”Ayah, istirahat saja dulu. Biar ayah tidak kelelahan.” Ujarku, tanganku meraih lengan ayah dan membawa ayah ke kamar tamu. Fan Yin mengikuti kami seperti anak kucing yang patuh. Lalu aku menoleh kepadanya. ”Apa kau juga harus ikut?” ”Apa salahnya, aku hanya ingin dekat dengan calon mertua saja.” Aku memandang Fan Yin dengan mata melotot, ”calon mertua? Wah, kau percaya diri juga ya.” ”Tentu saja. Untuk mendapatkan putrinya sudah pasti harus mendapatkan hati ayahnya juga. Bukankah begitu paman?” Fan Yin melirik ayah. Mimik mukanya terlihat meyakinkan. Ayah membalas Fan Yin dengan senyuman, ”Ya, itu benar. Aku suka dengan sikapmu yang berterus terang.” Fan Yin tersenyum lebar hingga sudut mata dan bibirnya bergaris. ”Terima kasih, Paman. Tapi
Read more