Home / Horor / The Stalker / Flashback

Share

Flashback

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Verda tiba-tiba membuka mata. Jalan beberapa langkah dan berhenti tepat di bibir jurang. Sepasang mata beriris cokelat itu bergerak-gerak memindai sekitar. Bibirnya bergumam tidak jelas dan membuat Tris sangat penasaran. 

Pria yang mengikuti pergerakan Verda itu menoleh pada Nindy yang segera meletakkan telunjuk di depan bibir, seakan-akan tengah memberitahu agar Tris tidak menggangu Verda. 

Hendra yang berdiri di sebelah kiri Verda, memperhatikan tingkah gadis itu dengan saksama. Kala pandangan mereka bertemu, Verda tiba-tiba berucap, "Aku melihat kilas balik peristiwa itu." 

Hendra mengangguk mengerti dan membiarkan Verda kembali memandangi sekeliling. Gadis itu menutup mata kembali. Kala tubuhnya terasa limbung, Verda segera berpegangan pada Hendra yang langsung mengeratkan pelukan. 

***

"Kenapa, Kang?" tanya Gita yang tengah memulaskan bedak ke wajah. 

"Ehm, ini kayak ada yang aneh di mobil. Bikin kagok," sahut Kris, tetapi dia tidak mau menyebutkan masalahnya apa, karena takut Gita akan khawatir dan panik. 

"Bahaya nggak?" Perempuan berambut panjang merah itu mengalihkan pandangan pada Kris yang sontak menggeleng. "Huft, syukurlah." Gita menyunggingkan senyuman, kemudian kembali ke posisi semula dan sibuk dengan alat riasnya. 

Kris meneguk ludah, berusaha untuk tetap tenang dan santai meskipun sebenarnya dia deg-degan dengan kondisi mobil. Sejak awal perjalanan rem-nya sudah kurang pakem dan hal tersebut membuatnya gundah. 

Mobil SUV putih itu terus melaju memecah keheningan malam. Suasana area Lembang yang cukup sepi menjadikan mobil bisa melaju kencang. Saat itu Kris hendak menuju villa yang disewa sahabatnya dan Gita, yaitu Erni.

Erni akan mengadakan acara resepsi pernikahan esok hari. Teman-teman lain dari radio tempat keduanya bekerja sudah berangkat terlebih dahulu. Kris dan Gita baru bisa berangkat saat itu karena masih harus menyelesaikan pekerjaan sambilan mereka, yaitu sebagai pemandu acara grand opening sebuah apartemen terbaru di Kota Bandung. Beberapa rekan mereka yang lain akan menyusul esok hari bersama bos pemilik radio. 

Memasuki wilayah yang dekat dengan tujuan, suasana sekitar makin sepi. Kris menajamkan mata untuk memastikan penglihatan. Kabut tebal yang turun membuatnya cukup kesulitan melihat dengan jelas. 

Pria beralis tebal itu mengerutkan dahi ketika menyadari bila jalan yang dilewati ternyata cukup sempit. Hatinya berdebar-debar kala melihat lampu kendaraan lain yang berlawanan arah. Bila bertemu dengan motor, Kris menjadi tenang. 

Akan tetapi, bila bertemu dengan sepasang lampu yang menandakan bila itu adalah kendaraan roda empat, maka Kris akan gugup dan memelankan laju kendaraan serta menepi ke pinggir kiri. 

"Masih jauh nggak?" tanya Kris pada Gita yang tengah memelototi ponselnya. 

"Kayaknya udah nggak terlalu jauh ini titik lokasinya. Tapi sinyal jelek banget," jawab Gita sambil mengarahkan ponsel ke atas, berharap hal tersebut bisa menaikkan tanda sinyal operator seluler. 

"Aduh, akang lapar." 

"Aku bawa kue nih, mau?" 

"Yakin nggak bikin akang mati itu kuemu?" 

"Ngeledek!" 

"Habisnya kamu kalau bikin kue kan gagal terus." 

"Berisik! Nih, makan!" Gita meletakkan kotak makanan berukuran sedang ke paha kiri Kris. 

"Yee, suapin atuh," pinta laki-laki tersebut dengan sedikit manja. 

"Ogok pisan!" (manja banget) 

"Akang kan lagi nyetir, Git. Ayok atuh, buruan!" 

Gita mendengkus, tetapi akhirnya tetap menuruti permintaan Kris. Mengambil sepotong kue bolu kukus dan menyuapkannya ke mulut Kris yang menganga. 

Pria tersebut mengunyah sembari menaik turunkan alis, menggoda Gita yang awalnya menekuk wajah, tetapi akhirnya mengulum senyum juga. Gita meneruskan menyuapi Kris hingga kue di tangannya habis. 

"Air dong, seret yeuh," pinta Kris. 

"Ibu ngidam apa sih? Punya anak kok manjanya nggak ketulungan," keluh Gita, tetapi dia tetap mengambilkan botol minuman dan memberikannya pada Kris. 

"Ngidam ngelonin Salman Khan, jadinya aku gagah dan tampan gini." 

"Halah!" 

Obrolan mereka terhenti kala Kris menyadari bila jalan yang mereka lalui saat ini cukup curam. Dia menginjak rem tetapi laju kendaraan tetap tidak berkurang. Pria itu berusaha untuk bersikap tenang dan memegangi kemudi dengan erat. Dalam hati Kris berdoa agar mereka tidak berpapasan dengan kendaraan besar. 

Namun, ternyata doa Kris tidak terkabul. Sepasang lampu menyorot dari seberang jalan dan membuatnya gugup. Kris mengarahkan mobil ke pinggir. Akan tetapi, cahaya di seberang itu juga menuju ke tempat yang sama. 

Kris mencengkeram kemudi dengan erat. Tangan kirinya terulur dan menekan kepala Gita agar merundukkan badan. Dia sudah tidak sempat lagi untuk menghindar kala kendaraan di seberang itu makin dekat dan jelas bentuknya. 

Brrraaakkk! 

Suara benturan keras terdengar kala kendaraan di seberang membentur bagian kanan depan mobil yang Kris kemudikan. Mobil SUV putih itu langsung bergeser ke kiri dan terjun ke jurang yang cukup landai. 

Kris masih tersadar saat itu dan sempat beradu pandang dengan Gita yang menjerit ketakutan. Namun, sebuah patahan dahan pohon menembus kaca sebelah kanan dan menghantam kepala Kris. 

Pria itu langsung tidak sadarkan diri dan menelungkup di kemudi. Mobil yang tertahan rambatan akar pohon akhirnya berhenti meluncur. Gita yang mengalami luka-luka di wajah dan tangan berusaha menggapai ponselnya yang sempat terlempar ke bawah kaki. 

Suara teriakan orang-orang di bagian atas jurang membuat Gita sadar untuk segera menyelamatkan diri. Perempuan itu bersusah payah membuka sabuk pengamannya dan juga milik Kris. Kemudian Gita menarik tubuh pria yang jauh lebih tinggi darinya itu agar bisa keluar melalui pintu belakang. 

"Kang, bangunlah. Kita harus keluar," lirih Gita. Dia nyaris menyerah untuk bisa mengeluarkan Kris dari sana, tetapi rasa sayang dalam hatinya menolak untuk meninggalkan Kris, dan berusaha terus untuk menyeret pria tersebut.

Tiba-tiba pintu belakang mobil terbuka dan muncullah dua orang pria yang mengenakan topi kupluk dan sarung. "Neng, keluar dulu. Biar temannya, bapak yang keluarin," pinta salah seorang dari mereka yang memang tampak lebih tua. 

Gita segera mengerjakan perintah pria tersebut. Setelah dia berhasil ke luar dan berdiri di samping kiri mobil, pria tadi segera masuk, mengalungkan sarung ke ketiak Kris dan menarik tubuh pria tersebut sekuat tenaga. 

Pria yang berdiri di luar mobil akhirnya ikut merangkak masuk dan turut menarik Kris. Setelah berhasil mereka pun menggusur tubuh Kris menjauh dari mobil yang mulai bergerak sedikit demi sedikit ke bagian bawah jurang. 

"Neng, bisa pegangan ke tali ini. Naik pelan-pelan, ya. Di atas ada istri bapak yang nungguin," ujar pria dewasa tersebut yang dibalas anggukan Gita. 

Perempuan itu memegangi tali yang terjulur sepanjang tebing terjal dan memanjat dengan hati-hati. Di belakangnya, pria yang lebih tua mengikatkan tubuh Kris ke punggung pria yang lebih muda. Kemudian pria muda itu bergerak naik mengikuti Gita, dengan pria yang lebih tua mengekor di belakang. 

Perjuangan mereka akhirnya usai kala ketiga orang tersebut berhasil sampai di pinggir jalan, tempat di mana kejadian tabrakan maut terjadi beberapa saat lalu. 

Suasana di sekitar tampak cukup ramai. Gita segera dituntun oleh seorang perempuan dewasa berjilbab lebar yang membawanya ke warung di seberang jalan. Tak lama kemudian pria muda yang menggendong Kris pun tiba di warung tersebut dan meminta bantuan pada seorang pria lainnya untuk melepaskan ikatan dari tubuhnya. 

Related chapters

  • The Stalker   Ungkapan Cinta

    TS 07 Verda kembali membuka mata. Memperhatikan sekeliling dengan sedikit bingung, kemudian mengusap peluh di dahi dan lehernya dengan tangan sembari mengatur napasnya yang agak memburu. Hendra mengurai rangkulan dan memandangi Verda dengan lekat. Tangannya bergerak mengusap punggung gadis itu dan berharap bisa sedikit membantu agar Verda lebih tenang. "Neng, kamu lihat apa?" tanya Tris yang ternyata sudah berdiri di sebelah kiri Verda. "Biarkan Verda menenangkan diri dulu, Tris," ujar Hendra. "Oh iya, sorry. Aku cuma penasaran dengan apa yang dia lihat." Tris menggaruk-garuk kepala seraya tersenyum tipis. Dalam hati dia merutuki diri karena kurang pandai menahan rasa sabar. Ketiga pasang mata itu memperhatikan Verda yang masih menenangkan diri. Kala perempuan berparas menawan itu hendak melangkah, Hendra terus memegangi dan mengikuti arah tujuan Verda. Tris dan Nindy mengekor.

  • The Stalker   Titik Petunjuk

    TS 08 "Ver, bangun euy!" Suara seorang perempuan berteriak dari depan pintu dan diiringi ketukan nyaris tanpa henti. Verda segera bangkit karena menyadari bahwa itu adalah suara milik mamanya, Sita. "Ver!" Suara itu kembali memanggil dan kali ini mengganti ketukan dengan gedoran di pintu. "Iya, Ma!" balas Verda dengan berteriak pula. "Buruan mandi, habis itu temenin mama ke pasar." "Iya." Sesaat hening. Verda menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Merasa lega bahwa mamanya telah beranjak pergi karena suaranya pun menghilang. Beberapa belas menit kemudian, Verda keluar dari kamar dan langsung dipelototi oleh sang mama, yang tengah duduk bersama Vika dan Reno di ruang makan. Revi tengah terlelap di kereta bayi yang berada di ujung kiri meja makan. "Ayo, buruan sarapannya. Kalau kesiangan ke pasarnya itu suka kehabisan stok," pinta Sita sembari menuangk

  • The Stalker   Linking

    Bunyi alat medis menjadi satu-satunya suara yang terdengar di ruangan ICU tempat Kris dirawat. Pria yang kembali koma itu tampak sangat pucat. Sementara Henny, Tris, Verda dan Reno yang tengah memerhatikannya tak bisa menutupi rasa was-was dan terpancar di wajah masing-masing.Mereka berempat yang berada di balik jendela besar, hanya bisa berdoa dalam hati agar kondisi Kris bisa stabil kembali.  Sebetulnya, kondisinya yang akan kembali memburuk sudah diprediksi oleh tim dokter yang menangani pria periang tersebut. Hantaman dahan yang keras, mengakibatkan kerusakan otak. Masih beruntung Kris tidak amnesia, tetapi kondisinya yang sewaktu-waktu bisa drop itulah yang memprihatinkan. Jutaan kata andai berkelebat di benak Tris. Sebagai saudara kembar, pria berlesung pipi dua itu merasa menyesal karena kurang dekat dengan Kris yang disebabkan oleh kesibukan masing-masing. Keduanya memang berjibaku untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Sek

  • The Stalker   Harry Potter

    10Sepasang mata tidak terlalu besar milik Verda memerhatikan keenam ekor burung berbeda ukuran, yang balas menatapnya penuh tanya. Perempuan yang kali ini mengepang satu rambutnya itu mencoba membuka indra keenamnya, agar bisa berbicara dengan hewan. Banyak orang beranggapan bahwa indigo ataupun orang-orang yang memiliki kemampuan untuk berbicara dengan hewan adalah sesat atau bersekutu dengan setan. Akan tetapi, Verda tidak memedulikan hal itu. Bagi Verda, sepanjang dia menggunakan kemampuan untuk menolong sesama, maka itu adalah hal yang baik. Masalah mau dibilang sesat ataupun berbagai julukan negatif dari orang lain, dia tidak peduli. "A', yang bulunya banyak biru itu namanya siapa?" tanya Verda sambil menunjuk burung Nuri yang badannya paling besar dibandingkan yang lainnya. "Harry Potter," jawab Tris. "Wuidih, keren amat!" Verda menyunggingkan senyuman lebar. "Ayah sangat senang nonton film fantasi

  • The Stalker   Pembaca Pikiran

    TS 11"Mungkin mereka tamu rumah sebelah," ujar Tris, meskipun dalam hati dia meragukan ucapan sendiri. "Masa tamu nggak turun?" tanya Verda sembari mengerutkan dahi. "Atau nunggu orang?" "Udah lama di situ, nggak gerak-gerak dari aku selesai salat." Tris tampak berpikir selama beberapa detik, kemudian beranjak ke pintu dan membuka benda besar bercat putih tersebut sebelum melangkah ke luar. Verda mengekori sambil memegangi ujung kaus hijau tua yang dikenakan Tris.Tiba-tiba mobil langsung meluncur, dan hal itu membuat kecurigaan Verda bertambah besar, demikian pula dengan Tris. Kedua orang tersebut saling beradu pandang selama beberapa saat, sebelum akhirnya sana mengangkat bahu dan kembali memasuki rumah. "Neng, mau makan di sini atau di rumah sakit?" Tris mengulangi lagi pertanyaannya, sesaat setelah mereka tiba di ruang makan. "Di sana aja, A'. Kasian ibu kalau kelamaan nungguin kita." 

  • The Stalker   Pengintai

    TS 12Derap langkah bergema di lorong panjang rumah sakit yang sepi. Beberapa kali terdengar omelan Verda bila melihat kelebatan makhluk tak kasatmata yang sepertinya memang sengaja nongkrong di sepanjang koridor untuk mengganggu orang yang melintas. Verda merapatkan tubuh ke samping kiri Tris yang segera merangkul pinggangnya seraya tersenyum. Pria berjaket jin hitam itu kian melebarkan senyuman ketika Verda mengomeli sosok-sosok tak terlihat yang berulang kali hendak menggapainya. "Cuekin aja," ucap Tris. "Udah, tapi pada ngikutin itu," sahut Verda sambil menoleh ke belakang. "Lama-lama kulemparin batu nih!" desisnya sembari berhenti dan merunduk. Menggapai batu berukuran kecil yang berada di pinggir koridor yang digunakan sebagai penutup aneka dedaunan. Verda berdiri dan merapal mantra yang pernah diajarkan oleh neneknya yang juga seorang indigo. Dengan sekuat tenaga dia melempar beberapa batu itu ke belakang dan berhasil

  • The Stalker   Identitas

    TS 13Suara ribut-ribut disertai dengan kemunculan beberapa orang dari depan blok sontak mengejutkan Tris. Pria berambut cepak itu berdiri bertepatan dengan pukulan keras orang-orang tersebut ke mobil SUV hitam yang berada tidak jauh dari rumah keluarga Verda. Tris segera menghampiri, sementara Verda justru berbalik arah dan keluar bersama dengan Sita yang membawa sapu. Ketika kedua perempuan berbeda usia itu tiba di depan mobil, para pria di sekitar seketika terdiam dan menunggu apa yang akan dilakukan oleh kedua perempuan tersebut."Turun!" sergah Sita sambil memelototi pengemudi yang masih diam di tempat. "Kubilang turun!" bentaknya sambil memukul bagian depan mobil dengan sapu. Sang pengemudi terkesiap. Dia beradu pandang dengan kedua rekannya yang sama-sama bingung. Sesaat suasana hening, sebelum sopir menggertakkan gigi dan hendak menekan pedal gas. Prang! Kaca di bagian pengemudi tiba-tiba pecah dan satu tang

  • The Stalker   Kekuatan Meningkat

    TS 14Sentuhan lembut di lengan kanan menjadikan Tris terbangun. Seraut wajah cantik yang disertai senyuman manis tampak sangat dekat dengannya. Tris mengerjap-ngerjapkan mata kemudian memaksakan sudut bibirnya agar melengkungkan senyuman. "Udah hampir jam setengah enam dan Aa' belum salat," ucap Verda yang dibalas anggukan oleh Tris. "Mau sekalian mandi? Kuambilin handuk," tawarnya. "Hu um." Tris tidak berani membuka mulut karena takut bau naga keluar dan akan membuat Verda mabuk. Gadis berambut panjang itu berdiri dan jalan ke lemari. Membuka benda dari bahan jati asli dan mengambil handuk putih di tumpukan teratas. Sejenak dia mengamati susunan pakaian milik Varren itu sebelum akhirnya mengambil satu kaus biru tua dan menutup pintu. "Ini handuknya, dan ini kaus Varren. Pake aja, dijamin bersih," tukas Verda sambil mengulurkan kedua benda itu pada Tris yang tengah beranjak duduk. "Hu um," sahut pria itu, tetapi t

Latest chapter

  • The Stalker   Ada Yang Ngikut

    TS 28Hari berganti menjadi minggu. Kondisi Kris masih belum ada perubahan. Meskipun dia sudah bisa menanggapi pembicaraan dengan menggerak-gerakkan kelopak mata ataupun jemari, tetapi Kris masih belum sanggup menyatukan jiwanya ke raga. Tris yang telah berhasil menggadaikan tanah kebun pada Edi, bisa bernapas sedikit lega karena berhasil melunasi biaya pengobatan akangnya, sekaligus tabungan untuk beberapa bulan mendatang. Untuk biaya hidup sehari-hari, Tris mencari tambahan dengan menjadi sopir taksi online saat ada waktu senggang. Seperti hari itu. Seusai salat Subuh, Tris membersihkan mobilnya di pekarangan. Selanjutnya dia mandi dan berganti pakaian. Tris menyempatkan diri menikmati sarapan yang disiapkan sang bibi. Baru kemudian dia melangkah ke luar dan memasuki mobil. Belasan menit berlalu, Tris tiba di sebuah perumahan kelas menengah. Dia berhenti di depan pagar sebuah rumah dua lantai bercat krem. Seorang perempuan muda bermata sipit keluar dengan didampingi kedua pria be

  • The Stalker   Kangen

    TS 27Hari pertama masuk kerja merupakan hal yang menyebabkan Tris deg-degan. Namun, kekhawatirannya akan rekan-rekan baru ternyata tidak beralasan. Hampir semuanya bersikap ramah, walaupun mereka baru bertemu. Tris duduk di kursi area khusus staf dan menyalakan laptopnya. Seorang pria berkacamata yang merupakan asisten Reno menghampirinya dan memberikan berkas-berkas yang menjadi tugas Tris. Pria berkemeja putih yang bernama Adam, menerangkan berbagai hal yang dulunya adalah tugasnya dan sekarang dilimpahkan pada Tris. Selama beberapa jam berikutnya Tris fokus bekerja. Dia mengoptimalkan semua kemampuan otak yang sudah hampir setahun tidak digunakan, terutama setelah dia terkena perampingan karyawan di perusahaan lama. Menjadi sopir taksi online merupakan jalan singkat bagi Tris agar bisa terus mendapatkan penghasilan. Akan tetapi, setelah Kris koma, pendapatan sebagai sopir taksi habis untuk biaya hidup sehari-hari. Satu demi satu harta warisan dijual demi membiayai pengobatan Kr

  • The Stalker   Kemungkinan Terburuk

    TS 26Langit senja telah turun ketika kedua mobil memasuki pekarangan rumah milik orang tua Verda dan Varen. Semua penumpang turun dan mengeluarkan barang-barang dari belakang, kemudian mengangkatnya ke teras. Pintu terbuka dan Sita keluar. Perempuan berusia lima puluh dua tahun menyunggingkan senyuman saat menyambut kedua anaknya beserta sang menantu. Sita menepuk-nepuk pundak Tris saat pria muda itu menyalaminya dengan takzim. "Masuklah, Ibu udah nyiapin puding dan es buah," tutur Sita. "Aku pikir Ibu nyiapin gulai ikan," sahut Varen sembari merangkul pundak sang ibu yang hanya sebatas dadanya. "Ada, itu lauk untuk makan malam. Sekarang makan yang dingin-dingin dulu," jawab Sita sebelum berhenti dan menoleh ke belakang. "Tris, ikut makan di sini, ya. Ayah mau ngomong sesuatu sama kamu," ajaknya yang membuat Tris tertegun sebelum mengangguk. Sesampainya di ruang tengah, Reno hendak mencium anaknya, tetapi didorong Vika yang meminta suaminya mencuci tangan dan wajah terlebih dahu

  • The Stalker   Mari Kita Bercerai

    TS 25Dua buah mobil berbeda jenis dan warna melesat keluar dari pekarangan rumah di daerah Lembang. Yahya dan Ali memandangi hingga kedua kendaraan menghilang di kejauhan. Kemudian mereka memasuki rumah dan mengemasi barang-barang. "Ditumpuk aja, Li. Minggu depan Non Verda dan teman-teman mau kembali ke sini," ucap Yahya pada sang putra yang tengah menggulung kasur di kamar paling belakang. "Semuanya datang?" tanya Ali sembari melanjutkan aktivitas. "Katanya sih nggak. Cuma Non, Den Tris, Den Reno dan Den Varen. Kalau Mas Hendra dan yang lainnya belum pasti. Mereka udah sering cuti, nanti bisa kena surat peringatan." "Yah, aku penasaran. Siapa orang yang mengintai di kebun waktu itu." Yahya tidak langsung menjawab. Dia menghentikan gerakan dan keluar kamar. Ali mengekori ayahnya dan duduk di kursi ruang tamu. Pria yang lebih muda mengamati lelaki paruh baya yang tengah berpikir sambil melipat tangan di depan dada. "Awalnya Ayah pikir itu si Jaya. Dia kan suka mancing sampai mal

  • The Stalker   Orang Bayaran

    TS 24Kabut yang menggantung di pepohonan menjadi pemandangan pertama yang terlihat di seputar area bangunan besar di tanah luas. Sekeliling tempat ditutupi rerimbunsn pepohonan hingga sulit bagi matahari menembus dengan sinarnya. Titik dingin yang masih sama dengan kemarin malam membuat penghuni rumah enggan beraktivitas di luar. Mereka hanya melakukan kegiatan di dapur dan ruang tengah. Selebihnya membetahkan diri di kamar. Seorang perempuan berambut sepundak berdiri di depan jendela yang terbuka lebar. Kedua tangannya memegangi jeruji yang menghalangi jendela. Tatapan perempuan berkaus ungu lengan panjang dan kulot senada mengarah pada langit yang tidak terlalu terang. Perempuan bermata sipit menghela napas dalam-dalam dan mengembuskannya secara penuh. Dia melakukan hal itu beberapa kali dan berharap bisa menentramkan hati. Namun, hingga tarikan terakhir kegundahan masih bercokol dan membuatnya kesal. Perempuan berdagu lancip mengingat sosok pria periang yang selalu membuatnya t

  • The Stalker   Orang-orang Kota Penakut

    TS 23Hawa panas di sekitar menyebabkan Verda dan Veren kian mempercepat bacaan doa. Sekali-sekali tangan kanan Verda bergerak memutar membentuk setengah lingkaran ke depan. Sementara Varen mengarahkan telapak tangan kanan ke belakang. Keduanya sama-sama mengamalkan olah napas yang pernah diajarkan Kakek mereka beberapa waktu lampau. Verda membatin bila sepertinya sang kakek sudah memberi isyarat bila dirinya dan Varen akan terlibat penyelidikan kasus. Sebab beberapa bulan lalu kakeknya yang bernama Harso mengatakan bila Verda harus rajin melatih olah napas dan menguatkan batin, terutama dalam menghadapi makhluk tak kasatmata.Pada awalnya Verda mengira Harso mengatakan itu karena dia sering diganggu makhluk-makhluk astral di tempat kerja. Namun, sekarang Verda sadar bila apa yang dikatakan Harso ternyata berhubungan dengan kasus Kris. Verda mengingat-ingat wajah pria tersebut. Entah kenapa dia merasa bila Kris tengah berada di sekitar. Tiba-tiba Verda membuka mata dan memindai seki

  • The Stalker   Paling Temperamental

    TS 22Bunyi binatang malam terdengar nyaring di sekeliling kala kelompok yang dipimpin Hendra tiba di belakang warung milik Yahya. Pria berjaket kulit hitam mengangkat tangan untuk memberi isyarat agar anggotanya berhenti. Setelahnya, Hendra memindai sekitar sebelum memberi kode pada Reno dan Tris agar mendekat."Aku sama Darwis nanti jalan paling depan. Kalian di tengah mengapit Verda. Bima dan Varen jalan paling belakang. Pak Yahya tunggu di sini," bisik Hendra. "Kalau kita semua nyeberang, nanti kalau ada apa-apa nggak ada yang bisa minta bantuan," sambungnya. "Siap," jawab Tris. "Tapi harus ada yang jagain tali, Dra," sela Reno. "Anak dan keponakan Bapak nanti ikut kalian. Ali dan Usep udah nunggu di dalam," sela Yahya sembari menunjuk ke bangunan semi permanen di depan mereka. "Tapi mereka jangan ikut ke bawah, Pak," tutur Hendra. "Justru Usep pengen bantu jadi penunjuk jalan. Dia sering masuk ke situ lewat jalan setapak buat nyari rumput untuk pakan kambing dan sapi," teran

  • The Stalker   Jalan Rahasia

    TS 21Pekatnya malam menyelimuti area pegunungan di sekitar Lembang. Warga sekitar tidak ada satu pun yang keluar dan memutuskan menggelar diri di peraduan ataupun menikmati kopi sambil menonton siaran televisi. Desir angin yang pada awalnya lembut, perlahan berubah mengencang seiring malam yang bertambah larut. Binatang-binatang berlomba-lomba memperdengarkan suara, seolah-olah menyampaikan pada dunia bila merekalah sang pemilik gelap langit. Keheningan suasana terkoyak kala dua mobil memasuki area perkebunan milik kerabat Yahya yang bila ditelusuri akan mengurai jalan tembus menuju belokan tempat kejadian kecelakaan maut yang menimpa Kris dan Gita. Yahya yang menjadi pengantar meminta Hendra berhenti setelah mereka cukup jauh dari pemukiman. Pria parub baya tersebut membuka pintu mobil dan memindai sekitar sebelum menjejakkan kaki ke tanah kering. Satu per satu penumpang keluar dari kedua mobil. Mereka bekerja sama mengeluarkan peralatan yang akan digunakan sebagai penunjang petu

  • The Stalker   Anak Bawang

    TS 20Suasana di kediaman Edi kembali ramai Minggu pagi. Namun, bukan karena acara keluarga, melainkan mereka kedatangan rekan-rekan Tris, Kris dan Hendra yang berniat membantu menjadi tim pendukung. Edi tidak ikut urun saran dan hanya memperhatikan kala Hendra serta Tris bergantian membeberkan rencana mereka pada rekan-rekan yang duduk bersila di ruang tamu. Sita dan Vika, serta Randi yang tengah menggendong Revi, mengamati jalannya rapat. Setelahnya mereka melakukan doa bersama memohon diberikan kelancaran pada tim inti yang akan segera berangkat. Reno, Verda dan Varen bergantian menyalami keluarga mereka. Tris, Hendra, Nindy dan beberapa orang lainnya yang akan bergabung di tim utama juga turut bersalaman. Kemudian mereka keluar bersisian dan memasuki beberapa mobil berbeda jenis dan warna. Tris yang mengemudikan mobil milik Reno, menekan klakson sebelum melaju sebagai mobil pembuka konvoi. Darwis dan pengemudi mobil lainnya menyusul, kemudian berpisah di perempatan jalan. Tris

DMCA.com Protection Status