Home / Romansa / Janda Lumpuh Milik CEO / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Janda Lumpuh Milik CEO: Chapter 31 - Chapter 40

71 Chapters

31 | Saya Kalah, An.

Ada banyak hal yang Anjani syukuri di dunia, tetapi salah satunya bukanlah pengakuan pria bernama Bian Pradipta di hadapannya sekarang. Ia menghargai Bian sebagai teman dan pria yang baik hati, yang selalu membantunya di kala susah.Sekalipun tidak pernah terpikir olehnya menaruh rasa lebih pada Bian, mengingat di hatinya masih tertanam rasa cinta pada Aldevaro. Entah sampai kapan rasa itu akan menetap, namun Anjani tidak menampik jikalau nanti Tuhan membalik perasaannya untuk mencintai pria lain. Anjani akan pasrah. Sebab Anjani yakin Tuhan selalu memberikan apa yang ia butuhkan dan mendatangkan seseorang yang terbaik untuknya di masa depan."Aku sudah kalah dalam tantangan kita, An. Aku menyayangimu dan Clara. Aku tidak mampu lagi membohongi perasaanku sendiri," ungkap Bian menyuarakan isi hatinya. Wajah pria itu kusut bercampur khawatir.Anjani menunduk diam, ia bingung menjawab bagaimana, perasaannya pun jadi tidak kar
Read more

32 | Lebih Dekat

"Anjani."Seseorang memanggil namanya membuat Anjani menoleh ke samping, sontak langkah wanita itu dan Bram pun terhenti.Mengetahui yang memanggil Anjani adalah Bian  ekspresi Bram berubah masam. Ia risih kenapa rekan bisnisnya itu selalu saja hadir saat mereka sedang asik berbincang.Apalagi Bian, seolah tanpa peduli akan kehadirannya langsung menghampiri Anjani dan bertanya, sambil memamerkan senyum menawannya pada wanita itu."Kamu sudah lama datang?" tanya Bian dan  Anjani pun mengangguk. Dia tetap tersenyum, Anjani mencoba melupakan kejadian antara mereka kemarin. Ia pikir tidak penting mengingat semua hal itu. Biarlah ia dan Bian menjalankan hari-hari seperti biasa. Namun, apakah pria itu sanggup?"Baguslah. Pas sekali sebentar lagi makan siang, kamu bisa menemaniku, An?"Bram menaikan alis, kenapa nada bicara Bian terdengar sangat lembut. Atau apakah
Read more

33 | Calon Idaman

Meeting perusahaan Pradipta hari ini berjalan cukup lancar, bertempat di hotel ternama berbintang lima bernama La Verta.Keputusan meeting tersebut adalah kerja sama untuk meluncurkan produk baru antara Pradipta Group milik Bian Pradipta dan Wijaya Group milik Bram. Mungkin ini jadi langkah pertama perusahaan mereka meraih keuntungan besar. Terlebih lagi, perusahaan mereka sama-sama menggeluti bidang industri fashion dan busana.Selesai berbincang dengan beberapa rekan ahli yang ikut andil dalam proyek ini, Bian menepi sebentar dari kerumunan karena Vanya tiba-tiba menghampiri dan mengatakan bahwa gawai milik Bian--yang sedari rapat disimpan oleh wanita itu, bergetar dengan layar menyala menampilkan panggilan masuk atas nama Mama.Bian pun menempelkan ponselnya ke telinga, sesaat sebuah teriakan menusuk telinganya."Sayanggg, kenapa lama sekali mengangkat panggilan mama? Kamu dimana sekarang hah?"
Read more

34 | Aku Kangen, Mas

Mobil mewah berwarna silver berhenti di depan rumah mewah berwarna putih, kaca mobilnya perlahan turun menampilkan figur seorang pria berjas yang menatap penuh senyuman ke arah rumah tersebut. Pria itu mengeluari mobil lalu melepas kacamata hitamnya, mengamati sekeliling rumah putih itu, lantas wajah tampannya pun menarik perhatian kedua ibu sosialita yang kebetulan lewat sehabis arisan. Mereka menatap pria itu mesem penuh minat. "Wah. Ya ampun! Mas ganteng nyari siapa toh Mas?" tanya salah satu ibu yang bertubuh gempal serta rambut dicepol. Pria tersebut, tidak lain adalah Bram tergelak lalu tersenyum tipis. Semakin memesona bagi mereka. "Rumah Anjani Zelena, benar yang ini bu?" tunjuk Bram pada rumah tersebut. Maka ibu yang bertubuh lebih kurus menyahut. "Iya benar pak. Ini rumah Anjani ibunya Clara, yang pakai tongkat itu loh." Bram menghembuskan napas lega, matan
Read more

35 | Come On My Queen

Puas menumpahkan kerinduan lewat air mata, Anjani mematikan lampu kamar, menarik selimut sebatas dada, dan bersiap tidur. Namun baru saja memejamkan mata, tiba-tiba ponsel jadulnya di nakas berdering.Dia mengernyit ketika layar gawai itu menampilkan panggilan masuk dengan nama Pak Bian. Maka, mau tak mau Anjani menekan tombol hijau untuk menerima panggilan. Sempat beberapa detik sebelumnya wanita itu menguap."Selamat malam, Anjani," sapa Bian lembut di seberang sana.Dengan mata sayup-sayup hendak terpejam, Anjani menjawab tak kalah lembut, khas nada bicara wanita itu, "Iya selamat malam juga. Bapak ada perlu apa ya tiba-tiba nelpon saya?""Ada satu permintaan penting yang ingin kuberitahu."Anjani mengernyit, "Tidak bisa besok saja ya pak. Saya ngantuk hehe," ujarnya jujur. Di seberang sana Bian terkekeh."Sebentar aja nggak sampai lima menit kok.""Eng
Read more

36 | Wanita Lumpuh Ini Calonmu?

Untuk kedua kalinya Anjani melangkahkan kaki ke mansion mewah milik CEO Pradipta Group, Bian Pradipta. Tidak ada perbedaan mencolok seperti terakhir kali ia bertamu, hanya saja, area taman depan lebih berwarna oleh tanaman yang disusun cantik dalam pot. Sepertinya, orang spesial yang baru datang itu suka menanam banyak bunga.Satu lagi perbedaan, kala netranya tak sengaja bertubruk dengan netra seorang perempuan cantik yang sibuk menyemprotkan cairan pupuk. Dia mengenakan pakaian biasa bukan pakaian pelayan. Mungkin saja, dia adalah salah satu anggota keluarga Bian.Dia melempar senyum manis hingga kedua lesung pipinya terlihat begitu jelas, Anjani pun membalas sama lebarnya. Perempuan itu menaruh cairan semprotan tadi lalu menghampiri Anjani dan membungkuk sopan."Selamat pagi, Nona. Selamat pagi, Tuan."Anjani tersenyum kikuk, dia sangat canggung ketika perempuan itu harus membungkukan badan. Padahal Anjani merasa dirinya tak perlu sampai diberikan peng
Read more

37 | Cintya dan Papa

"Emm... maaf, maksud mama dia ini yang akan jadi calon istrimu?" koreksi Cintya, maklum dia tadi kaget dan malah kelepasan bicara. Terlebih melihat Anjani yang langsung menunduk, Cintya merasa tidak enak."Ah? Bu-bukan tante. Saya cuman teman pak Bian," jawab Anjani menggeleng cepat. Dia pun heran kenapa Cintya menyebutnya calon istri Bian, memang, ada dia memperkenalkan diri begitu sebelumnya? Huh, pasti ini kerjaan Bian.Anjani melirik pria itu, benar saja Bian langsung merespon dengan menggaruk tengkuk sambil menyengir. Ingin rasanya Anjani mencubit perut Bian sekeras mungkin. Belum minta izin, bisa-bisanya nyebut calon."Ouh begitu, tapi kata Bian tadi..."Bian memotong ucapan mamanya, "Bian kan bilangnya mau memperkenalkan seseorang aja, Ma. Bukan mau mempertemukan mama dengan calon mantu. Tapi semoga aja sih mantu mama tetap Anjani.""Loh pak?" Anjani tak habis pikir maksud pria itu.
Read more

38 | Saya Pikirkan Lagi ya, Mas

Anjani terpaku di tempat mendengar penuturan putrinya. Apa yang gadis itu katakan di waktu begini sangat di luar dugaan. Terlebih, Clara justru mengulang kalimatnya yang seketika membuat Anjani makin syok tak karuan."Ayo Bun nikah sama papa Bian! Supaya Clara ada papa baru," pinta Clara dengan semangat 45.Menggelengkan kepala cepat sembari mengusap rambut Clara, menjawab 'tidak mungkin' dalam hati, Anjani mendongak menatap anaknya yang dalam gendongan Bian tersebut, "Kamu ngomong apa sih sayang?""Clara serius loh Bun...""Ah mungkin kamu haus. Kita beli minum dulu ya, Mas," elak Anjani. Entah karena hasutan Bian atau memang inisiatif Clara sampai harus bertanya hal barusan. Anjani heran.Clara melengos begitu pun Bian."Gagal, Pa..." bisik Clara kecewa pada pria itu."Nggak papa. Nanti bujuk lagi ibumu. Setuju?"***Seh
Read more

39 | Kesempatan Baru

"Kamu serius, An?" tanya Bian yang kurang percaya atas ucapan Anjani sebelumnya. Wanita itu ingin memikirkan kembali tentang perasaannya? Ini mustahil.Namun, anggukan pelan dari Anjani mengenyahkan keraguan Bian.Bian pun melebarkan senyum, "Terima kasih. Saya harap kamu cepat berubah pikiran." Ia penasaran apa yang membuat wanita itu merubah keputusan secepat itu.Huh.Tetapi jangan terlalu senang dulu Bian. Anjani belum mendapatkan keputusan finalnya. Karena mungkin saja kan Anjani tetap pada pendiriannya."Saya hanya memberikan Mas kesempatan kedua," ucap Anjani sedikit tersipu. Ia menatap Bian penuh harap."Jadi, tolong biarkan saya berpikir dulu Mas. Saya nggak mau salah ambil langkah karena terburu-buru. Apalagi ini tentang perasaan.""Pasti." Bian mengangguk cepat. "Saya juga akan selalu membuktikan saya pantas untukmu, An.""
Read more

40 | Bersamamu (21+)

Awas ya part ini bikin baper!!***"Mas ada kerjaan penting?" tanya Anjani menahan langkah Bian.Bian mengangguk dan tersenyum tipis. Ia bersedekap, mungkin lebih menyenangkan dengan sedikit menggoda wanita itu hari ini. "Banyak. Aku kan seorang CEO.""Oh yaudah, Mas berangkat aja. Maaf ganggu ya, Mas," ucap Anjani pasrah. Namun, terselip ekspresi kecewa di wajahnya. Dalam hati Bian bersorak, ternyata aktingnya berjalan mulus."Pfttt hahaha. Aku bercanda, An. Mana mungkin aku sibuk saat kamu membutuhkanku." Bian pun kembali ke tempat duduknya, samping ranjang Anjani."Mas nyebelin banget." Anjani mencubit pelan perut Bian. Pria itu pura-pura meringis kesakitan."Aku akan menemanimu di sini selama yang kamu ingin, sampai kamu sendiri yang memintaku pergi, An," ucap Bian membuat Anjani tersipu malu. Terlebih, ketika tangan besar nan hangat pria itu menggenggam tangannya
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status