Beranda / Lain / LORO / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab LORO: Bab 81 - Bab 90

94 Bab

80. Diam membisu

"Apa yang kau sedihkan, Ndok?" tanya mbok Sumi pada bi Lisa yang matanya merah, menahan tangis meski hatinya terasa di remas. "Tidak apa, Mbok." Jawab Bi Lisa tapi matanya kembali menatap ruangan tengah yang ramai. "Mereka tampak seperti orang-orang baik, Ndok. Jadi, jangan terlalu berpikir negatif dan semoga neng Arimbi-mu bisa tertawa bersama mereka saat ia kembali nanti," ucap mbok Sumi sekalipun dalam matanya ada keraguan melihat hanya ada potret-potret Bagas, Maya, Carmen juga orang-orang yang tak ia kenal. Namun, dalam figura-figura yang terpajang dan sengaja dipamerkan itu, tak ada potret gadis kecil dan ibunya yang seperti di kamar Lisa. Bocah kecil yang senyum lebarnya bahkan bisa menghangatkan hati Mbok Sumi.  "Mudah-mudahan, Mbok," ucap bi Lisa menuang sup ke dalam mangkok saji dan menaruhnya di atas meja makan yang sudah penuh terisi. Lalu pamit menemui tiga manusia yang bercanda beg
Baca selengkapnya

81. Masakan dingin tak tersentuh

Papa, selamat ulang tahun ayo makan kuenya sama mama, aku dan papa. Arim sayang sekali pada Papa. jangan bilang mama ya Arim nanti malu. Pura-puralah tak membaca tulisanku ini mas...! selamat ulang tahun, aku ingin mengeluh karena kau sibuk sekali! TAPI tetap jaga kesehatanmu dan jangan kesal kalau aku menarik kupingmu saat kamu pulang telat nanti!! Well, we love you so I forgive you sekalipun kau telat so lets spend time together tonight,  "W- we love you and ... happy birtday ...." Ucap Bagas begitu pelan membaca kartu dalam tangannya yang bergetar. [Kurasa, cinta benar-benar membuat orang buta, bukan?][Jangan salahkan anakku atas keegoisan dan kepengecutanmu!][Pernahkan kau berlaku lembut padanya? pernahkah kau memujinya yang mendapat nilai bagus?] [kau dan keluargamu jalanilah hidup kalian seperti biasa, toh, aku dan putriku sudah biasa tanpa kehadiran kalian] 
Baca selengkapnya

82. Senandung sunyi

"Assalamu'alaikum," salam yang terucap itu terdengar pelan meski tahu tak ada manusia yang akan menjawab.  Bi Lisa yang akhirnya masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang tak bisa tidak menoleh pada majikan barunya, wanita ayu yang mengambil tempat sang pemilik sah. 'Sejak kapan?' Ia bertanya pada diri. Tapi, ia adalah pegawai yang sadar siapa dirinya. Apalagi ia ingin terus bersama Arimbi yang hidupnya pasti akan berubah setelah kembali.  Matanya menatap potret-potret baru yang terpasang di dinding juga figura-figura yang menggantikan potret penuh tawa sang pemilik sah dan putri kesayangannya yang dilukai tapi tak ada penyesalan.  Begitu dalam tarikan nafas bi Lisa yang mengingat Arum Wijaya, majikannya yang terbaring dan akan terus tidur di bangsal dingin ditemani mesin yang menyambung hidup sepanjang waktu. Ia bahkan tak berani membayangkan rasa apa saja yang dirasakan Arum saat mengetahui putri dari
Baca selengkapnya

83. What have you done?

"Kaget, aku!" ucap seorang perawat bertubuh gemuk pada rekannya yang juga berjaga malam ini. "Kenapa, Bu Asri? Jangan bilang ada yang lewat." Kata salah seorang yang membuat perawat lain menatapnya termasuk yang dipanggil bu Asri. "Hush! jangan ngomong begitu, lewat beneran jejeritan nanti kamu." Peringatan terdengar dari wanita yang wajahnya paling tua membuat dua juniornya mengangguk. Begitupun Asri. "Kalau bisa njerit sih lumayan, ya gak, Bu Asri?" "Emangnya apa yang bikin kaget, Bu? Bukannya ibu baru ngecek kamar khusus itu, ya?" "Jangan bilang Bu Asri liat dua model tampan yang selalu nemenin pasien itu!" "Mereka dateng, Bu? Beneran?" Semangat terdengar dari yang paling muda.  "Aku tak pernah berani minta tanda tangan, lho, padahal jarang-jarang bisa ketemu model-model ganteng itu. Ujungnya cuman bisa moto dari jauh, duh, Bu Asr
Baca selengkapnya

84. Siapa selanjutnya?

Suara musik yang menghentak dan lampu berwarna-warni menambah keriuhan dalam lantai dansa yang riuh rendah, diisi manusia-manusia yang menggoyangkan tubuh mereka sesuka hati. Sesekali berpelukan, berkecup mesra, meraba yang ingin diraba, menyentuh yang ingin disentuh. Baik yang disentuh dan yang diraba mau ataupun tidak. Dari pinggir, dua orang sejoli menatap seorang gadis bertubuh sintal yang tampaknya sudah kembali menjadi dirinya sendiri, atau mungkin lebih liar dari sebelumnya, karena ia sama sekali tak marah pada tangan-tangan jahil dan tak sopan yang tampak menggerayangi tubuh moleknya bahkan sesekali memeluk orang asing yang senang saja gadis itu merapatkan tubuh sintalnya seketika. "Did something happen?" tanya Sera sambil menatap sahabatnya di tengah kerumunan manusia. "Bukannya kamu yang sahabatan sama Zizi, Beb." Jawab Ardi merangkul Sera yang mendongak. "Gue emang sahabatnya, Beb, tapi ga
Baca selengkapnya

DIMULAI KEMBALI

Small small bad wolf~She life with a pack of a liar~Small small bad wolf~What she will do when she get older~Small small bad wolf~She smile with innocent smiling face~Small small bad wolf~What she gonna do? What she gonna do~Small small bad wolf~Carefull everyone she come to get you~Small small bad wolf~She life with a pack of liar~Small small bad wolf ~She smile to get you~Small small bad wolf~*Gadis kecil yang langkahnya terlihat ringan itu berjalan digandeng Sabrina, matanya membulat melihat dua pria dewasa yang bahkan tak bisa menahan lari mereka lalu memeluk dan mengangkatnya dalam dekapan rindu disertai kecupan di pipi kenyal nan lembut tanpa bekas tamparan yang sudah tak terlihat lagi.satu minggu terasa begitu lama, Namun setelah melihat gadis kecil kesayangan mereka kembali dengan senyum, Marko dan Ali hanya bisa memeluk Arimbi yang tawanya sudah tak mahal lagi. Rasa syu
Baca selengkapnya

ADA YANG KESAL

"Kok tumben udah balik, Sayang," ucap wanita ayu yang meletakan majalah Fashion saat melihat putrinya masuk dengan wajah kesal. "Den Joe, sedang pergi bersama kakaknya, Bu," jawab pengasuh yang mendapat tatapan tanya dari Maya yang mengangguk paham kenapa wajah putrinya yang keluar dengan semangat kembali dengan wajah kesal."Gak usah cemberut gitu dong, Sayang. nanti kalo Joe udah pulang bisa main lagi, kan?" "Kata Bu Miranda pulangnya malam, Bu. jadi baru besok bisa main lagi.""Oh, jadi karena itu anak mami wajahnya jadi gini?" ucap Maya tersenyum menyentuh kepala Carmen yang masih saja cemberut dengan bibir kecil mengerucut."Aku tuh mau main sama Joe, Mami. tapi malah keduluan sama Seth. Nyebelin banget!" Sungut Carmen tak melihat Maya memberi kode pada pengsuhnya agar membawakan kue stroberi untuk Carmen."Kalau begitu, gimana kalau kamu jalan-jalan sama Mami dan papi, setelah papi pulang nanti?" Carmen menoleh
Baca selengkapnya

IA MASIH SAJA CURIGA

"Apa Ali dan Marko akan membawa Arimbi pulang kerumahnya?"Lency yang berdiri di depan pintu langsung menoleh pada Sani, "apa?" meski sedetik kemudian wajah Lency jadi pucat mengingat rumah Arimbi meski ia belum pernah ke sana."A--Ali sama Marko gak ngomong apa-apa tentang itu," jawab Lency membuat Sani mengangguk. Mengingat hari ini adalah hari sama Ali dan Marko kembali dari Berlin setelah menyelesaikan pekerjaan begitupun Arimbi yang masa perawatannya selesai. Karena sama-sama sibuk, apalagi Ali dan Marko yang jadwalnya dipadatkan sama sekali belum bertukar kata dengannya. "Setidaknya Arimbi sudah kembali, bukan?" ucap Sani saat melihat wajah pucat Lency. Ia jadi merasa tak enak hati melihat wanita yang tadi tertawa bersama Mawardi jadi menunjukan wajah bermasalah. Sani tahu, Marko dan Ali pasti sudah memikirkan banyak hal menyangkut masa depan Arimbi meskipun dalam waktu singkat. Tapi, bagaimanapun juga selain mereka berdua y
Baca selengkapnya

IA MERASA KERDIL

"Karena lebih baik anak itu tidak kembali jika ingin hidupnya tenang "Sera menggigit bibir bawahnya, lalu menatap ke depan. Zizi seperti orang kesetanan yang bahkan menerobos lampu merah, untung saja motor yang pengemudinya berteriak karena kaget ada mobil sport yang melanggar rambu tidak jatuh dan terlindas mobil di belakangnya. Well, tak lagi bertanya tentang Arimbi pada Zizi 'saat ini' adalah hal yang benar untuk dilakukan, mengingat Sera masih menyayangi nyawanya. Lagipula, apa yang telah dan akan dilakukan Zizi pada Arimbi bukanlah urusannya. Ia hanya ingin lebih dekat dengan Sani. Pria yang begitu tak tergoyahkan bahkan mengabaikan dirinya yang sudah menjual murah harga dirinya di depan Sani. 'Kalo gue gak berhasil dapetin Lo, jangan panggil gue Sera!'Hatchi!"Godbless you, Boss," ucap Joyce pada Sany yang bersin lalu menatap sang asisten yang kembali berucap, "palingan ada yang ngomongin Lo, maklum cowok mahal kayak Lo pasti ba
Baca selengkapnya

ARIMBI KITA KEMBALI.

PING: Saya harap bapak tidak lupa dengan uang yang bapak janjikan untuk informasi ini.Entah apa yang kini sedang berkecamuk dalam benak Bagas saat melihat potret Arimbi, putrinya. Ia tampak tidak perduli dengan baris terahir dari pesan yang masuk bertubi-tubi dipenuhi oleh potret Arimbi.Tapi, ia yang sudah berdiri dan siap melangkah, punggungnya terlihat ragu apalagi saat matanya menatap dua pria yang terlihat bahagia di samping Arimbi yang lebar tersenyum Marko dan Ali. Dua lelaki yang wajah bahagianya pasti akan berubah jika ia datang atau bahkan menunjukkan diri.Sampai Bagas menarik nafasnya dalam, begitu dalam. Sementara matanya tak melepas senyum gadis kecil yang akhirnya masuk ke dalam ruang rawat inap yang pintunya dibuka Ali.PING: ini potret terakhir yang bisa saya kirimkan. Saya harap bapak tidak lagi menghubungi saya atau saya akan mendapat masalah karena sudah melanggar kode etik. "Kode etik?" ucap Bagas menarik uj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status