sama terjadi pada Dira yang saat itu duduk tepat di samping ranjang Kala. Ia memandangi Kala penasaran karena gadis itu tiba – tiba saja berteriak setelah membaca notifikasi pesan yang muncul di layar handphonenya.“Kal, kenapa sih? Gue kaget tau lo tiba – tiba teriak gitu. Mana perawat pake masuk lagi. Malu nih gue,” gerutu Dira.Kala kembali terkekeh. “Gue ada berita bahagia tau, Dir.”“Kenap

  • Mr. Fragrant and Me   Part 4

    Sepulangnya Jevan dari rumah sakit, Kala mendadak murung.Hal itu pun disadari oleh Yola yang saat itu sedang mengupas buah – buahan. Senyum tipis terbit dari bibir wanita paruh baya itu. Ia lalu berjalan mendekati Kala lalu duduk di samping gadis itu.“Kala, mau buah lagi?” Tanya Yola.Dengan cepat Kala menggeleng. “Gak ah, Bun. Kala kenyang.”Yola terkikik kecil melihat putri satu – satunya yang selalu ceriwis mendadak murung. Ia mengelus rambut Kala pelan. “Nanti gak cantik loh, kalau cemberut.”“Kala gak cemberut, Bunda. Muka Kala e

  • Mr. Fragrant and Me   Part 3

    "Bri, minjem apart.”“Hah–“ Tut.Jevan memutuskan panggilan teleponnya pada Brian secara sepihak. Dirinya sudah terlanjur pusing dengan serangkaian kejadian hari ini jika harus mendengar ocehan sahabatnya itu.Sesampainya di depan apartemen Brian, ia langsung memasukkan password dan masuk ke dalamnya. Belum rasa pusingnya hilang, sebuah notifikasi dari nomor tidak dikenal muncul di layar handphonenya.From : +62821xxxxxKak Jevan, ini Kala. Save ya.Reflek, Jevan membanting handphonenya ke sofa terdekat. Tanpa bertanya pun

  • Mr. Fragrant and Me   Part 2

    “Ma, kalau mau hukum aku jangan gini dong. Kan banyak cara lain,” keluh Jevan di perjalanan menuju parkiran mobil. Iamencoba menyamakan jalannya dengan Kisa. Ia tidak peduli jika ada orang yang menertawakannya karena apa yang barusan terjadi justru lebih gawat daripada wajah memelasnya sekarang.“Cara lain emang banyak tapi gak ada yang mempan. Biar kamu tau rasa deh Jev, Mama capek besarin kamu sampai begini tapi bandelnya gak kelar – kelar. Mau sampai kapan kamu tuh gini terus?” Omel Kisa. Ia berkali – kali menghempaskan tangan Jevan yang sedari tadi mencoba m

  • Mr. Fragrant and Me   Part 1

    Menurut Kalandra, ketakutan terbesarnya adalah ruangan sempit yang gelap nan pengap, serta serangga dan hewan melata. Namun hari ini sepertinyaiaakan menemukan sebuah ketakutan barunya, yaitu keramaian. Ini hari pertamanya ospek di kampus dan ia tanpa sengaja lupa membawa topi pantai yang sudah diperintahkan oleh panitia ospek untuk dibawa hari ini. Malang nasibnya, karena hal itu Kala– panggilan Kalandra, harus menggunakan topi yang terbuat dari baskom kecil. Hal itu membuatnya malu karena harus tampil beda. Ia diam – diam melirik barisan sah

DMCA.com Protection Status