Home / Horor / The Stalker / Ungkapan Cinta

Share

Ungkapan Cinta

Author: Olivia Yoyet
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

TS 07

Verda kembali membuka mata. Memperhatikan sekeliling dengan sedikit bingung, kemudian mengusap peluh di dahi dan lehernya dengan tangan sembari mengatur napasnya yang agak memburu. 

Hendra mengurai rangkulan dan memandangi Verda dengan lekat. Tangannya bergerak mengusap punggung gadis itu dan berharap bisa sedikit membantu agar Verda lebih tenang. 

"Neng, kamu lihat apa?" tanya Tris yang ternyata sudah berdiri di sebelah kiri Verda. 

"Biarkan Verda menenangkan diri dulu, Tris," ujar Hendra. 

"Oh iya, sorry. Aku cuma penasaran dengan apa yang dia lihat." Tris menggaruk-garuk kepala seraya tersenyum tipis. Dalam hati dia merutuki diri karena kurang pandai menahan rasa sabar. 

Ketiga pasang mata itu memperhatikan Verda yang masih menenangkan diri. Kala perempuan berparas menawan itu hendak melangkah, Hendra terus memegangi dan mengikuti arah tujuan Verda. 

Tris dan Nindy mengekor. Mereka beradu pandang saat melihat Verda jalan menuju warung di seberang jalan. Setibanya di sana, mereka mengamati tempat itu yang tampak sangat sepi karena warung tutup. 

Verda maju dan mengetuk pintu beberapa kali. Dia merasa yakin dengan kelebatan peristiwa yang menimpa Kris dan Gita bisa terkuak kebenarannya dengan bantuan pemilik warung ini. 

Bunyi kunci diputar dan disusul dengan terbukanya pintu bercat hitam itu sontak menjadi sorotan bagi keempat orang tersebut. Sudut bibir Verda naik membentuk lengkungan senyuman, kala seraut wajah pria tua muncul dari balik pintu yang hanya terbuka sedikit. 

"Assalamualaikum," sapa Verda dengan sopan. Sementara ketiga orang di belakangnya mengangguk kecil sebagai tanda penghormatan. 

"Waalaikumsalam," jawab pria tua tersebut sembari memperhatikan keempat orang di hadapan dengan sorot mata penuh tanya. 

"Maaf ganggu, Pak. Perkenalkan, nama saya Verda. Dan ini ketiga teman saya, Tris, Hendra dan Nindy." 

Pria tua itu mengangguk pelan, kemudian tatapannya mengarah pada Tris yang mengingatkannya pada sosok seseorang. Pria tua itu tercengang dan segera membuka pintu lebar-lebar, keluar dan menuruni undakan tangga. Mengulurkan tangan dan menyentuh pipi Tris, lalu mengguncangkan lengan Tris sembari menatapnya dengan takjub. 

"Aden teh udah sehat?" tanyanya sambil merangkul Tris. 

"Ehm, maaf, Pak, sepertinya Bapak salah orang," jawab Tris. 

Pria tua itu mengurai pelukan sambil mengerutkan dahi. Merasa bingung dengan perkataan Tris barusan. Sebab dia yakin bahwa pria itu adalah orang yang telah ditolongnya waktu kecelakaan beberapa waktu lalu.

"Bapak nggak bakal lupa dengan orang yang bapak seret dari mobil di tebing," ucapnya dengan sedikit ketus. Pak tua itu merasa sedikit tersinggung karena Tris melupakan jasanya. 

"Orang yang Bapak tolong itu Aa' saya, Pak. Namanya Kris Bagaskara. Sedangkan saya, Tris Bramasta," jelas Tris seraya tersenyum lebar. 

Pria tua itu kembali melipat dahi, ada rasa tidak percaya dengan penuturan Tris, tetapi setelah pria muda itu memperlihatkan foto dirinya dan Kris yang diambil beberapa bulan silam, pria tua itu terperangah, tampak sangat terkejut dengan kenyataan bahwa orang yang dibantunya saat itu ternyata memiliki saudara kembar. 

-

-

Malam makin larut. Tris memotong pembicaraan seru mereka dengan Pak Yahya, pria tua yang menjadi sosok penyelamat sang kakak. 

Dengan sangat terpaksa mereka menolak ajakan Pak Yahya untuk menginap, karena saat itu mereka tidak membawa pakaian ganti dan juga belum meminta izin pada keluarga Verda serta Nindy. 

Tris dan yang lainnya berpamitan seusai berjanji pada Pak Yahya, bahwa mereka akan kembali untuk bertemu dengan istri dan anak Pak Yahya, untuk mendengar informasi tambahan mengenai kasus kecelakaan yang dialami Kris dan Gita. 

Nindy tidur meringkuk di kursi tengah mobil. Sementara Verda berusaha untuk menguatkan diri agar bisa menemani Tris yang tengah mengemudi. Sedangkan Hendra telah melesat terlebih dahulu dengan motornya, setelah berjanji akan bertemu kembali esok hari. 

"Kalau ngantuk, tidur aja, Neng," ucap Tris dengan suara yang terdengar lembut. 

"Nggak, aku mau nemenin Aa'," sahut gadis itu. Namun, sekali lagi dia tidak bisa menahan rasa untuk menguap, dan menutup mulut untuk menyamarkan gerakannya. 

Tris menyunggingkan senyuman lebar. Pria itu mengulurkan tangan kiri dan menggenggam jemari Verda. Perempuan itu sempat tertegun sejenak, tetapi akhirnya tetap membiarkan Tris melakukan hal tersebut. 

Verda mengalihkan pandangan ke luar kaca. Gelapnya malam membuat kemampuan supranatural meningkat. Kelebatan bayangan makhluk-makhluk tak kasatmata di sekitar tempat itu sedikit mengejutkan baginya. Sebab sosok yang mereka tampilkan adalah sosok asli yang mengerikan. 

"Neng, tadi Neng lihat apa di tebing? Kayak orang ketakutan gitu. Beberapa kali ngejerit bilang, jangan!" Tris akhirnya tidak sanggup menahan diri untuk bertanya. 

"Ehm, panjang ceritanya, A'. Tapi yang pasti, kecurigaan kita bahwa kecelakaan itu adalah hasil sabotase, kemungkinannya sangat benar." Verda menghela napas berat, kemudian kembali mengarahkan pandangan ke luar kaca. 

"Emang kelihatan?" 

"Akang Kris udah tau dari waktu mobil baru jalan ke luar dari tempat parkir tempat launching itu. Tapi dia sengaja menutupinya dari Gita, supaya nggak khawatir." 

"Hmm, terus?" 

"Aku ... juga mikir, aneh banget kalau truk bisa tiba-tiba nyelonong masuk ke jalur kiri. Karena hasil laporan penyelidik, truk itu nggak ngalamin kerusakan apa-apa, sepertinya si sopir udah bohong waktu bilang rem-nya blong."

"Nah, itu dia, aa' dan Hendra juga mikir gitu."

"Kecepatan truk 50km/jam dalam posisi jalan yang agak menanjak. Logikanya, kalau rem blong saat tengah menanjak itu biasanya ngebanting setir ke kiri, bukan ke kanan." Verda menganalisa sesuai keterangan yang dia dengar dari Hendra. "Akang Kris, kondisi jalan tengah turun, kecepatan mobilnya pun nggak kencang. Dia kesulitan mengatasi rem blong karena kondisi jalan berkabut dan cukup licin," sambungnya. 

"Dari apa yang aku lihat tadi, Akang Kris sebetulnya bisa melindungi dirinya dari patahan dahan yang menembus kaca. Tapi ... dia sengaja menjadikan diri sebagai tameng, agar Gita tidak terkena benda itu." Verda menjeda ucapannya dan menoleh pada Tris. "A', apakah ... akang Kris mencintai Gita?" tanyanya. 

"Entahlah, Neng. Akang dan aa' jarang ngobrol urusan hati. Dari dulu untuk urusan itu kami memang tertutup, karena menganggap hal itu sebagai privasi masing-masing," jelas Tris. 

Verda manggut-manggut. "Feeling aku sih gitu. Dan, Gita juga menyimpan rasa yang sama pada Akang." 

"Oh ya? Kok Neng bisa nyimpulin gitu?" 

"Penglihatan aku selanjutnya yang mengungkap hal itu, A'." 

"Maksudnya?" 

"Di rumah pak Yahya. Tepatnya kasur di depan televisi itu jadi saksi ungkapan cinta Gita pada kang Kris." 

Verda kembali diam. Dia belum bisa mengungkapkan semua yang dilihatnya pada Tris. Ada beberapa hal yang ingin dipastikan Verda terlebih dahulu, baru kemudian dia akan menceritakan semuanya pada Tris dan juga ibunya. 

Tris sendiri tidak berani untuk mendesak Verda. Dia memilih untuk menunggu dan bersabar hingga tiba waktunya Verda akan menjelaskan semuanya, berdasarkan penglihatan indigonya. 

Kaugnay na kabanata

  • The Stalker   Titik Petunjuk

    TS 08 "Ver, bangun euy!" Suara seorang perempuan berteriak dari depan pintu dan diiringi ketukan nyaris tanpa henti. Verda segera bangkit karena menyadari bahwa itu adalah suara milik mamanya, Sita. "Ver!" Suara itu kembali memanggil dan kali ini mengganti ketukan dengan gedoran di pintu. "Iya, Ma!" balas Verda dengan berteriak pula. "Buruan mandi, habis itu temenin mama ke pasar." "Iya." Sesaat hening. Verda menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Merasa lega bahwa mamanya telah beranjak pergi karena suaranya pun menghilang. Beberapa belas menit kemudian, Verda keluar dari kamar dan langsung dipelototi oleh sang mama, yang tengah duduk bersama Vika dan Reno di ruang makan. Revi tengah terlelap di kereta bayi yang berada di ujung kiri meja makan. "Ayo, buruan sarapannya. Kalau kesiangan ke pasarnya itu suka kehabisan stok," pinta Sita sembari menuangk

  • The Stalker   Linking

    Bunyi alat medis menjadi satu-satunya suara yang terdengar di ruangan ICU tempat Kris dirawat. Pria yang kembali koma itu tampak sangat pucat. Sementara Henny, Tris, Verda dan Reno yang tengah memerhatikannya tak bisa menutupi rasa was-was dan terpancar di wajah masing-masing.Mereka berempat yang berada di balik jendela besar, hanya bisa berdoa dalam hati agar kondisi Kris bisa stabil kembali.  Sebetulnya, kondisinya yang akan kembali memburuk sudah diprediksi oleh tim dokter yang menangani pria periang tersebut. Hantaman dahan yang keras, mengakibatkan kerusakan otak. Masih beruntung Kris tidak amnesia, tetapi kondisinya yang sewaktu-waktu bisa drop itulah yang memprihatinkan. Jutaan kata andai berkelebat di benak Tris. Sebagai saudara kembar, pria berlesung pipi dua itu merasa menyesal karena kurang dekat dengan Kris yang disebabkan oleh kesibukan masing-masing. Keduanya memang berjibaku untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Sek

  • The Stalker   Harry Potter

    10Sepasang mata tidak terlalu besar milik Verda memerhatikan keenam ekor burung berbeda ukuran, yang balas menatapnya penuh tanya. Perempuan yang kali ini mengepang satu rambutnya itu mencoba membuka indra keenamnya, agar bisa berbicara dengan hewan. Banyak orang beranggapan bahwa indigo ataupun orang-orang yang memiliki kemampuan untuk berbicara dengan hewan adalah sesat atau bersekutu dengan setan. Akan tetapi, Verda tidak memedulikan hal itu. Bagi Verda, sepanjang dia menggunakan kemampuan untuk menolong sesama, maka itu adalah hal yang baik. Masalah mau dibilang sesat ataupun berbagai julukan negatif dari orang lain, dia tidak peduli. "A', yang bulunya banyak biru itu namanya siapa?" tanya Verda sambil menunjuk burung Nuri yang badannya paling besar dibandingkan yang lainnya. "Harry Potter," jawab Tris. "Wuidih, keren amat!" Verda menyunggingkan senyuman lebar. "Ayah sangat senang nonton film fantasi

  • The Stalker   Pembaca Pikiran

    TS 11"Mungkin mereka tamu rumah sebelah," ujar Tris, meskipun dalam hati dia meragukan ucapan sendiri. "Masa tamu nggak turun?" tanya Verda sembari mengerutkan dahi. "Atau nunggu orang?" "Udah lama di situ, nggak gerak-gerak dari aku selesai salat." Tris tampak berpikir selama beberapa detik, kemudian beranjak ke pintu dan membuka benda besar bercat putih tersebut sebelum melangkah ke luar. Verda mengekori sambil memegangi ujung kaus hijau tua yang dikenakan Tris.Tiba-tiba mobil langsung meluncur, dan hal itu membuat kecurigaan Verda bertambah besar, demikian pula dengan Tris. Kedua orang tersebut saling beradu pandang selama beberapa saat, sebelum akhirnya sana mengangkat bahu dan kembali memasuki rumah. "Neng, mau makan di sini atau di rumah sakit?" Tris mengulangi lagi pertanyaannya, sesaat setelah mereka tiba di ruang makan. "Di sana aja, A'. Kasian ibu kalau kelamaan nungguin kita." 

  • The Stalker   Pengintai

    TS 12Derap langkah bergema di lorong panjang rumah sakit yang sepi. Beberapa kali terdengar omelan Verda bila melihat kelebatan makhluk tak kasatmata yang sepertinya memang sengaja nongkrong di sepanjang koridor untuk mengganggu orang yang melintas. Verda merapatkan tubuh ke samping kiri Tris yang segera merangkul pinggangnya seraya tersenyum. Pria berjaket jin hitam itu kian melebarkan senyuman ketika Verda mengomeli sosok-sosok tak terlihat yang berulang kali hendak menggapainya. "Cuekin aja," ucap Tris. "Udah, tapi pada ngikutin itu," sahut Verda sambil menoleh ke belakang. "Lama-lama kulemparin batu nih!" desisnya sembari berhenti dan merunduk. Menggapai batu berukuran kecil yang berada di pinggir koridor yang digunakan sebagai penutup aneka dedaunan. Verda berdiri dan merapal mantra yang pernah diajarkan oleh neneknya yang juga seorang indigo. Dengan sekuat tenaga dia melempar beberapa batu itu ke belakang dan berhasil

  • The Stalker   Identitas

    TS 13Suara ribut-ribut disertai dengan kemunculan beberapa orang dari depan blok sontak mengejutkan Tris. Pria berambut cepak itu berdiri bertepatan dengan pukulan keras orang-orang tersebut ke mobil SUV hitam yang berada tidak jauh dari rumah keluarga Verda. Tris segera menghampiri, sementara Verda justru berbalik arah dan keluar bersama dengan Sita yang membawa sapu. Ketika kedua perempuan berbeda usia itu tiba di depan mobil, para pria di sekitar seketika terdiam dan menunggu apa yang akan dilakukan oleh kedua perempuan tersebut."Turun!" sergah Sita sambil memelototi pengemudi yang masih diam di tempat. "Kubilang turun!" bentaknya sambil memukul bagian depan mobil dengan sapu. Sang pengemudi terkesiap. Dia beradu pandang dengan kedua rekannya yang sama-sama bingung. Sesaat suasana hening, sebelum sopir menggertakkan gigi dan hendak menekan pedal gas. Prang! Kaca di bagian pengemudi tiba-tiba pecah dan satu tang

  • The Stalker   Kekuatan Meningkat

    TS 14Sentuhan lembut di lengan kanan menjadikan Tris terbangun. Seraut wajah cantik yang disertai senyuman manis tampak sangat dekat dengannya. Tris mengerjap-ngerjapkan mata kemudian memaksakan sudut bibirnya agar melengkungkan senyuman. "Udah hampir jam setengah enam dan Aa' belum salat," ucap Verda yang dibalas anggukan oleh Tris. "Mau sekalian mandi? Kuambilin handuk," tawarnya. "Hu um." Tris tidak berani membuka mulut karena takut bau naga keluar dan akan membuat Verda mabuk. Gadis berambut panjang itu berdiri dan jalan ke lemari. Membuka benda dari bahan jati asli dan mengambil handuk putih di tumpukan teratas. Sejenak dia mengamati susunan pakaian milik Varren itu sebelum akhirnya mengambil satu kaus biru tua dan menutup pintu. "Ini handuknya, dan ini kaus Varren. Pake aja, dijamin bersih," tukas Verda sambil mengulurkan kedua benda itu pada Tris yang tengah beranjak duduk. "Hu um," sahut pria itu, tetapi t

  • The Stalker   Mengikat Jiwa

    TS 15"Kang, siuman lagi atuh. Banyak yang mau kutanyain," lirih Verda sambil mengusap punggung tangan Kris yang makin kurus. "Ada beberapa hal yang sepertinya terlewat. Dan aku nggak bisa ngungkapnya tanpa bantuan Akang," sambungnya dengan suara bergetar. Kelopak mata Kris bergerak-gerak dan Verda langsung memajukan tubuh untuk mengamatinya. Setelah yakin bila itu bukan halusinasi, Verda mengusap rambut ikal Kris dan mendekatkan bibir ke telinga kanan pria tersebut. "Akang bisa dengar aku 'kan?" tanyanya dengan pelan. "Kalau bisa, hadirlah di mimpiku. Sering-sering juga nggak apa-apa. Dengan begitu aku bisa nanya banyak hal ke Akang, supaya kasus ini bisa segera terungkap," lanjutnya. Verda memundurkan badan dan memperhatikan kelopak mata Kris yang kembali bergerak-gerak. Sudut bibir gadis itu terangkat membingkai senyuman karena merasa senang Kris telah mengalami kemajuan walaupun hanya sedikit. Verda mengusap punggun

Pinakabagong kabanata

  • The Stalker   Ada Yang Ngikut

    TS 28Hari berganti menjadi minggu. Kondisi Kris masih belum ada perubahan. Meskipun dia sudah bisa menanggapi pembicaraan dengan menggerak-gerakkan kelopak mata ataupun jemari, tetapi Kris masih belum sanggup menyatukan jiwanya ke raga. Tris yang telah berhasil menggadaikan tanah kebun pada Edi, bisa bernapas sedikit lega karena berhasil melunasi biaya pengobatan akangnya, sekaligus tabungan untuk beberapa bulan mendatang. Untuk biaya hidup sehari-hari, Tris mencari tambahan dengan menjadi sopir taksi online saat ada waktu senggang. Seperti hari itu. Seusai salat Subuh, Tris membersihkan mobilnya di pekarangan. Selanjutnya dia mandi dan berganti pakaian. Tris menyempatkan diri menikmati sarapan yang disiapkan sang bibi. Baru kemudian dia melangkah ke luar dan memasuki mobil. Belasan menit berlalu, Tris tiba di sebuah perumahan kelas menengah. Dia berhenti di depan pagar sebuah rumah dua lantai bercat krem. Seorang perempuan muda bermata sipit keluar dengan didampingi kedua pria be

  • The Stalker   Kangen

    TS 27Hari pertama masuk kerja merupakan hal yang menyebabkan Tris deg-degan. Namun, kekhawatirannya akan rekan-rekan baru ternyata tidak beralasan. Hampir semuanya bersikap ramah, walaupun mereka baru bertemu. Tris duduk di kursi area khusus staf dan menyalakan laptopnya. Seorang pria berkacamata yang merupakan asisten Reno menghampirinya dan memberikan berkas-berkas yang menjadi tugas Tris. Pria berkemeja putih yang bernama Adam, menerangkan berbagai hal yang dulunya adalah tugasnya dan sekarang dilimpahkan pada Tris. Selama beberapa jam berikutnya Tris fokus bekerja. Dia mengoptimalkan semua kemampuan otak yang sudah hampir setahun tidak digunakan, terutama setelah dia terkena perampingan karyawan di perusahaan lama. Menjadi sopir taksi online merupakan jalan singkat bagi Tris agar bisa terus mendapatkan penghasilan. Akan tetapi, setelah Kris koma, pendapatan sebagai sopir taksi habis untuk biaya hidup sehari-hari. Satu demi satu harta warisan dijual demi membiayai pengobatan Kr

  • The Stalker   Kemungkinan Terburuk

    TS 26Langit senja telah turun ketika kedua mobil memasuki pekarangan rumah milik orang tua Verda dan Varen. Semua penumpang turun dan mengeluarkan barang-barang dari belakang, kemudian mengangkatnya ke teras. Pintu terbuka dan Sita keluar. Perempuan berusia lima puluh dua tahun menyunggingkan senyuman saat menyambut kedua anaknya beserta sang menantu. Sita menepuk-nepuk pundak Tris saat pria muda itu menyalaminya dengan takzim. "Masuklah, Ibu udah nyiapin puding dan es buah," tutur Sita. "Aku pikir Ibu nyiapin gulai ikan," sahut Varen sembari merangkul pundak sang ibu yang hanya sebatas dadanya. "Ada, itu lauk untuk makan malam. Sekarang makan yang dingin-dingin dulu," jawab Sita sebelum berhenti dan menoleh ke belakang. "Tris, ikut makan di sini, ya. Ayah mau ngomong sesuatu sama kamu," ajaknya yang membuat Tris tertegun sebelum mengangguk. Sesampainya di ruang tengah, Reno hendak mencium anaknya, tetapi didorong Vika yang meminta suaminya mencuci tangan dan wajah terlebih dahu

  • The Stalker   Mari Kita Bercerai

    TS 25Dua buah mobil berbeda jenis dan warna melesat keluar dari pekarangan rumah di daerah Lembang. Yahya dan Ali memandangi hingga kedua kendaraan menghilang di kejauhan. Kemudian mereka memasuki rumah dan mengemasi barang-barang. "Ditumpuk aja, Li. Minggu depan Non Verda dan teman-teman mau kembali ke sini," ucap Yahya pada sang putra yang tengah menggulung kasur di kamar paling belakang. "Semuanya datang?" tanya Ali sembari melanjutkan aktivitas. "Katanya sih nggak. Cuma Non, Den Tris, Den Reno dan Den Varen. Kalau Mas Hendra dan yang lainnya belum pasti. Mereka udah sering cuti, nanti bisa kena surat peringatan." "Yah, aku penasaran. Siapa orang yang mengintai di kebun waktu itu." Yahya tidak langsung menjawab. Dia menghentikan gerakan dan keluar kamar. Ali mengekori ayahnya dan duduk di kursi ruang tamu. Pria yang lebih muda mengamati lelaki paruh baya yang tengah berpikir sambil melipat tangan di depan dada. "Awalnya Ayah pikir itu si Jaya. Dia kan suka mancing sampai mal

  • The Stalker   Orang Bayaran

    TS 24Kabut yang menggantung di pepohonan menjadi pemandangan pertama yang terlihat di seputar area bangunan besar di tanah luas. Sekeliling tempat ditutupi rerimbunsn pepohonan hingga sulit bagi matahari menembus dengan sinarnya. Titik dingin yang masih sama dengan kemarin malam membuat penghuni rumah enggan beraktivitas di luar. Mereka hanya melakukan kegiatan di dapur dan ruang tengah. Selebihnya membetahkan diri di kamar. Seorang perempuan berambut sepundak berdiri di depan jendela yang terbuka lebar. Kedua tangannya memegangi jeruji yang menghalangi jendela. Tatapan perempuan berkaus ungu lengan panjang dan kulot senada mengarah pada langit yang tidak terlalu terang. Perempuan bermata sipit menghela napas dalam-dalam dan mengembuskannya secara penuh. Dia melakukan hal itu beberapa kali dan berharap bisa menentramkan hati. Namun, hingga tarikan terakhir kegundahan masih bercokol dan membuatnya kesal. Perempuan berdagu lancip mengingat sosok pria periang yang selalu membuatnya t

  • The Stalker   Orang-orang Kota Penakut

    TS 23Hawa panas di sekitar menyebabkan Verda dan Veren kian mempercepat bacaan doa. Sekali-sekali tangan kanan Verda bergerak memutar membentuk setengah lingkaran ke depan. Sementara Varen mengarahkan telapak tangan kanan ke belakang. Keduanya sama-sama mengamalkan olah napas yang pernah diajarkan Kakek mereka beberapa waktu lampau. Verda membatin bila sepertinya sang kakek sudah memberi isyarat bila dirinya dan Varen akan terlibat penyelidikan kasus. Sebab beberapa bulan lalu kakeknya yang bernama Harso mengatakan bila Verda harus rajin melatih olah napas dan menguatkan batin, terutama dalam menghadapi makhluk tak kasatmata.Pada awalnya Verda mengira Harso mengatakan itu karena dia sering diganggu makhluk-makhluk astral di tempat kerja. Namun, sekarang Verda sadar bila apa yang dikatakan Harso ternyata berhubungan dengan kasus Kris. Verda mengingat-ingat wajah pria tersebut. Entah kenapa dia merasa bila Kris tengah berada di sekitar. Tiba-tiba Verda membuka mata dan memindai seki

  • The Stalker   Paling Temperamental

    TS 22Bunyi binatang malam terdengar nyaring di sekeliling kala kelompok yang dipimpin Hendra tiba di belakang warung milik Yahya. Pria berjaket kulit hitam mengangkat tangan untuk memberi isyarat agar anggotanya berhenti. Setelahnya, Hendra memindai sekitar sebelum memberi kode pada Reno dan Tris agar mendekat."Aku sama Darwis nanti jalan paling depan. Kalian di tengah mengapit Verda. Bima dan Varen jalan paling belakang. Pak Yahya tunggu di sini," bisik Hendra. "Kalau kita semua nyeberang, nanti kalau ada apa-apa nggak ada yang bisa minta bantuan," sambungnya. "Siap," jawab Tris. "Tapi harus ada yang jagain tali, Dra," sela Reno. "Anak dan keponakan Bapak nanti ikut kalian. Ali dan Usep udah nunggu di dalam," sela Yahya sembari menunjuk ke bangunan semi permanen di depan mereka. "Tapi mereka jangan ikut ke bawah, Pak," tutur Hendra. "Justru Usep pengen bantu jadi penunjuk jalan. Dia sering masuk ke situ lewat jalan setapak buat nyari rumput untuk pakan kambing dan sapi," teran

  • The Stalker   Jalan Rahasia

    TS 21Pekatnya malam menyelimuti area pegunungan di sekitar Lembang. Warga sekitar tidak ada satu pun yang keluar dan memutuskan menggelar diri di peraduan ataupun menikmati kopi sambil menonton siaran televisi. Desir angin yang pada awalnya lembut, perlahan berubah mengencang seiring malam yang bertambah larut. Binatang-binatang berlomba-lomba memperdengarkan suara, seolah-olah menyampaikan pada dunia bila merekalah sang pemilik gelap langit. Keheningan suasana terkoyak kala dua mobil memasuki area perkebunan milik kerabat Yahya yang bila ditelusuri akan mengurai jalan tembus menuju belokan tempat kejadian kecelakaan maut yang menimpa Kris dan Gita. Yahya yang menjadi pengantar meminta Hendra berhenti setelah mereka cukup jauh dari pemukiman. Pria parub baya tersebut membuka pintu mobil dan memindai sekitar sebelum menjejakkan kaki ke tanah kering. Satu per satu penumpang keluar dari kedua mobil. Mereka bekerja sama mengeluarkan peralatan yang akan digunakan sebagai penunjang petu

  • The Stalker   Anak Bawang

    TS 20Suasana di kediaman Edi kembali ramai Minggu pagi. Namun, bukan karena acara keluarga, melainkan mereka kedatangan rekan-rekan Tris, Kris dan Hendra yang berniat membantu menjadi tim pendukung. Edi tidak ikut urun saran dan hanya memperhatikan kala Hendra serta Tris bergantian membeberkan rencana mereka pada rekan-rekan yang duduk bersila di ruang tamu. Sita dan Vika, serta Randi yang tengah menggendong Revi, mengamati jalannya rapat. Setelahnya mereka melakukan doa bersama memohon diberikan kelancaran pada tim inti yang akan segera berangkat. Reno, Verda dan Varen bergantian menyalami keluarga mereka. Tris, Hendra, Nindy dan beberapa orang lainnya yang akan bergabung di tim utama juga turut bersalaman. Kemudian mereka keluar bersisian dan memasuki beberapa mobil berbeda jenis dan warna. Tris yang mengemudikan mobil milik Reno, menekan klakson sebelum melaju sebagai mobil pembuka konvoi. Darwis dan pengemudi mobil lainnya menyusul, kemudian berpisah di perempatan jalan. Tris

DMCA.com Protection Status