Semua Bab Kulakukan Demi Keluarga Season 2: Bab 11 - Bab 20

35 Bab

Pertanyaan Ibu

  "Iya Mas, aku akan jaga anak ini demi kamu. Tapi, kenapa Mas, kamu begitu menginginkan anak yang ada di dalam kandunganku ini? Padahal kamu tahu ini bukan anakmu," tanyaku ingin tahu. Mas Alex menyunggingkan senyumnya. "Karena Mas mencintai kamu, Mas akan menerima dia sepenuh jiwa, sebagai anak Mas sendiri, tak ada alasan untuk tidak menerima kalian berdua," ungkap Mas Alex, tanpa sedikitpun ada keraguan, dari  sikap dan semua ucapannya, membuatku semakin yakin pada kesungguhannya. "Terima kasih Mas, atas cinta yang telah kau berikan padaku, dan segala kebaikanmu." Aku merasa malu pada Mas Alex, dia sudah memberikan segalanya untukku, kasih sayang dan cintanya yang begitu besar. Dia juga selalu memberikan apapun yang aku butuhkan, memang, aku tak pantas untuknya, tapi, aku begitu  mencintainya. Aku juga merasa malu padanya, karena aku tak bisa menjaga kehormatan, sebagai seorang wanita. Hanya penyesalan yang terus menggelayut
Baca selengkapnya

Pertanyaan Ibu bagian. 2

  "Tapi Sil, ibu tuh agak khawatir sama kamu, ibu tak salah lihat kan, tadi Nak Alex mengelus perutmu, jujur sama ibu Nak! Ibu takkan marah, ibu tau, kamu takkan berbuat sehina itu?" ucapan ibu seakan memancing diriku untuk berkata jujur, kemudian ia menggenggam tanganku begitu erat, seraya menatapku dengan tatapan yang amat dalam. Kupalingkan wajahku dari tatapan ibu, menundukkan kepala sembari menggeleng pelan, dan sungguh, aku tak berani menatap mata wanita paruh baya yang duduk di sampingku ini, tatapannya begitu menusuk, membuatku sulit untuk berkilah. "Gak Bu, aku gak hamil, aku bersumpah demi ibu, aku mohon, ibu percaya sama aku! Aku tak mungkin melakukan hal seperti itu," ujarku tanpa menatapnya, tak mampu kupungkiri, hati ini benar-benar tak bisa tenang karena aku menyimpan sejuta kebohongan dalam dada ini.  Terpaksa aku berbohong pada ibu, aku takut. Meskipun ibu mengatakan bahwa ia tak akan marah, tapi aku tahu, ia pasti akan sang
Baca selengkapnya

Tamu Tak Diundang

"Mas Alex, bagaimana ini? Aku takut, menghadapi Devan, jika tamu itu benar adalah dia?" gumamku sambil duduk di depan cermin merapikan rambut yang agak basah, lalu ku ikat simpul, tak lupa memoles wajah dengan bedak natural white dan lipstik warna alami, agar wajah dan mataku tak terlalu kentara karena aku habis menangis. Kutarik nafas dalam-dalam mempersiapkan diri untuk menemui tamu yang dikatakan oleh ibu. Entah siapakah dia? Aku hanya berharap, semoga saja bukan bajingan itu yang datang menemuiku. Batinku terus saja memohon dengan perasaan yang tak tenang. Dengan hati gundah, kubuka pintu kamar lalu menyibak gorden berwarna merah maroon penutup pintu. Dengan langkah pelan aku berjalan menuju ruang tamu. "Tak ada tamu, mana tamunya?" gumamku sambil mengedarkan pandangan. Apa tamunya tidak diajak masuk oleh ibu? Tapi, itu tidak mungkin, ibu orangnya sangat ramah tamah pada siapapun. Ah, mungkin saja orang itu lebih memilih menungguku di luar menikma
Baca selengkapnya

Kekacauan

  "Silvi, ibu sudah mendengar semuanya." Ibu menggeleng pelan sambil menangis terisak. "Ibu tidak menyangka, apa yang sudah kamu lakukan, ibu sakit hati mendengarnya, Nak ...." Ibu memukul-mukul dadanya yang mungkin terasa sesak setelah mengetahui kehamilanku. Ibu menjeda ucapnya, sambil menyeka air yang terus jatuh begitu deras di pipinya, aku hanya bisa diam dan ikut menangis melihat ibu yang sangat terpukul atas apa yang terjadi padaku, dan apa yang telah aku lakukan. "Bu ...." Aku mencoba menenangkan ibu dengan mengusap bahunya lembut. "Silvi, ibu didik kamu, sekuat tenaga, semampu ibu, menyekolahkanmu, agar kau menjadi orang yang berguna. Setidaknya kamu bisa menjaga kehormatanmu, sebagai seorang perempuan," ucap ibu meremas kerah bajunya, napasnya tersendat-sendat karena tangisnya yang semakin tumpah, tubuh ibu pun luruh terduduk di lantai. "Ibu, maafkan aku, Bu. Semuanya salah orang itu, aku tidak berdaya, Bu ...." Aku menoleh deng
Baca selengkapnya

Gunjingan Tetangga

Dengan langkah cepat aku berjalan menuju rumah, menundukkan wajah seraya meremas jemari. Tak enak hati melewati beberapa pasang mata ibu-ibu yang menatapku dengan sudut mata. Saling melempar senyum sinis dan tatapan tak suka. Mereka duduk di teras rumah bercat putih menghadap jalan besar, menatapku dengan tatapan mengintimidasi, mungkin kah mereka sudah tahu keadaanku yang sebenarnya, bahwa aku kini hamil tanpa suami. "Pantesan ya. Baru kerja dua bulan saja sudah bisa merenovasi rumah, ternyata dia bekerja sebagai lonte!" ucap ibu bertubuh gemuk yang mengenakan daster batik warna hijau Salem. Tangannya lincah memilih dagangan Bu Tati si rentenir kejam, kini usahanya merambah menjadi penjual baju dengan sistem kredit harian. "Iya, Bu-ibu … hutang ke saya aja langsung d
Baca selengkapnya

Pusara Ayah

Aku menggeleng sambil memejamkan mata, "Ibu, semua gara-gara kakak. Maafkan kakakmu ini, Sandi. Seno," ucapku penuh sesal, menatap kedua adikku bergantian, "Kalau boleh tahu, ibu di mana? Tolong antarkan kakak!" "Apa, yang sudah kakak lakukan pada ibu?" tanya Sandi di bocah berambut cepak berbadan tinggi. "Kakak, gak melakukan apapun. Kalian percaya, kan!" jawabku menutupi kebenaran dari kedua adik laki-lakiku. Aku tidak mau, mereka sampai tahu, karena mereka masih terlalu cepat untuk mengetahui kondisiku saat ini. "Kalau, kakak tidak melakukan apa-apa? Kenapa ibu bisa menangis?" Seno berucap kembali, menatapku mencari jawaban, tatapan ibanya yang tadi memenuhi ruang di matanya, kini berubah menjadi tatapan menelisik. 
Baca selengkapnya

Jangan Ingkari Aku

Aku bersyukur, akhirnya ibu berkenan memaafkanku, dan memahami apa yang sudah terjadi padaku. Aku mengandung bukan karena inginku, juga bukan karena sengaja menjual tubuh pada pria hidung belang, seperti yang dilontarkan oleh ibu-ibu kampung. Aku ini hanyalah korban. Korban nafsu lelaki bejat yang tak punya perasaan, dan menganggap semua yang ada di Dunia ini bisa dibelinya dengan uang. Tapi, orang-orang tak pernah ada satupun yang mengerti dan yang memahaminya, kesalahan selalu di limpahkan kepada perempuan, meskipun itu korban pelecehan. Seolah sanksi sosial hanya berlaku untuk para kaum hawa. "Bu, selama aku disana, aku disekap oleh Devan, dia tak pernah memberiku kesempatan untuk pergi keluar. Berbulan-bulan aku dijadikan sebagai budaknya, Bu. Aku benar-benar tersiksa," ucapku dengan derai air mata.  Kedua tangan ibu terulur dan merangkulku membawaku ke dalam dekapannya, ia mengusap punggungku dengan lembut. "Ya Tuhan … Silvi, maafkan ibu, na
Baca selengkapnya

Hancurnya Harapanku

"Tapi, Bu. Kalau boleh tahu, Mas Alex kemana, kenapa dia tidak datang menemui saya, jika memang akan seperti ini kejadiannya. Kenapa bukan Mas Alex sendiri, yang membatalkan lamaran ini?" tanyaku pada ibu Mas Alex, yang masih berdiri kokoh di teras rumah kami. "Bukan, urusanmu. Lupakan anak saya, dan jangan sekali-kali menghubungi dia! pelacur sepertimu, tidak pantas bersanding dengan anak saya!" tukasnya, Ibu Mas Alex menatapku dengan sudut mata, seraya tersenyum meremehkan. Kemudian, Ibu balas menatap tajam pada perempuan angkuh itu, dengan kedua tangan mengepal kuat, "Tutup, mulut anda!" hardik ibuku, menunjuk jarinya ke mulut ibu Mas Alex, "Tidak sepantasnya, orang berpendidikan tinggi seperti nyonya, berkata kasar dan menghina orang lain, setidaknya anda punya sedikit rasa hormat, sebagai tamu disini!" lanjut ibu dengan napas memburu, yang sudah diliputi amarah sejak tadi, karena penghinaan dari ibu Mas Alex. "Santai saja, Bu! Memang itu kenyataannya buk
Baca selengkapnya

Ibu Jahat

POV Alex."Bu … tolong lepaskan, aku! Biarkan aku pergi! Untuk menemui Silvi, Ibu jahat!" ucapku memberontak, tangan dan kakiku terikat, entah sejak kapan aku seperti ini."Lex, maafkan ibu, Nak. Sedikit pun, tak ada maksud jahat padamu, tapi, ibu tidak rela jika kamu menikahi jalang itu!" tukas ibu seraya duduk di tepi ranjang, tatapannya lurus ke arah dinding tembok, tanpa sedikitpun memikirkan perasaan anaknya."Ibu, kenapa ibu berubah menjadi seperti, ini? Kau bukan ibuku yang aku kenal," teriakku, "Ibu benar-benar kejam, menyesal aku datang kesini, meminta restu ibu dan ayah untuk menikahi Silvi, jika kenyataannya akan begini, lebih baik aku menikah diam-diam,""Alex, maaf, jika ibu sudah berbuat kejam padamu! Tapi, Ibu tidak ikhlas kamu bersanding dengan wanita murahan seperti Silvi! Dan ibu juga sudah punya calon istri untukmu, dia putri dari sahabat ibu, dan ayah," ujar ibu seraya mengambil ponsel dari tas kecil yang berada di pangkuannya,
Baca selengkapnya

Diusir Warga

POV Silvi.  Siapakah tamu yang datang, setelah Mas Alex memutuskan lamaran ini dengan seenaknya. Apa mungkin pelanggan warung ibu, mau belanja keperluan dapur? Tapi kan, hari ini warung ibu tidak buka, karena kami akan mengadakan acara penyambutan tamu, yaitu Mas Alex dan keluarganya. Namun, semuanya batal, beruntung ibu belum mengundang semua tetangga untuk menghadiri acara lamaranku. Entah bagaimana jadinya, jika para tetangga sudah datang dan berkumpul melihat aku yang dipermalukan oleh ibu Mas Alex. Semalaman ibu tidur hanya beberapa jam saja, beliau sibuk membuat kue-kue basah dan cemilan lainnya, untuk suguhan, di bantu Sandi dan Seno. Tapi, semuanya sia-sia, makanan yang sudah susah payah ibu buat, akhirnya dibagikan kepada tetangga. Aku beringsut menuju lemari dan mengambil baju, kemudian memakainya, long dress sedengkul warna biru muda lengan pendek, motif bunga mawar putih. Aku berdiri depan pintu kamar, menunggu ibu. "B
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status