Home / Romansa / Adoration / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Adoration: Chapter 71 - Chapter 80

108 Chapters

Suara Mendesah

“Bisakah aku bertemu dengan Sam?” tanya seorang gadis yang kini berdiri di depan meja resepsionis. “Sebentar lagi Pak Sam akan turun. Nona bole menunggu di sana!” pinta penjaga resepsionis sambil menunjuk ke arah kursi yang berada tak jauh dari dirinya. “Terima kasih,” ungkapnya dengan senyuman yang manis. Melangkah tenang menuju sofa, meraih majalah dan mulai menikmati penantiannya. “Hei, bukannya itu gadis yang pernah datang kemari?” Gadis resepsionis bertanya pada rekannya. “Ya, yang datang dengan marah-marah dan berpakaian ala Korea itu kan?” “Hooh, tapi kenapa dia datang dan mencari Pak Sam? Bukannya dulu dia mencari Tuan Baswara?” “Entahlah! Itu bukan urusan kita. Yang pasti dia datang dengan baik dan kita juga harus bersikap baik padanya. Jangan lupa hubungi Pak Sam, katakan
last updateLast Updated : 2021-10-26
Read more

Percakapan Jenny

“Paman, apa teman Paman itu pria yang baik?” tanyanya dibalik isak tangis. “Baswara?” tanya Sam berupaya meyakinkan. Soga mengangguk dan kembali bertanya, “Paman, apa Bunda bahagia kalau menikah dengan teman Paman?” “Yah, tentu bahagia,” jawab Sam diikuti anggukan. Tingkahnya begitu bodoh seperti boneka dask board. Dengan mata yang terus menatap ke arah Soga. “Apa aku tidak akan kehilangan Bunda, kalau Bunda menikah dengannya? Aku ingin hidup dengan Bunda terus, sampai aku besar nanti.” “Bisa, itu bukan hal yang sulit untuk dikabulkan.” “Tapi ....” Sam menanti kelanjutan omongan Soga. Wajah Bocah itu mendadak bingung dengan mata yang berkedip lebih cepat. Ia merunduk dan mengalihkan pandangan ke sisi lain, seakan takut menatap Soga. &l
last updateLast Updated : 2021-10-26
Read more

Berita Tak Terduga

“Di mana kamu, Bas? Apa yang kau lakukan? Rencana apa lagi yang sedang kau jalankan? Mengapa kau tidak memberi apa-apa terlebih dulu padaku? Apa kau senang menyiksaku? Atau kau sengaja mengkambing hitamkan aku? Aku tidak yakin, tapi aku merasa depresi saat ini. Jika bunuh diri bukanlah dosa, maka aku akan melakukannya sekarang,” gerutu Sam dengan wajah cemas. Kulit wajahnya begitu ketat dengan urat yang menyembul keluar. Menatap tajam layar laptop dengan napas berhembus kencang. Sam seperti singa yang siap menerkam mangsanya. Udara sejuk pun kini terasa hangat, terlihat dari banyaknya bulir keringat yang keluar. Sam dengan penuh tekanan ingin menangis, meski tampilannya seakan hendak meluap. “Apa yang harus aku lakukan Bas?” gumamnya dengan nada merengek seperti bocah kecil yang tidak diberikan permen. Merundukkan wajah di atas meja dengan tangan mengepal, Sam terus memukul-mukul mejanya. Sang sek
last updateLast Updated : 2021-10-30
Read more

Nyaris Saja

“Boleh saya masuk?” tanya Pak Presdir dengan sikap yang bijak. Di mana Sam yakin, jika orang lain yang melihat mungkin akan memandangnya aneh. Setidaknya tertawa geli. Namun, tidak dengan Pak Presdir yang sangat baik menjaga sikapnya, seperti Baswara. Sepertinya kini kita tahu, sikap Baswara diturunkan dari siapa. “Si, silakan!” ucap Sam tergagu yang segera bangkit dan menunjukkan sikap santun. “Apa sudah ada kabar dari Baswara?” Sam hanya merundukkan kepala. Ia terlalu takut untuk menatap, ia takut apa yang terjadi padanya bisa dibaca oleh Tuan Presdir. Terlebih yang ia tahu, Tuan Presdir sangat ahli dalam membaca sikap bahkan kinerja seseorang hanya dari melihat sikap tubuhnya. “Saya tidak tahu dia bersembunyi di mana. Mungkin di lubang tikus, sampai-sampai orang suruhan saya pun tidak dapat menemukannya.” Sam tersentak dengan apa
last updateLast Updated : 2021-10-30
Read more

Pengakuan Alea

“Ternyata aku kedatangan tamu,” ujar Alea dengan nada riangnya, melangkah masuk dan kini duduk di atas sofa tepat berhadapan dengan Sam. Sam hanya terlihat diam, hatinya sangat bergemuruh. Ia begitu yakin akan dugaannya, namun ia mencoba bersikap tenang dan tidak gegabah agar Alea mau mengakui yang terjadi. “Ada apa? Apa kau datang untuk menanyakan prihal Baswara? Bukannya kau kemarin sengaja menghindariku?” ledeknya sambil menyandarkan tubuh seakan merasa sangat lelah. Kepalanya bertengadah sambil menatap langit-langit.  Sam masih saja betah diam. Sedikit rasa malu, itulah yang ia rasakan. Ia akui, ia sengaja menghindari Alea dan tak menyangka terpaksa datang ke apartemen untuk menemuinya. Namun, semua sudah terjadi dan kini ia sudah berada di sini. Tiada tujuan lain, ia hanya harus menanyakan niatannya lalu segera pergi. “Huh! Apa kau ingin minuma? Aku pun
last updateLast Updated : 2021-11-01
Read more

Pertemuan Pertama

Sudah seminggu ini Ayah Baswara tidak berselera makan, dia lebih banyak termenung dalam kamar tanpa pencahayaan. Menatap jauh keluar jendela sambil menikmati rerumputan hijau, ia menunjukkan tatapan kosong. Sepertinya hanya jasadnya saja yang berada di sini, sedangkan pikirannya tengah jauh pergi ke ujung dunia. “Pa, ayo kita makan!” ucap sang istri dengan nada lembut penuh perhatian. Tangannya membelai lembut pundak yang tak lagi gagah. Diam, pria tua itu masih saja asik berbincang dengan hatinya sendiri. Hingga ia tidak menyadari keberadaan sang istri yang kini berdiri tepat di sampingnya. “Pa,” panggilnya kembali. Kali ini diikuti kecupan lembut yang menyentuh ke pipi kanan sang suami. “Ah, Ma,” sahutnya kaget. “Papi belum makan, semua sudah siap di meja,” sambungnya sembari menunjukkan senyuman penenang. Tak
last updateLast Updated : 2021-11-08
Read more

Jodoh Pasti Bertamu

Sebagai keturunan Sanjaya yang hendak menginjak usia tiga puluh tahun, ia pun diminta untuk mencari istri. Demi menjalankan adat dan mempertahankan kejayaan, ia terpaksa menurut. Masa lalunya yang sempat merasakan sakit karena kemiskinan membuat egonya mengalah. Menikah meski tanpa cinta bukanlah masalah, selama mereka masih bisa mempertahankan kekayaan. Hari ini ia akan dibawa bertamu ke rumah salah satu sahabat ayahnya. Sanjaya muda tidak dapat mengelak, meskipun ia sudah memiliki tambatan hati. Gadis bersepeda yang ia temui di tengah jalan kemarin. “Kamu harus berkenalan dengan putri Bapak Tendi, dia gadis yang manis dan cerdas. Papa yakin kamu akan menyukainya,” bisik Ayah Sanjaya dengan tatapan penuh percaya diri. Tak langsung percaya, Sanjaya memilih melirik ke arah wajah ibunya yang kini mengangguk sambil tersenyum. “Jika Mama berkata setuju, pasti ucapan Papa benar adanya,&r
last updateLast Updated : 2021-11-08
Read more

Pernikahan Yang Indah

Sanjaya tersenyum teduh. Sudah cukup lama ia tidak melakukannya, hingga cukup membuat kaget Tini-istrinya. Tak mampu bertanya, Tini hanya bisa menatap wajah Sanjaya yang kini kembali bersinar dan tampan seperti pertama kali mereka bertemu, tepatnya saat pernikahan mereka berlangsung. “Heh, dunia sudah berubah, jaman sekarang lebih maju,” gerutunya seakan tak percaya akan apa yang tengah ia hadapi. “Zaman boleh berubah, tapi sifat itu warisan,” ucap istrinya sembari merebahkan kepala pada pundaknya. “Saya tidak tau apa yang terjadi jika saja dulu saya menentang perjodohan kita. Menikah tanpa bertemu, hanya sekedar mendengar saran Papa dan Mama,” ucapnya sembari melirik ke arah sang istri. “Keadaan dulu jauh berbeda dengan sekarang ini. Cukup mendengarkan petuah kedua orang tua, maka semua akan menjadi lancar. Sedangkan saat ini ....” 
last updateLast Updated : 2021-11-08
Read more

Berita Buruk

“Di mana kamu saat ini, Bas?” Hanya itu pertanyaan yang belum terjawab hingga kini. Keresahan dan kerinduan bercampur menjadi satu. Kana terjerat dalam keadaan yang tak diinginkan. Menangis dan bingung tak dapat menyelesaikan masalah, karena ia harus segera memberi keputusan. “Non, Non Kana. Ada tamu,” ucap si mbok dari balik pintu kamarnya. “Siapa Mbok?” tanya Kana dengan wajah bingung karena ia merasa tidak sedang janji temu dengan siapapun. “Anu ... dari pihak sekolah katanya.” Ucapan si Mbok membuat Kana kaget, ia mengira terjadi hal buruk pada Soga. Tanpa meragu, ia pun segera melangkah keluar menemui ibu dan bapak guru Soga.  “Maaf, sudah menunggu lama. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Kana dengan wajah hawatir. “Maaf sebelumnya, kedatangan kami yang mend
last updateLast Updated : 2021-11-08
Read more

Kana Tumbang

Sedari tadi malam hingga siang ini Soga tak kunjung keluar dari kamarnya. Ia terus mengurung diri meskipun Kana berupaya memujuknya. Segala macam sudah Kana lakukan, namun Soga bersih keras tak mau membuka pintu kamarnya. Begitu pula Kana yang tak beranjak dari sofa yang berada di samping kamar Soga. Ia begitu setia menantikan Soga. “Bun, makan dulu, Bun,” pinta Mbok yang kini membawakan segelas teh. “Nanti aja, Mbok. Saya masih menunggu Soga,” sahutnya dengan kulit memucat dan mata yang mulai menghitam. Sepertinya ia sering sulit tidur belakangan ini, hingga kesehatan Kana menurun dan terlihat sangat lemah. “Tuan Soga, buka pintunya dong. Kasihan Bunda sedari malam tidur di sini nungguin Tuan Soga,” ungkap si Mbok yang merasa iba akan keadaan saat ini. Begitu lamanya ia bekerja di rumah ini, barulah sekarang Soga bertingkah seperti ini. Membuat si Mbok hawatir dan
last updateLast Updated : 2021-11-09
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status