Home / Horor / The Stalker / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of The Stalker: Chapter 1 - Chapter 10

28 Chapters

Hantu Periang

The Stalker Part 1   Sebuah motor matik berhenti di tempat parkir rumah sakit besar di Bandung Timur. Pengendaranya melepaskan helm dan mengaitkannya secara sembarangan di spion.  Braakk!  Helm motif sailormoon itu terjatuh dan sukses beradu dengan aspal. Diiringi bunyi dengkusan dari si pemilik motor, helm itu kembali diambil dan dikaitkan di gantungan kecil di bagian bawah jok.  "Diam di sini, jangan jatuh-jatuh lagi, oke?" Pemilik helm itu bermonolog dengan sailormoon yang menatapnya dengan mata membulat sempurna. Tentu saja tidak ada balasan dari benda bulat biru yang sudah tergores di beberapa bagian itu.  Sang pemilik helm kemudian membalikkan tubuh dan jalan. Di langkah keempat dia berhenti dan kembali ke motor. Mencabut kunci dan memasukkannya ke tas selempang sambil menggerutu.  Angin pagi berembus lembut menyentuh rambut panjang terurai sang gadis. Dia berjalan dengan langkah ringan dan m
Read more

Kembar?

Part 2 Seorang perempuan paruh baya tengah duduk di sebelah sebuah tempat tidur khusus pasien di ruangan ICU. Raut wajahnya tampak sendu. Sekali-sekali dia menengadah untuk melihat seorang pria yang tengah terbaring, kemudian kembali menunduk dan meneruskan tadarus.  Verda memperhatikan perempuan itu dari balik kaca jendela kecil yang menghadap ke taman. Sesekali terdengar suara isakan dari sebelah kanan, hingga akhirnya Verda merasa bosan dengan tangisan Kris.  "Udah atuh, Kang. Cowok kok cengeng banget sih!" protes Verda.  "Sedih atuh, Neng. Kasian sama Ibu, beliau sampai jarang tidur nungguin akang sadar," sahut Kris sembari menyusut kasar buliran air yang menetes.  Verda menoleh dan menggigit bibir bawah untuk menahan tawa yang nyaris keluar. Pria di sebelahnya itu tampak sangat lucu bila sedang menangis.  "Ngapain liat-liat?" tanya Kris sesaat setelah menyadari bahwa dirinya tengah dipandangi. 
Read more

Sabotase

Part 3    Tanpa sadar Tris mengulum senyum saat melihat gaya tidur Verda yang unik. Tubuh gadis itu bergelung di sofa dan mulutnya menganga lebar. Dengkuran halus terdengar dari bibir gadis itu yang tampak sangat lelap.  Tris menggeliat dan menyeringai saat mendengar suara tulangnya gemeretak. Pria berhidung bangir itu menguap beberapa kali, kemudian mengusap wajah dan rambut dengan kedua tangan.  Di hadapan, tampak sepasang pria dan perempuan yang masih terlelap. Pandangan Tris beralih ke jendela dan terkesiap saat melihat sinar matahari yang telah menyorot dari separuh jendela yang tidak tertutup gorden.  Pria berkulit kecokelatan itu memutar tubuh dan memelototi jam bulat di dinding. Ternyata sudah pukul 7 pagi, dan dia terlambat untuk membelikan sarapan buat ibunya.  Tris menepuk-nepuk lengan Verda, berharap gadis itu bisa segera terbangun. Susah payah dia membangunkan, tetapi Verda tetap bergeming.
Read more

Cinta Segitiga

Part 4    Verda menyentuh punggung tangan Kris. Hatinya terenyuh saat melihat begitu banyak selang di tubuh pria itu. Tanpa sadar dia mengusap kulit pucat pria periang tersebut dan bergumam, "Akang, cepetan bangun. Kasian sama Ibu."  Sementara itu Henny, ibunya Kris dan Tris menutup mulutnya dengan tangan. Perempuan paruh baya yang duduk di sebelah Verda itu tak kuasa menahan rasa haru dalam hati. Beliau sama sekali tidak menyangka bila putranya ternyata dikelilingi banyak orang-orang yang baik.  Selain Verda, teman-teman Kris di radio pun datang berkunjung silih berganti. Mereka tak henti-hentinya menguatkan Henny dan Tris, sekaligus mendoakan agar Kris bisa segera siuman dari koma.  "Bu, kita keluar, yuk? Ada yang mau Verda omongin ke Ibu," ajak gadis berparas cantik itu seraya mengulaskan senyuman.  Henny mengangguk menyetujui. Beliau berpegangan pada lengan Verda untuk berdiri, kemudian jalan bersama g
Read more

Jurang

Part 5    Pria yang terbaring lemah di ranjang khusus pasien itu mengedipkan sebelah mata saat melihat setitik bulir bening luruh dari mata beriris cokelat milik Verda. Jari telunjuknya yang digenggam Verda pun bergerak pelan membentuk huruf-huruf alfabet di telapak tangan gadis tersebut.  Verda mengulaskan senyuman saat memahami arti tulisan acak Kris di telapak tangannya. Gadis tersebut mengusap punggung tangan pria itu sambil berujar, "Aku nangis bahagia, Kang. Bukan sedih."  Kris kembali mengedipkan matanya pertanda paham dengan maksud ucapan Verda. Pria itu sebetulnya ingin berbicara tentang banyak hal, tetapi tenggorokannya terasa sangat sakit dan lidahnya kelu.  Pria berambut tebal itu hanya mampu memandangi saat Verda mengobrol dengan perawat yang tengah mengecek kondisinya. Sesekali gadis itu mengangguk dan tersenyum. Tidak menyadari bila tindakannya itu membuat wajahnya semakin bersinar. "Kang, Verda
Read more

Flashback

Verda tiba-tiba membuka mata. Jalan beberapa langkah dan berhenti tepat di bibir jurang. Sepasang mata beriris cokelat itu bergerak-gerak memindai sekitar. Bibirnya bergumam tidak jelas dan membuat Tris sangat penasaran.  Pria yang mengikuti pergerakan Verda itu menoleh pada Nindy yang segera meletakkan telunjuk di depan bibir, seakan-akan tengah memberitahu agar Tris tidak menggangu Verda.  Hendra yang berdiri di sebelah kiri Verda, memperhatikan tingkah gadis itu dengan saksama. Kala pandangan mereka bertemu, Verda tiba-tiba berucap, "Aku melihat kilas balik peristiwa itu."  Hendra mengangguk mengerti dan membiarkan Verda kembali memandangi sekeliling. Gadis itu menutup mata kembali. Kala tubuhnya terasa limbung, Verda segera berpegangan pada Hendra yang langsung mengeratkan pelukan.  ***   "Kenapa, Kang?" tanya Gita yang tengah memulaskan bedak ke wajah.  "Ehm, ini kayak ada yang aneh di mob
Read more

Ungkapan Cinta

TS 07   Verda kembali membuka mata. Memperhatikan sekeliling dengan sedikit bingung, kemudian mengusap peluh di dahi dan lehernya dengan tangan sembari mengatur napasnya yang agak memburu.  Hendra mengurai rangkulan dan memandangi Verda dengan lekat. Tangannya bergerak mengusap punggung gadis itu dan berharap bisa sedikit membantu agar Verda lebih tenang.  "Neng, kamu lihat apa?" tanya Tris yang ternyata sudah berdiri di sebelah kiri Verda.  "Biarkan Verda menenangkan diri dulu, Tris," ujar Hendra.  "Oh iya, sorry. Aku cuma penasaran dengan apa yang dia lihat." Tris menggaruk-garuk kepala seraya tersenyum tipis. Dalam hati dia merutuki diri karena kurang pandai menahan rasa sabar.  Ketiga pasang mata itu memperhatikan Verda yang masih menenangkan diri. Kala perempuan berparas menawan itu hendak melangkah, Hendra terus memegangi dan mengikuti arah tujuan Verda.  Tris dan Nindy mengekor.
Read more

Titik Petunjuk

TS 08   "Ver, bangun euy!" Suara seorang perempuan berteriak dari depan pintu dan diiringi ketukan nyaris tanpa henti. Verda segera bangkit karena menyadari bahwa itu adalah suara milik mamanya, Sita.  "Ver!" Suara itu kembali memanggil dan kali ini mengganti ketukan dengan gedoran di pintu.  "Iya, Ma!" balas Verda dengan berteriak pula.  "Buruan mandi, habis itu temenin mama ke pasar."  "Iya."  Sesaat hening. Verda menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Merasa lega bahwa mamanya telah beranjak pergi karena suaranya pun menghilang.  Beberapa belas menit kemudian, Verda keluar dari kamar dan langsung dipelototi oleh sang mama, yang tengah duduk bersama Vika dan Reno di ruang makan. Revi tengah terlelap di kereta bayi yang berada di ujung kiri meja makan.  "Ayo, buruan sarapannya. Kalau kesiangan ke pasarnya itu suka kehabisan stok," pinta Sita sembari menuangk
Read more

Linking

Bunyi alat medis menjadi satu-satunya suara yang terdengar di ruangan ICU tempat Kris dirawat. Pria yang kembali koma itu tampak sangat pucat. Sementara Henny, Tris, Verda dan Reno yang tengah memerhatikannya tak bisa menutupi rasa was-was dan terpancar di wajah masing-masing.Mereka berempat yang berada di balik jendela besar, hanya bisa berdoa dalam hati agar kondisi Kris bisa stabil kembali.  Sebetulnya, kondisinya yang akan kembali memburuk sudah diprediksi oleh tim dokter yang menangani pria periang tersebut. Hantaman dahan yang keras, mengakibatkan kerusakan otak. Masih beruntung Kris tidak amnesia, tetapi kondisinya yang sewaktu-waktu bisa drop itulah yang memprihatinkan. Jutaan kata andai berkelebat di benak Tris. Sebagai saudara kembar, pria berlesung pipi dua itu merasa menyesal karena kurang dekat dengan Kris yang disebabkan oleh kesibukan masing-masing. Keduanya memang berjibaku untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Sek
Read more

Harry Potter

10Sepasang mata tidak terlalu besar milik Verda memerhatikan keenam ekor burung berbeda ukuran, yang balas menatapnya penuh tanya. Perempuan yang kali ini mengepang satu rambutnya itu mencoba membuka indra keenamnya, agar bisa berbicara dengan hewan. Banyak orang beranggapan bahwa indigo ataupun orang-orang yang memiliki kemampuan untuk berbicara dengan hewan adalah sesat atau bersekutu dengan setan. Akan tetapi, Verda tidak memedulikan hal itu. Bagi Verda, sepanjang dia menggunakan kemampuan untuk menolong sesama, maka itu adalah hal yang baik. Masalah mau dibilang sesat ataupun berbagai julukan negatif dari orang lain, dia tidak peduli. "A', yang bulunya banyak biru itu namanya siapa?" tanya Verda sambil menunjuk burung Nuri yang badannya paling besar dibandingkan yang lainnya. "Harry Potter," jawab Tris. "Wuidih, keren amat!" Verda menyunggingkan senyuman lebar. "Ayah sangat senang nonton film fantasi
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status