Home / Pernikahan / Konten Marriage / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Konten Marriage: Chapter 61 - Chapter 70

75 Chapters

61. Brrrt

Hati Bayu seperti terjun bebas dari air terjun Niagara. Tadi Cecil, sekarang Ana. Sepertinya memang rahasia di bumi ini bakal terungkap perlahan-lahan. Bayu menarik Kevin mundur. "Vin, bagaimana ini? Kita harus apa?""Kita? Kamu saja kali." Kevin cengengesan melihat wajah pucat pasi sahabatnya. "Tenang saja, Ana bukan Cecil, dia baik, kok.""Kira-kira dua puluh juta saja, sih, aku sedang ingin beli I-phone baru," sahut Ana, mengutak-atik i-phone di tangan. "Nih, atau belikan yang ini." Dia memamerkan layar benda itu ke hadapan Bayu dan Kevin. "Aku tunggu tiga hari, kalau tidak kalian belikan, aku beneran akan membongkar aib-mu. Dan sebaiknya kamu pulang. Aira menunggumu, tadi dia melepon Kai menyuruh dia untuk menendangmu supaya segera pulang. Bye." Ana bersiul-siul cabut dari sana seperti tiada beban di kakinya. "Baik, berbeda dari cecil, dua puluh juta ...," ucap Bayu, memandang datar Kevin."Hei, masih mending. Dari pada dia minta le
last updateLast Updated : 2021-06-24
Read more

62. Pisah

Ibu memang galak, dari dulu kalau marah bahkan bayi yang menangis pun langsung diam. Sekarang Bayu dan Aira duduk melipat kaki bersebelahan menghadap Ibu. Beliau enak, duduk di sofa sembari mengipas badan memakai kipas lipat.Bayu menghela napas. Kenapa dengan kehidupannya? Apa ada yang menyantet, sehingga kehidupannya dihujani masalah? Akan tetapi bahkan di tengah laut nestapa, selalu ada yang indah. Ucapan Aira tadi membuat hatinya berbunga-bunga."Kenapa senyam-senyum?" tanya Ibu, memandang jengah. "Sudah buat salah, masih bersikap seperti ini. Asep! Suryo!""Iya Nyonya?" Dua pria berjas membungkuk-bungkuk menghadap Ibu. "Lepas semua penyadap di rumah ini.""Baik Nyonya." Keduanya dibantu beberapa ahli kamera bergerak cepat menyebar ke seluruh rumah.Bayu tak menyangka jika ibunya tega melakukan semua ini. "Penyadap Bu? Jadi Ibu--""Ya, Ibu memasang penyadap beberapa hari yang lalu. Masalah?" Dua asisten rumah tangga menaruh
last updateLast Updated : 2021-06-24
Read more

63. After Pisah

Di kampus Aira bersikap biasa saja. Dia tidak menunjukkan rupa kesedihan. Bahkan tidak ada yang tahu tentang masalahnya dengan Bayu. Semua itu tersimpan dengan baik dalam kotak hati. Dia melakukan semua itu demi menjadi perisai bagi Bayu. Aira tak ingin karir Bayu berantakan. Sebegitunya dia mencintai sang suami, walau sudah dikhianati sekalipun dia tetap ingin menjaganya.Hanya Mei yang tahu betapa pilu hatinya. Mei bukan hanya menjadi sahabat yang siap menampung curhatan hati Aira, tapi dia juga menampungnya setelah diusir halus dari rumah Bayu. "Aira, kenapa bengong?" tanya Mei, dengan nada kecil. "Mata kuliah terakhir sudah selesai, ayo kita pulang.""Bengong dia, mikirin Suami," celetuk Diah. "Pasti enak, ya, pulang ketemu suami terus cuddling di sofa, membuat dede bayi."Aira tersenyum kecil. "Apaan sih, enggak begitu juga kali. Yuk Mei, pulang." Sepertinya tinggal bersama Bayu membuatnya ahli memakai topeng. Akan tetapi
last updateLast Updated : 2021-06-25
Read more

64. Kapan Cerai?

Bayu berdiri di depan gerbang. Seminggu tanpa melihat Aira membuat matanya basah. Tiada kedip di sana hingga seteteas air mengalir ke pipi. Senyum lembut muncul dengan getaran kecil. Ketika satu langkahnya mendarat mendekati sang istri, Aira mala melangkah mundur. Gadis itu menggeleng pelan. Dadanya kembang kempis. "Aira.""Enggak, pergi kamu." Ia berbalik, hendak berlari tapi menabrak Mei hingga tersungkur di tumpukan bunga mawar segar.Bayu berlari menghampiri Aira. Dia mendorong Kevin yang berdiri di halaman. "Aira, kamu tidak apa-apa?" Aira menepis tangan Bayu yang berusaha membantunya berdiri. "Mau apa kamu ke sini?" Aira memandang tajam, suaranya begitu dingin. "Pergi.""Ayo, biar aku bantu--""Enggak usah! Jauhkan tangan kotormu dariku." Aira berusaha bangun sendiri, tapi kakinya tak mampu. Dia terkilir. Sepertinya Tuhan membantu Bayu. Tuhan ingin memberi kesempatan Bayu untuk berguna bagi Aira. D
last updateLast Updated : 2021-06-25
Read more

65. Menemui Malaikat

Pulau Madura bermandi cahaya. Gedung-gedung di sana seakan lilin di tengah kegelapan, sementara jembatan Suramadu membentang membelah gelapnya laut. Suara gerak riuk air dan tawa anak-anak yang berlari membawa layang-layang menjadi musik tersendiri bagi Kai dan AnaKeduanya duduk berbagi kursi, memakan jagung bakar. Udara sepoi berembus sepoi menyapa rambut Kai hingga mengundang jemari tangan Ana untuk merapikan rambutnya.Kai tersenyum lembut. Jempol tangannya mengusap bibir Ana yang sedikit kotor oleh saus, membuat gadis itu menarik tangan, memakan lahap jagung di tangan."Kai, kamu yakin mau bertemu Bayu di sini?"Kai mengangguk, mengecek waktu di jam Rolex di pergelangan tangan. "Kita tunggu tiga puluh menit lagi, jika dia tidak datang kita pulang.""Pulang sekarang saja."Kai mengetak pelan kening Ana. "Dia sedang mencoba menemui Aira, jadi sabar, ya."Ana mengangguk pasrah, dia membuang bonggol jagung ke tong sampah, nakal menja
last updateLast Updated : 2021-06-25
Read more

66. Iblis Sejati

Belum cukup dia mengirim video itu. Sekarang dia mengirim lagi ke nomor Ibunya Bayu, dengan ditambah sebuah pesan.  [Jika tidak ingin video ini tersebar luas, transfer lima Milyar ke rekening ini. Dalam waktu tiga hari tidak ada kabar, saya akan menyebar luaskan semuanya.] Gara-gara Bayu dan Aira, karir Cecil nyaris hancur dan sekarang perekonomian Cecil sedang dilanda paceklik. Jangankan untuk membeli barang branded, untuk melakukan perawatan di salon kecantikan saja dia harus mengutang ke teman. Beberapa hari berlalu. Setelah selesai jogging pagi, Cecil duduk santai di sofa rumah. Dia menanti buah dari hasil perbuatannya. Dia tahu Bayu sedang dalam masalah sekarang. Akan tetapi hingga detik ini dia belum melihat berita tentang perceraian Bayu dan Aira. Di channel manapun, semua sama, tiada satu kata cerai pun melintas mengiringi nama Bayu. "Kampret. Apa video yang kukirim salah alamat? Apa perlu aku menyebar luaskan video ke sosial media?"
last updateLast Updated : 2021-06-26
Read more

67. Sebuah Rencana Besar

Cahaya matahari masuk melalui kaca jendela besar di dinding sisi kiri menerpa ibu yang duduk di kursi kerja. Beliau sibuk mengetik sesuatu di komputer. Suara ketukan di pintu membuat dia berhenti sejenak. "Siapa?" "Ini saya Nyonya, Asep." "Masuk Sep."  Pria berjas hitam masuk ke ruang kerja, berdiri dalam posisi instirahat di tempat. Setelah diberi kode gerak tangan Ibu, dia duduk di kursi berlengan.  "Bagaimana, ada hasil?" tanya Ibu. Asep menaruh beberapa stopmap ke meja kerja. "Menurut para detektif yang saya kerahkan, terjadi perselingkuhan antara orang tua Nona Aira dan Tuan Kai. Menurut para detektif, kematian Ibu Nona Aira karena kebakaran di tempatnya bekerja ada hubungan dengan--" "Cukup, lewati bagian itu," ujar Ibu. Asep berdeham. "Setelah kejadian itu Kai memang sangat terpukul dan merasa bertanggung jawab untuk merawat Aira. Walau umur mereka hanya terpaut beberapa tahun, tapi dia berhasil melakukannya de
last updateLast Updated : 2021-06-26
Read more

68. Demi Cinta

Suara jangkrik menjadi musik merdu menemani mereka saat ini, tiada suara lain. Aira dan Bayu duduk bersila kaki di atas bantal. Mereka menanti Ibu di paviliun belakang rumah yang dikelilingi taman.  Bayu menggenggam telapak tangan Aira. "Apapun yang terjadi aku tidak akan pernah menandatangani surat itu. Semoga kamu juga demikian." Aira mengangguk kecil. Dia menggenggam telapak tangan Bayu. "Asal kamu nanti berani bersumpah tidak akan menemui Cecil dan wanita lain, aku siap Mas." Bayu tersenyum lembut. "Mas? Oh Tuhan, panggilan mesranya Mas? Darling kek, hooney gitu, Mas, terdengar ndeso." "Ah, sudah lah." Dengan kasar Aira menarik tanggannya. "Youtuber sial, hobi banget sih merusak suasana." Bayu terkekeh melihat reaksi cemberut Aira. Dia hanya bercanda tadi. "Aku tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Tahu tidak, alasan kenapa kamu aku pilih untuk menikah kontrak?" "Aku cantik, manis--" "Karena aku yakin tidak
last updateLast Updated : 2021-06-27
Read more

69. Hari Pertama Mandiri

Pindahan Bayu dan Aira cukup simpel. Mereka hanya membawa pakaian, peralatan kuliah, laptop, dan uang saku dari Ibu. Pagi hari mereka tiba di kontrakan yang dimaksud.  Rumah petak sederhana. Lantai hanya dioles semen. Dinding bata tiada diberi cat. Langit-langit pun tak ada. Dari dalam bisa melihat pondasi atap. Dan aroma di sini lumayan pengap, berdebu. Hanya ada satu kamar tidur, kamar mandi pun nyaris menyatu dengan dapur. Perabotan yang ada hanya satu kasur dan satu lemari dengan TV tabung tua berdiri gagah di dekat kipas putar kecil.  "Bagaimana? Rumah ini masih lebih bagus dari tempatku dulu tinggal. Kalian harus membayar uang listrik sendiri, uang air, dan mulai bulan depan membayar uang sewa. Jadi usahakan hemat." ucap Asep, menaruh kunci ke telapak tangan Aira. "Motor Vespa milikmu. Selamat tinggal." Dia berbalik hendak pergi. Akan tetapi Bayu menarik lengan Asep. "Sampai kapan kami harus tinggal di sini?" "Sampai Ibumu puas." Asep
last updateLast Updated : 2021-06-27
Read more

70. Riko Preman

Sebagai kepala keluarga tentu Bayu yang membuka pintu. Empat ibu-ibu berwajah judes menanti. Melihat wajah tampan yang keluar, Judes mereka mereda dan sekarang senyum-senyum sendiri. "Maaf, ada apa ya, Bu?" tanya Bayu dengan ramah. Aira yang kebelet kepo pun nongol dari belakang Bayu. Senyumnya muncul, menggeser Bayu hingga mereka berdiri bersebelahan di pintu yang sempit. "Maaf Nak, ini sudah malam," ucap Ibu gendut dengan ramah. "Benar, sudah jam sebelas malam. Mohon suaranya dikecilkan, ya. Besok anak-anak sekolah, bising enggak bisa tidur," timpa Ibu kurus. "Kami tahu kok, pengantin baru, kan?" Ibu berbadan pendek menyambung. Tentu Bayu dan Aira menjadi sungkan. Mereka saling senggol, tertunduk dengan cengiran mereka yang khas, kecil, dibuat-buat. "Ingat, kita tinggal bersebelahan." Ibu yang lumayan muda menunjuk ke kiri dan kanan. Rumah mereka memang hanya terpisah tembok, bisa dikatakan suara kentut pun pasti bisa tetangg
last updateLast Updated : 2021-06-27
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status