Beranda / CEO / The Boss and I / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab The Boss and I: Bab 11 - Bab 20

49 Bab

Bab 11 . Begitulah Kehidupan

"Aku tidak menyukaimu!" balas Madeline dingin. "Mengapa harus sejujur itu?" keluh Hans dan memasang wajah sedih. "Oh, ayolah! Aku tidak tahu semua pria Qin begitu murahan," ejek Madeline. "Itu kasar!" jawab Hans, sambil tersenyum. Madeline mengangkat bahu dan lanjut mengetik. Dirinya senang berseluncur di dunia maya, mencari informasi tentang perusahaan keluarga Qin. Setelah memeriksa semua dokumen itu, membuat Madeline penasaran. "Apa yang kamu kerjakan?" tanya Hans penasaran. "Hmmm, aku membuat pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen itu dan dari sana banyak yang ingin aku ketahui!" ujar Madeline sambil menunjuk ke lantai dekat jendela, ya dokumen itu masih berserakan di sana. "Benarkah? Boleh aku lihat apa yang kamu temukan?" tanya Hans. Madeline mengangguk dan membuka file miliknya, lalu membalikkan laptop ke hadapan Hans. Hans membaca rangkuman yang dibuat Madeline dan berde
Baca selengkapnya

Bab 12 . Apakah Kamu Akan Tidur Dengannya?

Maximillian Qin berada di ruang pakaian  yang ada di ruang kerjanya. Semalam dirinya tidak dapat terlelap. Lusa, perjalanannya ke Negara Z membuat Max cemas. Dirinya merapikan dasi dan mengenakan jas, lalu menatap tampilannya di cermin. Seorang artis pemula sudah menandatangani kontrak dengannya, tentu dengan bayaran yang besar. Lagipula, selain uang, pamor artis itu akan langsung melejit jika terlibat rumor percintaan dengannya. Apalagi, rumor yang dibuat adalah Max mengejar wanita itu mati-matian. Ya, tiga artis pemula yang sebelumnya terikat kontrak dengannya, sudah begitu terkenal dan Max yakin artis ini juga akan mengalami hal yang sama. Semua ini terjadi karena kecelakaan yang dialaminya saat berusia 11 tahun. Saat dirinya memergoki sang ayah bercumbu dengan seorang wanita muda. Ya, ingatan itu masih menguasai dirinya. Dirinya yang baru berusia 11 tahun, berlari keluar dengan cepat setelah menyaksikan hal tersebut. Dengan pandangan kabur karena genangan air ma
Baca selengkapnya

Bab 13 . Bukan Tipeku

Max menenggak anggur miliknya dan berkata, "Ini kali pertama kita membahas seorang wanita. Bukankah menggelikan, perempuan itu yang kita bahas?""Itu tidak menggelikan! Bukankah kita sudah sepakat untuk membahas segala sesuatu yang mengganjal," balas Hans santai dan menenggak anggur miliknya. Lalu, mereka berdua duduk dalam diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Entah berapa lama mereka duduk di sana, yang pasti 3 botol anggur telah kosong dan itu artinya sudah cukup. "Istirahalah!" ujar Hans dan berdiri dari duduknya. Max mengangguk dan menatap sampai Hans menghilang dari pandangannya. Lalu, memanggil Jay. "Ya, Tuan!""Panggil perempuan itu!" ujar Max sambil menuangkan anggur yang tersisa di gelasnya ke celana panjang mahalnya, tepat di bagian paha. Jay mengangguk dan langsung berlari menuju ke ruang bermain Tuannya itu, untuk memanggil Madeline. Perasaannya tidak enak, biasanya beberapa hari sebel
Baca selengkapnya

Bab 14 . Tidak Tahu Malu

Madeline terdiam sejenak, dirinya yakin jika menjawab ya, maka pria mesum itu benar-benar akan memintanya melakukan itu. Walaupun, Madeline bukan gadis perawan, tetapi dirinya mual memikirkan sudah berapa banyak wanita yang melepaskan celana pria itu. Madeline menggeleng kepalanya dan berkata, "Lakukan sendiri dan berikan padaku celana itu!"Max tersenyum tipis dan mengangguk, masih berdiri di hadapan Madeline, tangannya mulai melepaskan sabuk yang melingkari pinggangnya. "K-kamu melepaskannya di sini?" tanya Madeline tergagap. Ya, dirinya tahu tubuh pria itu sempurna, tetapi ini keterlaluan. Apakah pria itu tidak memiliki rasa malu? Tentu tidak, setelah bercinta dengan begitu banyak wanita, pria itu pasti sudah tidak tahu malu. "Mengapa? Bukankah kamu sudah berpengalaman? Bahkan, bukankah dirimu sudah memiliki suami? Ah, tentu saja, tubuh suamimu tidak dapat dibandingkan denganku!" ujar Max tersenyum dan menarik sabuknya lepas dalam sat
Baca selengkapnya

Bab 15 . Kehidupan yang Lebih Baik

Madeline dapat bernapas lega setelah pria itu meninggalkan ruangan ini. Buru-buru Madeline membawa cangkir tadi ke dapur dan mencucinya segera. Apakah perkataan pria itu berarti, dirinya tidak perlu melakukan apapun selama satu bulan ini? Hanya perlu memeriksa dokumen dan mengirimkan laporan? Kenyataan itu membuat Madeline bersorak gembira. "Apa yang membuatmu begitu senang?" tanya Hans yang baru tiba dan bersandar di dinding pintu masuk ke dapur. Madeline berbalik dan berjalan ke arah Hans, lalu berkata, "Apakah ajakanmu masih berlaku? Mengajak diriku berkeliling?""Tentu! Sekarang?" tanya Hans hendak berbalik. Madeline menangkap lengan pria itu dan berkata, "Besok! Besok saja. Aku tidak mau mencari masalah dengan pria itu.""Maksudmu Max? Dirinya sibuk hari ini. Max perlu mempersiapkan diri untuk perjalanan besok!" ujar Hans dan menarik kursi meja makan, lalu duduk. "Oh ya?" tanya Madeline penasaran dan duduk di hadapan H
Baca selengkapnya

Bab 16 . Gara-Gara Serangga

Di kelas bisnis pesawat komersil yang terbang ke Negara Z. Max duduk bersandar, sambil memejamkan mata. Dirinya tidak membawa apapun. Semua pakaian dan keperluannya sudah disiapkan di sana. Dirinya bahkan memiliki seorang sekretaris yang disiapkan oleh ayahnya. Ya, Max hanya perlu mengikuti jadwal yang sudah disusun dan beristirahat. Penerbangan 8 jam menuju Negara Z dan itu cukup membosankan. Max mengeluarkan ponsel, tetapi tidak ada yang dapat dilakukannya. Apa yang sedang dilakukan Madeline? Dirinya sudah meminta Jay melaporkan semua kegiatan perempuan itu. Max harus bersabar sampai pesawat mendarat. Kembali ke ruang gym. Madeline telah berganti pakaian olah raga dan mengenakan sepatu sport. Moly mengukur tubuh Madeline, baik itu diameter lingkar seluruh bagian tubuhnya, termasuk berat badannya. "70 kg! Kamu ingin berat badanmu turun sampai ke angka berapa?" tanya Moly sambil mencatat. Wow dirinya
Baca selengkapnya

Bab 17 . Lebih Berharga

Madeline baru sadar pria itu tertawa. Apakah Hans berbohong? batinnya kesal. Lagipula jika dipikirkan, tidak mungkin ada serangga di ruangan ini. Madeline melepaskan tangan pria itu dan berjalan ke hadapannya, sambil berkacak pinggang. "Kamu berbohong?" tanya Madeline tidak percaya. Melihat ekspresi marah Madeline, barulah Hans berhenti tertawa. "Maafkan aku," ujar Hans langsung. "Itu tidak lucu! Aku takut serangga. Sangat membencinya!" ujar Madeline dengan suara bergetar dan bola matanya mulai berkaca-kaca. Hans panik melihat raut wajah Madeline yang sepertinya akan menangis. Hans maju satu langkah dan kedua tangannya memegang masing-masing sisi lengan bagian atas wanita itu. Lalu, membungkuk sedikit agar mata mereka sejajar. "Maafkan aku," Hans kembali menyuarakan permintaan maafnya. Kembali bibir Madeline mengerucut dan menatap pria itu dengan mata berkaca-kaca. Hans menatap wajah itu
Baca selengkapnya

Bab 18 . Pertama Kali

Madeline menatap layar ponselnya, panggilan sudah diputus. Sungguh menyebalkan, andai dirinya dapat melempar ponsel ini untuk melampiaskan kekesalannya. Namun, itu tidak mungkin dan jika dilakukan, maka hanya akan menambah jumlah hutang yang melilitnya. Hidup pria itu sungguh indah bukan? Tidak ada yang perlu dirisaukan dan dapat melakukan semua yang diinginkannya. Madeline melangkah ke depan jendela dan masuk ke balik selimut. Ya, Madeline akan membuat dirinya dan otak cerdasnya berguna. Dirinya akan mencari kesempatan untuk membahas masalah ini dengan Maximillian Qin. Jika dirinya ditahan di tempat ini, maka hutang suaminya tidak mungkin dapat dilunasi. Madeline berencana mencari pekerjaan dan mengangsur hutang itu, walaupun itu mungkin butuh puluhan tahun. Itu lebih baik, daripada terjebak di tempat ini. ***Keesokan paginya, di Negara Z. Max melakukan persiapan, sebelum menjalani operasi. Dirinya didampingi seorang sekretaris
Baca selengkapnya

Bab 19 . Orang Nomor Dua

Hans membawa Madeline berkeliling kota dan perlahan rasa takutnya menguap, tergantikan rasa penasaran dan antusias. Hans tersenyum, karena tangan Madeline memeluknya begitu erat. "SENANG?" tanya Hans sambil teriak. "YAAA!" teriak Madeline. Ini sangat menyenangkan. Seakan beban hidup yang melilitnya, terbang tertiup angin kencang. Hans membawa motornya ke taman kota dan parkir di sana. Madeline melompat turun dan melepaskan helmnya, begitu juga dengan Hans. "Kamu suka?" tanya Hans sambil melepaskan jaketnya. Madeline mengangguk."Terima kasih," ujar Madeline tulus. "Ayo, kita duduk di sana!" ajak Hans sambil menunjuk ke arah hamparan rumput hijau yang membentang luas. Banyak pasangan yang duduk bersantai di sana. Mereka berjalan ke dalam taman dan Madeline memilih duduk di kursi kayu yang ada di sana. Ya, dirinya tidak suka serangga dan tidak ingin duduk di atas
Baca selengkapnya

Bab 20 . Layak Dicoba

Madeline memutar bola matanya kesal. Apakah terlalu lelah? Lelah mengejar-ngejar artis cantik itu? Namun, itu tidak diucapkan olehnya, hanya menggerutu di dalam hati. "Terlalu lelah?"[Mungkin.]Lalu, mereka berdua terdiam untuk sejenak. [Apakah menyenangkan?]"Apanya?"[Menyelinap keluar dengan Hans?]What? Dia tahu? Bagaimana mungkin? Mereka bahkan berhasil mengelabui kedua pengawal itu. "Hmmm."[Itu artinya menyenangkan?]"Ya, ya itu menyenangkan! Apakah kamu memasang penyadap padaku?" [Ya, aku menanamkannya di kepalamu!]Segera Madeline meletakkan ponselnya dan menyentuh kepalanya. Memeriksa. Di ujung panggilan, Max sedang tertawa geli. Dirinya yakin perempuan itu sedang memeriksa kepalanya sendiri. Madeline mendengar suara tawa itu dan segera mengambil ponsel itu kembali. "Hei, kamu menggodaku?"[Ini adalah hotelku, yang artin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status