Home / Fiksi Remaja / Zee 'n Zeino / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Zee 'n Zeino: Chapter 21 - Chapter 30

101 Chapters

21. Bunda Usil

Pemuda jangkung dengan rambut yang mulai gondrong itu dengan tergesa menyelesaikan ritual membersihkan diri di kamar mandi. Setelah bangun kesiangan di hari Minggu pagi, Zeino yang teringat akan Zefanya. Ia melakukan panggilan suara, setelah pesan yang ia kirim dini hari tadi untuk mengabarkan jika ia telah sampai di rumah masih dalam status belum dibaca. Tak biasanya Zefanya tak membalas kabarnya. Jika hari ini ia bekerja, pasti sebelum berangkat akan mengirim kabar padanya. Mendapati kabar yang ia terima langsung dari ibu Kartika jika Zefanya sedang deman, Zeino memutuskan untuk membesuk. Setelah selesai mandi, pemuda itu segera menuju garasi untuk mengambil sepeda motornya. Ketika melewati ruang keluarga yang berdekatan dengan ruang makan, langkah kakinya terhenti begitu mendengar sapaan yang cukup nyaring. “Zeino! Mau ke mana?” Dari tempatnya berdiri, Zeino bisa m
Read more

22. Dialog Sop Ceker

Zeino mengekor langkah Kartika hingga ke dapur. Tentu saja ini pertama kalinya ia memasuki ruang memasak di rumah pacarnya. Biasanya ia hanya sampai di ruang tamu, namun hari ini ia telah sangat jauh melangkah hingga ke ruang pribadi.Pemuda itu mendapati kesan hangat di rumah yang tak mewah tapi ditata dengan apik. Tak terlalu luas, tapi tiap ruang memberi kesan lapang karena tak bayak sekat.Pemuda itu akhirnya menyeruput teh yang telah ikut  turut naik turun tangga di meja makan. Ia mengembalikan cangkir ke tadahnya setelah menghabiskan setengah cairan berwarna cokelat keemasan itu.“Maaf ya, Zeino. Bunda belum sempat bikin kudapan.”“Ga apa-apa, Bunda. Beneran tadi sudah sarapan nasi goreng. Masih kenyang,” balas Zeino sambil tersenyum tulus.“Tapi nanti kamu makan siang, ya. Ini Bunda mau bikin sop ceker. Kamu pernah makan ceker ga?” tanya Kartika sambil menunjukan sekantong ceker dalam plas
Read more

23. Teman Tapi Cium

Ketidakhadiran Zeino di lapangan futsal pada hari Minggu sore membuat Dito cs mencari-cari keberadaannya. Ketika mengetahui jika penyebab tak datangnya Zeino karena Zefanya sedang sakit, tentu saja rasa solidaritas mereka muncul.Alih-alih merebutkan bola di lapangan, sore itu mereka berebut kudapan yang disediakan oleh pemilik rumah saat menjenguk Zefanya. Kursi ruang tamu di rumah minimalis itu terisi seakan penuh oleh tingkah tiga orang pemuda yang sudah terlanjur memakai baju futsal bersama seorang lagi yang belum berganti baju dari pagi.Sementara di lantai dua di kamar, terlihat Zefanya dan teman perempuannya berada di atas ranjang yang menghadap ke televisi. Gadis itu menyandarkan kepalanya pada bahu Lulu, sementara Rayesa ada di sampingya sedangkan Lampita memilih duduk miring sambil memijit-mijit kaki gadis yang masih dalam masa penyembuhan itu.“Kamu tuh pasti kecapean deh,” tebak Lulu“Ho oh. Capek hati s
Read more

24. Masih Kesal

Malam telah merambat jauh ketika Zeino bisa melepaskan penat di atas peraduannya. Kehadirannya kembali ke rumah setelah seharian di kediaman Zefanya menuai tanya dari mama dan kakak perempuannya yang ternyata belum pulang. “Dari mana saja, kamu? Katanya tadi cuma sebentar. Kamu besuk orang satu rumah sakit?” tegur Melisa. “Tadi juga jalan sama temen,” jawab Zeino dengan gaya santainya. “Maen mulu, deh. Gimana? Kapan wisuda?” sindir kakak perempuannya itu. Lagi-lagi pertanyaan yang sama. Kapan wisuda. Zeino akan memainkan kunci motor di tangan setiap kali medapat kalimat tanya itu. “Baru juga telat satu semester, udah kayak mau di DO aja,” gumamnya. Dengan muka datarnya, Zeino membalas,“habis revisi ini, bisa sidang.” “Baru mau sidang semester ini? Bisa-bisa wisudanya semest
Read more

25. Kalian Pacaran?

Zefanya akhirnya diantar Zeino ke butik Kartika yang berada di pusat perbelanjaan setelah menghabiskan satu porsi bakmi pedas yang dibawanya. Gadis itu merasa suntuk sendirian di rumah. Sedangkan Zeino harus kembali ke kampus sehingga ia tak ikut menemani Zee yang terlihat masih bermasalah dengan hati itu. Berlembar - lembar kertas HVS putih menjadi wadah melampiaskan resah Zefanya. Dia hanya duduk di pojok sambil memainkan pensil, mengoret-ngoret garis tipis membentuk karikatur. Kartika yang setelah pulang kerja mampir untuk memeriksa laporan keuangan usahanya itu, berkali mencoba menenangkan hati anak gadisnya. “Belum tentu juga Zeino malu atau ga anggap kamu pacar.” Kartika berpendapat dan berusaha netral. “Jelas-jelas dia bilangnya ‘temen’, Bun," sungut Zee tanpa menghentikan kegabutannya. “Bunda memang baru beberapa kali ketemu dan ngobrol sama dia, tapi menur
Read more

26. Tergugu-gugu

Pertanyaan tanpa basa – basi yang disertai tatapan menyelidik itu membuat Zefanya berdoa agar Zeino menjawab jika mereka teman, bukan pacar. Terdengar labil ‘kan? Padahal baru saja ia mengeluh pada Kartika jika ia kesal hanya diakui sebagai teman oleh Zeino pada orangtuanya. Perubahan keinginan itu karena adanya Mauren di dekat mereka. Zefanya tak mau tantenya itu mencibirinya, sebagaimana dulu ia pernah berkata jika nanti kedua keponakan yang tak dianggapnya itu akan mencari anak orang kaya untuk mengangkat derajat hidup mereka. “Ya, palingan nanti juga kayak ibunya. Ditawarkan ke anak orang kaya. Pansos ‘kan ngetrend dari dulu,” ujar Mauren suatu ketika. “Oh kerja di hotel. Berharap ketemu jodoh orang kaya, ya?” Sindiran Mauren ketika Zefanya mampir menjenguk Nenek Ruwina minggu lalu. Sikap meremehkan dari adik bungsu mendiang ayahnya itu yang selalu menjad
Read more

27. Antar - Jemput

Sesuai janjinya, Zeino mengantarkan Zefanya pulang. Bahkan tak hanya sampai pintu pagar, kali ini ia menyempatkan mampir untuk sekedar menyapa Kartika sekaligus menyerahkan kembali anak gadis yang dibawanya menikmati senja.Zeino menolak tawaran tuan rumah yang akan membuatkannya minuman hangat. Ia berasalan sudah malam, tentunya Zee dan Kartika butuh istirahat karena besok harus kembali bekerja. Pemuda itu menyempatkan diri mengusap puncak kepala pacarnya sebelum berlalu.Tepat setelah telapak tangan Zeino lepas dari helaian rambutnya, Zee membuka jaket yang masih membalut tubuhnya.“Kak, ini jaketnya. Terima kasih. Oh ya, yang blazer kemaren masih di kamar, belum di-laundry.”Zeino mengambil uluran benda berwarna hitam itu sambil berkata,” simpan aja dulu. Nanti-nanti aja diambil.”Keduanya lalu beriringan menuju halaman. Zee melepas kepergian Zeino dengan senyum dan lambaian tangan. Set
Read more

28. Gawang Yang Jebol

Sudah hampir  dua minggu Zeino menunaikan tugas yang dia putuskan dan paksakan sendiri. Zefanya tak bisa berbuat apa-apa. Gadis itu tak menemukan cara agar layanan antar – jemput itu berhenti. Tidak ada menu unsubcrib atau tombol stop yang bisa ia tekan. Seperti biasa, jam pulang kerja yang selalu membuat Zefanya berdebar. Karena tak seperti pada saat dijemput yang pasti 1 jam sebelum waktu masuk kerja, jam pulang kadang tidak menentu. Ada saja yang membutuhkan waktu tambahan.Beberapa kali ia harus menunggu tamu VIP yang terlambat datang. Pernah juga dia harus mengikuti training setelah jam kerja. Selain pekerjaan tambahan dan acara rutin karyawan hotel tentunya. Hal tersebut membuat Zeino menunggu.Memang pacarnya itu tak marah-marah atau menggerutu seperti sebelumnya. Dia bersikap lebih sabar dan mau menerima penjelasannya. Kadang Zefanya segera mencuri waktu ke loker agar bisa mengabari jika ia tak bisa pulang tepat waktu. S
Read more

29. Siapa Duluan?

Para lelaki yang badannya basah kuyup karena keringat, terlihat masih membahas kebobolannya gawang Zeino yang menyebabkan kekalahan tim mereka. Sebagai hukuman, mereka harus menanggung biaya sewa lapangan dan semua makan dan minum kedua tim sore itu. Begitulah kesepakatan taruhan antar tim setiap minggunya.Dito tentu saja menjadi yang paling semangat mengungkit-ngungkit kejadian terpecahnya konsentrasi Zeino. Aksi saling sindir pun terjadi. Kekalahan tim mereka itu sebenarnya tak terlalu serius, hanya saja sepertinya teman-teman Zeino menemukan hal baru untuk mem-bully pemuda itu.“Bangkrut bandar, kalo tiap minggu ditungguin. Bisa bobol terus,” ledek Dito yang tahu pasti jika lengahnya Zeino karena sempat bermain mata dengan Zee.“Baru dilirik doang, belum yang lain.” Shandy tak mau kalah menggoda pemuda yang tak berkutik itu.“Ya mana tahu kita, kali aja yang lain udah.” Terbahak ketiga pemuda yang itu ka
Read more

30. Mantra Dewi Aphrodite

Belakangan ini sepertinya Dewi Aphrodite, Si Dewi Cinta, sedang memusatkan perhatian pada percintaan Zee dan Zeino. Apa-apa yang menjadi buah pikiran gadis itu langsung terjawab dalam waktu yang tak terlalu lama. Seperti kegalauannya tentang status teman atau pacar, terjawab dengan tindakan Zeino di depan Melisa.Mungkin mantra Sang Dewi juga yang membuat Zeino lebih sabar saat menunggu Zee pulang kerja. Dan baru saja ia menyinggung tentang bertandang ke rumah pacarnya itu, satu hal lagi yang belum pernah terjadi selama sejarah masa jadian mereka, tiba-tiba Zeino mengatakan jika mamanya sedang menunggu mereka di rumah.Zee tak langsung mengiyakan ajakan Zeino. Gadis itu meminta waktu sebentar untuk ke kamar kecil. Tindakannya itu membuat Lulu, Rayesa dan Lampita berpura-pura ingin melakukan hal yang sama.“Sebentar ya, Kak. Aku ke toilet dulu,” pamit Zee.“Eh, ikut dong, kebelet juga nih.” Lulu pura-pura meringis se
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status