Home / Romansa / The Playboy / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of The Playboy : Chapter 51 - Chapter 60

84 Chapters

Cemburu

Sore itu Farah terbangun dari tidurnya dan melihat dirinya ada di dalam kamar, siapa yang membawa aku ke kamar? Tanya Farah di dalam hatinya. Farah menguap secara lebar, ia turun dari tempat tidurnya dan mencari Micko sang calon suami. Farah yang turun ke lantai satu melihat Micko dan mamaku tengah mengobrol, “Kamu sudah bangun sayang?” tanya Micko.Dengan masih menguap lebar, “Kamu yang bawa aku ke kamar?”“Iya, sayang,”Aku menghampiri Micko, “Ada apa ini?”“Mama baru omongin pendidikan Hana, Nicko dan Villa,” kata mamaku sendiri.“Oh yang kamu bilang sama aku tadi siang?”“Iya, sayang, aku sih mau pindahin Hana sama Nicko ke sekolah baru jadi biar mereka juga bisa belajar lagi,”“Memang mau di pindahin kemana?”“Daerah sini juga ada yang bagus, sayang, mama sering lewat.”“Mama, sering lihat?&rdqu
Read more

Kontraksi Kehamilan.

Farah pulang dengan keadaan yang masih kesal, seumur-umur dalam hidupnya baru kali ini ia melakukan perbuatan keji terhadap orang lain. Ia bahkan tidak pandai dalam menutupi perasaannya. Ia ingin lari dari kenyataan tersebut dan dia berharap kenyataan tersebut hanya terjadi cukup hari ini saja.Farah yang kembali dengan muka masam, menjadi sasaran empuk bagi Hana, Hana yang melihat Farah lemah lesu bertanya-tanya, “Mama, kenapa?”“Hah! Nggak apa-apa, sayang,”“Yakin?”“Mama yakin. Kamu sudah makan apa belum?”“Sudah, ma,”“Sayang, mama mau ngomong sama kamu,”“Kenapa, ma?”“Mulai bulan depan kamu sama Nicko sekolah lagi. Mama baru tadi dari sekolah baru sudah lihat-lihat palingan besok kamu sama Nicko ada test masuk nggak masalah ‘kan?” katanya yang menjelaskan kepada Hana.“Oh iya sekolah,” katanya yang teri
Read more

Beasiswa Sekolah

Farah yang sudah mengetahui bahwa dirinya mengalami kontraksi berusaha untuk lebih hati-hati lagi. Ia tidak ingin merepotkan semua orang, ia mulai dengan gerakan yang halus yang sudah dia baca kemarin malam bersama dengan Micko hingga dirinya jatuh tertidur. Farah sudah bersiap akan mengantar Hana dan Nicko yang akan melakukan test masuk sekolah.Dia yang sudah menunggu anak-anaknya, “Hana, Nicko, kalian sudah siap?”“Sudah, ma,” kata Hana.“Ayo, jalan,” sahut Nicko.“Nggak ada yang ketinggalan?” tanya Farah.“Nggak, ma,” sahut mereka berdua secara bersamaan. Mereka semua keluar dari rumah dan menuju sekolah yang sudah di pilihkan oleh Farah. Hana duduk di samping Farah sedangkan Nicko duduk di belakang mobil, selama di perjalanan Hana dan Nicko mencoba mengulang apa saja yang sudah mereka pelajari selama ini.Farah akhirnya sampai di sekolah mereka yang baru, dia mengantarkan Hana
Read more

Sensitif

Farah kembali pulang dan memberitahukan kepada Vicka bahwa Hana mendapatkan beasiswa. Mereka yang mendengarnya cukup senang, bahkan mereka berencana untuk merayakannya dengan sebuah pesta kecil. Farah menghubungi Micko yang tengah di jalan entah menemui siapa, “Sayang, ada apa?” kata Micko.“Kamu kapan pulang?”“Mungkin rada malam karena aku perlu ke tempat lain dulu. Hanya sebentar saja,” katanya dengan tertawa.“Mau kemana?”“Ada yang perlu aku selesaikan dengan orang tersebut dan setelah itu pulang, memang kenapa sayang?”“Anak kamu Hana.”“Kenapa sama Hana?”“Dia dapat beasiswa,” katanya yang memberitahukan. Micko yang mendengarnya spontan membanting setir mobilnya dan mengerem dengan mendadak hingga menabrak mobil depan, ia mengigit bibir bawahnya.“Kamu serius?! Dia selama ini nggak pernah dapat beasiswa, Hunn,”
Read more

USG Lima Dimensi

Micko yang sudah terlanjur kesal, turun dari mobilnya, ia mencoba untuk menahan emosinya namun akhirnya ia melihat bahwa mobil tersebut sudah tidak mengikuti mereka lagi. Ia masuk kembali ke dalam mobilnya dan memutar arah menuju rumah sakit yang biasa mereka kunjungi, “Kamu tahu siapa?” tanya Vicka.“Aku nggak tahu, ma,”“Lho, bukannya kamu bilang tadi sama aku kalau kamu mau pergi ke suatu tempat katanya mau menyelesaikan apa gitu?” tanya Farah yang penasaran.“Awalnya iya tapi waktu kamu kabarin kalau Hana dapat beasiswa dan aku nabrak mobil orang, akhirnya aku batalin aku minta ketemuan besok,” jelasnya kepada mereka berdua.“Jadi, kamu nggak tahu donk siapa yang mengikuti kita tadi?” tanya Farah.“Jelas aku juga nggak tahu sama sekali,”Farah dan Vicka sama-sama menelan salivanya, mereka berdua juga bertanya-tanya siapa yang baru saja mengikuti mereka, “Kau ti
Read more

Penyerangan

Micko berusaha untuk bisa tenang dan santai dalam menghadapi pertemuan yang tiba-tiba begitu saja ada di depannya matanya itu, kehadiran Felicia di rumah sakit tersebut membuat dirinya tidak berfokus. Handphonenya bergetar beberapa kali sehingga membuat dirinya tidak nyaman, “Kamu kenapa, Micko?” tanya Vicka yang sedari tadi mencium gelagat aneh darinya.“Nggak kenapa-kenapa, ma,” jawab Micko.“Kamu yakin sayang?” tanya Farah. Farah menggengam tangan Micko dan berusaha untuk membuat dirinya lebih yakin lagi.“Aku yakin,” katanya yang berbohong.Farah melirik ke arah Micko, dia melihat raut wajah Micko yang seperti menutupi sesuatu, “Ma, Micko nggak kenapa-kenapa.” jawab Farah yang tidak ingin mengetahui bahwa Micko sedang memikirkan masalah di rumah sakitnya sendiri.“Ya sudah lah.”Micko membawa mobilnya dengan deru yang aman sehingga tidak menyebabkan kecelakaan sepert
Read more

Kesempatan Terakhir Micko

Setelah beberapa jam Micko menjalankan investigas tersebut, ia diperbolehkan pulang. Dia memiliki berbagai macam pertanyaan yang ada di kepalanya, ia keluar dengan memgang kepalanya, “Lama-lama aku botak,” katanya kepada dirinya sendiri.Tak berapa lama seseorang menghampiri dirinya, ia seorang wartawan, “Pak Micko, apa kita bisa melakukan wawancara sebentar saja?” katanya yang berusaha mengambil hatinya.Micko melihat ke arah lawan bicaranya itu. Dia mengenalnya, Adela seorang wartawan dari TVTwo, “Kenapa kau senang sekali menganggu keluargaku?”Adela menelan ludahnya, ia harus bisa mendapatkan berita eksklusif tersebut, “Pak Micko, tolong sekali ini saja,” katanya yang memohon kepada Micko.“Pergi saja kau,”Adela sudah kepalang basah berada di lokasi rumah sakit itu. Dia harus bisa membuat Micko bersuara jika tidak jabatannya akan di pertaruhkan, “Pak, tolong wawncara sebentar saj
Read more

Rencana Adela

Malam itu menjadi malam terakhir dirinya dengan Felicia, ia melempar segepok uang ke arah Felicia, “Pergunakan itu,” ucapnya dengan jengkel. “Itu uang terakhir dariku.”“Terima kasih.”“Dan, ingat, kalau kau berbohong sekali lagi dengan diriku aku tidak segan-segan Felis,” ancamnya.Felicia menelan salivanya, ia ingin angkat bicara namun ia merasa sudah tidak pantas lagi bagi dirinya untuk berbicara kepada Micko, “Boleh aku bicara?”“Katakan.”“Ini informasi rahasia antara aku dengan dirimu,” Kendra melihat ke sekelilingnya, berharap tak ada yang melihat ia dengan Micko, “Temui aku di sebuah cafetaria, pura-pura kau tak mengetahuinya, akan aku beritahu dimana itu.” tuturnya.Micko tidak menjawabnya, ia hanya menganggukan kepalanya tanda setuju. Ia pergi meninggalkan Felicia dia ruangan tersebut, ia mengirimkan pesan kepada Felicia.[Micko:
Read more

Terbongkarnya Identitas Micko.

Bos Adela yang bernama Yohan menghampirinya, ia bertubuh setengah lebih kurus di bandingkan dengan Varrel, wajahnya terlihat tua dan menyebalkan menggunakan kacamata yang seperempat kotak berkacak pinggang di hadapannya, “Kau baru datang belum lama lalu sekarang kau ingin keluar!” umpatnya dengan kesal.“Bukannya kau yang membuat aku seperti ini?” tanyanya dengan menyilangkan kedua tangannya tersebut.Yohan kesal dengan omongan Adela tersebut, ia menggertakkan giginya dan mengepalkan tangannya tersebut, ia bertingkah seperti ingin marah namun mau marah sama siapa, “Kau kesal?” sahut Adela yang melihat tingkah aneh Yohan.Yohan menunjuk dengan jarinya, “Aku bukan saja kesal denganmu, lakukan tugasmu dengan benar!” bentaknya.“Aku akan kembali dengan membawa berita eksklusif.” ketusnya. Ia meninggalkan Yohan yang tengah berusaha melampiaskan kemarahannya tersebut. Di saat kepergian Adela, Yohan men
Read more

Ancaman yang Efektif

Hari ini menjadi hari yang melelahkan bagi Micko, selurus isi kantor sudah pada tahu dirinya adalah anak konglomerat yang memiliki beberapa asset. Pegawai yang biasanya menggunjingkan tutup mulut dengan segala perbuatan yang telah dia lakukan, bahkan sudah tidak berani lagi unuk menggunjingkan Micko lagi. Angela pun juga ikut ragu, mengapa wartawan tersebut bisa mengetahui bahwa Micko adalah anak konglomerat.Micko sedikit merenggangkan dasinya, ia keluar dari kantor bak pangeran. Beberapa orang yang menggunjingkan dirinya tidak ingin menatap wajahnya lagi, takut-takut malah mereka yang di pecat, “Kenapa kalian jadi diam?” ledek Micko yang hendak mengabsen pulang.“Maaf, Pak, kami tidak akan mengulangi lagi,” jawab salah satu dari mereka.“Kalian takut?”Mereka menelan salivanya, salah satu dari mereka menghampiri Micko dan dia memberikan permintaan maaf langsung di hadapan karyawan semuanya. Micko yang mendengarnya men
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status