Dewi amarawati berjalan tergopoh-gopoh menghampiri kereta kencana yang baru saja tiba di istananya. Perasaannya membuncah tatkala ia melihat suaminya turun dari dalam kereta megah tersebut. Kebahagiaannya bertambah kala sorot matanya melihat wajah Raden Patah yang ikut turun setelah Brawijaya. "Patah! Masya Allah Ibunda tidak menyangka jika kau akan datang ke istana. Mengapa tidak menitipkan pesan? Kan ibunda dapat menyiapkan jamuan terbaik untukmu!""Ohhh, jadi kedatanganku tidak kau sambut dengan jamuan terbaik, begitu?" Brawijaya melirik Dewi amarawati yang hanya tersenyum-senyum karena sindiran suaminya."Bukan begitu suamiku, mengenai seleramu dengan Patah, walaupun kalian adalah Bapak dan anak kandung, namun tetap saja kalian memiliki perbedaan. Iya, kan?""Terima kasih atas perhatian Ibunda. Patah akan makan apapun yang telah Ibunda siapkan. Lagi pula, maksud kedatangan Patah ke istana bukan bermaksud untuk menjelajahi kuliner terbaru d
Baca selengkapnya