Semua Bab Janda Lumpuh Milik CEO: Bab 41 - Bab 50

71 Bab

41 | Kisah Kasih (21+)

Anjani berbaring memunggungi Bian, mereka dalam satu selimut yang sama. Anjani sedang mode kesal karena gara-gara Bian, mereka sekarang hanya memakai celana dalam.Entah kapan dan dimana Bian melepaskan dress putihnya Anjani lupa. Selama berciuman Bian memangku tubuhnya berpindah tempat untuk menuruni kasur. Untung nggak sampai keluar kamarnya ini."An, jangan marah dong," bujuk Bian menghembuskan napas di punggung mulus Anjani. Tangan pria itu tak tinggal diam, meraba bagian perut hingga naik ke dada, memainkan milik wanita itu."Apaan sih mas geli," desis Anjani menepis tangan Bian dari tubuhnya.Menemukan ide guna membujuk wanita idaman, Bian menyengir lebar, ia menarik bahu Anjani hingga wanita itu telentang, lantas Bian mengambil kesempatan dengan mengambang di atas tubuh Anjani, bertumpu pada kedua sikunya sendiri.Pipi Anjani merah merona, dia membuang pandangan ke samping. Sungguh,
Baca selengkapnya

42 | Kesempatan Dalam Kesempitan

Anjani membulatkan matanya menatap Bram. Ia terkejut melihat pria itu datang tanpa menghubunginya lebih dulu. Lagipula darimana Bram tahu rumahnya berada di daerah sini? Padahal sebelumnya, ia tak pernah sekalipun memberikan alamatnya pada pria itu.Bram memarkirkan mobilnya di depan rumah Anjani."Selamat siang Anjani," sapa Bram keluar sembari menutup pintu mobilnya.Anjani tersenyum kikuk, "Se-selamat siang, Pak Bram." Ia merasa canggung.Bram pun menampilkan senyum tampannya, senang  pada akhirnya dapat bertemu Anjani. Meskipun tadi ia sempat melihat Bian mengeluari rumah wanita itu. Kenapa coba Bian selalu menemui Anjani? Memang ada hal penting apa harus datang setiap hari?Bram tak suka Bian mendekati wanitanya.Bram terkekeh menatap Anjani yang masih terpaku, "Aku tau kamu terkejut melihat kedatanganku, An. Maaf sebelumnya tidak memberitahu."A
Baca selengkapnya

43 | Jauhi Wanitaku!

"Arghh, apa salahku Bram?!" bentak Bian sembari menyeka sudut bibirnya, darah segar pun menetes mengotori jas hitamnya."Kau bertanya apa salahmu?" Bram dengan amarah yang menggebu mencengkram kerah jas Bian. Menatap netra rekan bisnisnya itu nyalang."Bukankah sudah aku bilang jauhi Anjani hah?! Tapi kau malah bercumbu dengannya! Kenapa?!"Bian membelalak terkejut, ia heran darimana Bram tahu ia dan Anjani sempat melakukan itu, apakah Anjani yang memberitahu? Tidak mungkin! Bram pasti mengirim seseorang untuk memata-matai mereka.Bukannya takut akan gertakan Bram, Bian malah tersenyum tipis. "Memangnya tidak boleh?""Bian!" geram Bram seraya mengeratkan cengkramannya.Dengan sekali sentakan Bian melepas cengkraman Bram di kerahnya. Bian tersenyum kecut."Anda sendiri memiliki hubungan apa dengan Anjani, Bram? Apa kau kekasihnya?" tanya Bian santai.
Baca selengkapnya

44 | Sekretaris Baru?

Usai memberikan makan siang pada Bian dan menyuapi pria itu, Anjani melangkah menggerakan tongkatnya mengeluari gedung Pradipta.Namun di tengah belokan lobi, Anjani tersentak karena seseorang tiba-tiba menarik tubuhnya menepi."Vanya?" Anjani yang tadi syok sebab nyaris saja ia kehilangan keseimbangan, menghela lega mengetahui yang menarik tubuhnya adalah Vanya. Wanita berkemeja pink berpadu rok hitam sebatas lutut itu menyatukan telunjuk ke bibir."Shtt diam, An, mumpung gue ada jam kosong." Vanya celengak-celenguk seolah takut ketahuan seseorang."Kamu kenapa tiba-tiba narik aku?" tanya Anjani.Vanya menghela napas, "Gini ya ada yang mau gue omongin sama lo.""Iyah, ngomong aja sekarang.""Bukan di sini tapi di ruangan gue," jawab Vanya. Anjani mengangguk samar. "Bentar aja ya. Soalnya aku mau jemput anak aku di sekolah."
Baca selengkapnya

45 | Bolehkah?

WARNING! PART SETERUSNYA DIJAMIN MEMBUAT KALIAN BAPER! "Haii manis," sapa wanita itu ceria, membungkuk menatap tubuh Clara yang mungil.Tadinya Clara merasa wanita itu memiliki aura negatif, lantas ia mengenyahkan prasangkanya dan membalas dengan senyuman lebar. "Halo tante." "Siapa sayang?" Anjani dari arah dapur menghampiri, menggerakan tongkatnya lebih cepat sebab dari kejauhan ia seperti mengenali wanita di ambang pintu tersebut. "Bukan papa Bian, bun. Tapi orang lain," jawab Clara menatap Anjani. Dan setelah menghadap sang tamu mata Anjani membulat, ia mengenal wanita itu, terlebih saat dia menaikkan letak kacamata hitamnya ke atas kepala. "Nyonya Cintya?""Baguslah. Kamu masih ingat denganku," ujar Cintya tersenyum. Anjani menyengir tipis, "Bagaimana saya bisa lupa? Nyonya adalah ibunya pak Bian.""Jadi nyonya bundanya Om Bian?""Iya." Cintya mengusap lembut rambut Clara,
Baca selengkapnya

46 | Spesial Untukmu

Sungguh! Bian sangat bingung sekarang, ia tak menduga Anjani akan tertarik menjadi sekretaris pribadinya. Lalu apakah ini adalah tanda bahwa wanita itu memang sudah mencintainya, ingin selalu bersamanya?Jika benar, Bian tidak masalah posisi sekretaris digantikan oleh wanita itu. Namun, masalahnya, apakah Anjani mampu mengemban semua tugas yang biasa dikerjakan oleh Vanya?Lagipula mengingat kondisi Anjani yang... ah tidak, bukan Bian meremehkan kemampuan Anjani. Tetapi dengan menggunakan tongkat Anjani pasti akan lebih sulit menjalankan tugas.Juga karena ini menyangkut kinerja karyawan, yang pastinya berdampak pada kelancaran perusahaan."Memang nggak bisa ya, Mas?" tanya Anjani sekali lagi. Bian jelas melihat raut kecewa dari wajah wanita itu. Menolaknya, membuat Bian tidak tega."Kamu sendiri udah izin sama Vanya?"Anjani manggut-manggut. Ia tersenyum. "Vanya ngebolehi
Baca selengkapnya

47 | Resmi

WARNING! PART SETERUSNYA DIJAMIN MEMBUAT KALIAN BAPER!"Capek juga ya pak keliling kantor," ucap Anjani mengeluari lift di lantai satu bersama Bian.Bian mengangguk dan tersenyum tipis, ia merasa sedikit bersalah karena dialah yang meminta Anjani memperkenalkan diri hingga ke lantai lima, dimana beberapa karyawannya yang lain bekerja di sana. Namun, ada kepuasan tersendiri bagi Bian dapat memperkenalkan wanitanya ke seluruh penghuni kantor.Itupun baru lantai lima, belum sampai lantai sepuluh. Dan Bian tidak bisa membayangkan betapa lelahnya Anjani jika ia mengajak wanita itu hingga ke lantai sepuluh hari ini.Akan tetapi, Bian salut karena selama perjalanan tadi Anjani begitu bersemangat dan berulang kali mengangumi seluruh desain kantornya."Tapi pak..." Anjani menghentikan langkah menatap Bian."Ya?""Saya kebelet pipis, ke toilet dulu boleh?"
Baca selengkapnya

48 | Aku Mencintaimu, Mas

"Aku mencintaimu, Mas," cicit Anjani kala Bian mengakhiri pagutan mereka. Jantungnya berdegup begitu cepat.Bian membelalak tak percaya, "Benarkah? Katakan sekali lagi, An." Ia menangkup gemas wajah wanita itu. Ingin memastikan pendengarannya tidaklah salah.Pipi Anjani memerah, ia yakin mengatakan isi hatinya sekarang, ini adalah waktu yang tepat. Ia pun menyadari akan perasaannya selama ini kepada Bian. Bukan sekedar sayang, tapi Anjani juga ingin memiliki hubungan yang jelas bersama pria itu.Wanita yang duduk di pangkuan Bian itu kembali berucap, "Enghh saya mencintai mas Bian."Ingin rasanya Bian berteriak ke seluruh penjuru kantor bahwa Anjani sudah mencintainya, wajahnya sangat menunjukan kebahagiaan. Bian mengusap pipi Anjani. Lalu mendekatkan telinganya ke bibir wanita itu."Kurang jelas sayang. Katakan tepat di telingaku."Anjani pun malu-malu kucing mendekatkan
Baca selengkapnya

49 | Melamarmu

Bian berpakaian sangat rapi hari ini mengenakan kemeja batik yang baru saja ia beli. Untuk apa? Ya, tentu saja untuk dikenakan saat pergi ke rumah Anjani. Jika kalian menebak Bian ingin melamar wanita itu. Kalian benar.Senyum cerah senantiasa terulas di bibir pria itu, mengancing satu persatu kancing kemejanya sambil menatap pantulan dirinya di cermin, Bian lalu menyisir rambutnya ke belakang. Ah, Bian tidak pernah merasa setampan ini sebelumnya. Hal ini membuatnya semakin yakin, Anjani pasti enggan menolak lamarannya."Bian," panggil Cintya di ambang pintu. Wanita itu tampak lebih muda saat mengenakan gaun batik dan rambut yang diurai sebatas bahu.Bian berbalik dan tersenyum menatap Cintya, "Aku sudah siap, Ma. Gimana penampilan Bian? Ganteng kan?"Cintya pun tersenyum dan menepuk-nepuk lembut pipi Bian, dia terenyuh, sebab tak pernah sebelumnya ia melihat Bian sesenang ini saat akan melamar seseorang.
Baca selengkapnya

50 | Gaun

Acara lamaran pun dilaksanakan dengam sederhana dan dalam waktu yang boleh dikata singkat, disaksikan oleh Cintya, bi Ratih, Clara serta supir dan kedua bodygard Bian. Cincin lamaran pun serta merta sudah tersemat di jari manis sepasang kekasih yang baru beberapa bulan menjalin kasih tersebut. Raut bahagia tak lepas menyelimuti wajah keduanya. Setelah sesi menyematkan cincin mereka pun berdoa, lalu dilanjutkan oleh Anjani yang mengajak keluarga Bian untuk makan siang bersama di rumahnya. Bukan hanya Bian dan Cintya, tetapi Anjani dengan senang hati mengajak supir serta kedua bodygard Bian untuk ikut makan bersama."Mari silahkan dinikmati ya bu, pak," ujar bi Ratih sambil menyajikan makanan di atas meja. Dan yang Anjani tidak pahami, kenapa semua makanan  yang disajikan bi Ratih sangat banyak dan fresh semua. Padahal sebelum Bian datang, Anjani belum melihat bi Ratih memasak satupun  semua makanan ini."Enghh bi, kapan bibi memasak s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status