Home / Romansa / Cinta Sagita / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Cinta Sagita: Chapter 101 - Chapter 110

171 Chapters

Doa Ibu

~Doa ibu adalah doa yang tak ternilai harganya~"Pot ini pesanan Pak Samsul, pot yang itu pesanan Pak Amir. Gimana sih? Kamu kebalik Risa.""Kamu yang kebalik Cika. Ini punya Pak Amir bukan punya Pak Samsul."Cika dan Risa sedari tadi terus berdebat. Banyak sekali yang mereka perdebatkan seharian di kebun. Jidan hanya memperhatikan dari jarak yang cukup jauh. Ia hanya bisa menghela napas."Kamu sedang ada masalah ya sama Sagita?" Mama Jidan datang menghampiri anaknya yang wajahnya super gundah gulana itu."Enggak kok Ma. Enggak ada masalah apa-apa sama Sagita.""Ah! Masa? Enggak ada masalah apa-apa, tapi kok Sagita enggak ke kebun beberapa hari ini? Lihat tuh! Cika sama Risa serba kerepotan kalau enggak ada Sagita. Biasa, emang Sagita yang urus sih. Sekarang enggak ada Sagita, semuanya serba ruwet. Emang Sagita ya kemana? Dia enggak sakit, kan?""Enggak Ma. Sagita enggak sakit. Dia cuman ada urusan
Read more

Cerita Versi Danar

~Laki-laki harus berani bertanggungjawab~"Delia, aku dan dia, sama sekali tidak ada kecocokan di antara kami." Danar memulai ceritanya. Sagita mendengarkan cerita itu dengan baik. Baik matanya maupun mata Danar sama-sama menatap ke arah bunga-bunga yang ada di taman belakang rumah sakit.Rumah sakit itu memang tidak terlalu besar. Bukan salah satu rumah sakit ternama juga di kota itu. Namun untungnya, rumah sakit ini memiliki halaman belakang yang luas. Halaman belakang ini yang dimanfaatkan oleh Sagita dan Danar untuk mengurai segala rupa cerita."Tapi, anak itu. Bayi yang bersama Delia, memang benar anak, Mas?" Sagita bertanya sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dipertanyakan. Danar mengangguk pelan."Hari demi hari, kami hanya bertengkar saja. Mas tidak cocok dengan ego Delia yang terlalu tinggi. Wanita itu berusaha mengatur segalanya. Seolah, ialah kepala rumah tangga."Sagita tidak memberi tanggapan. Dia han
Read more

Perdebatan Dengan Sopir Taksi

~Perbuatan yang paling sering disesali adalah mengecewakan orang-orang terdekat~"Mas, Mas Jidan." Sagita mengucapkan nama itu dengan bibir yang kelu."Bukan cuman Kak Jidan Kak. Kami juga ada."Cika dan Risa muncul dari balik tubuh Jidan. Sagita menutup mulutnya dengan tangan. Ia seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya."Kenapa bisa kalian semua ada di sini?""Justru kami yang seharusnya tanya ke kamu Git. Kenapa bisa kamu ada di sini? Di rumah sakit tempat dimana Danar dirawat?""Sagita bisa jelaskan Kak!""Cukup! Enggak ada yang perlu kamu jelaskan Git! Jangan berkilah dan mengatakan kalau kamu tidak menemui Danar. Kami tahu jelas kamu menemui Danar." Jidan berkata dengan nada penuh kecewa."Kak Sagita kenapa sih? Kakak mau disakiti yang kedua kalinya sama Kak Danar?" Risa berkata dengan kesal."Kak Git! Tega ya bohongin Cika. Kakak udah bilang ke Cika kalau K
Read more

Kafe di Pinggir Sungai

~Orang yang selalu berbuat jahat, kebaikannya pasti akan diragukan~Air sungai itu mengalir pelan. Sagita duduk di tepiannya melihat air sungai yang warnanya keruh itu, kuning sebagaimana lazimnya sungai saat musim hujan."Ini pesanannya Mbak!"Seorang pelayan kafe menyajikan minuman yang dipesan Sagita. Kafe itu berada tepat di pinggir sungai. Lokasi yang sangat strategis bagi siapa saja yang butuh ketenangan sesaat. Pengunjung kafe juga tidak terlalu ramai.Sagita merapikan kerudungnya yang tertiup angin sore. Sesekali matanya melihat ke arah pengunjung lain. Sagita tidak tahu, haruskah dia pulang ke rumah atau tidak. Ia masih merasa bersalah pada semuanya."Hanya minum? Apa itu cukup untukmu Sagita?"Sagita menoleh ke arah suara itu. Delia. Wanita itu sudah berdiri di sampingnya. Menggendong bayi yang sedang tertidur pulas."Kamu...""Iya. Ini aku. Sedang mengajak putriku jalan-jalan
Read more

Serahkan Bayi Itu Pada Kami

~Ibu adalah tempat terbaik bagi seorang anak. Tidak ada yang lain yang bisa menggantikannya~Lalu lintas senja itu cukup padat, Sagita memutuskan untuk naik taksi agar bisa kembali ke rumah. Ia takut, Cika dan Risa khawatir akan kondisinya."Macet kenapa ya Pak?" tanya Sagita pada sang sopir taksi."Ada kecelakaan katanya Mbak. Sebuah mobil nabrak pohon. Lah, itu dia tuh? Mobilnya masih dievakuasi. Kayanya korbannya masih di dalem deh. Belum dikeluarin."Sagita melihat ke arah luar. Seketika mata bulatnya terbelalak melihat apa yang ada di depannya. Ia jelas tahu itu mobil siapa. Itu adalah mobil Delia. Delia yang tadi  baru beberapa menit yang lalu keluar dari kafe."Pak saya turun di sini."Sagita segera turun dan berlari menuju ke tempat kecelakaan itu. Mobil Delia rengsek bagian depannya. Sagita menutupi mulutnya karena merasa kaget. Ia seketika teringat jika Delia membawa bayinya. Ia ngeri mem
Read more

Fitnah Kejam

~Tindakan baik itu harus segera dilakukan, jangan sampai kejahatan lebih dulu menikungnya~"Serahkan bayi itu pada kami!" Ibunya Danar merengsek maju. Bapaknya Danar memegangi Sagita membuat Sagita tak berkutik, ibunya Danar merampas dengan paksa bayi yang ada di gendongan Sagita. Sagita menjerit kesakitan. Mereka sangat kasar sekali."Lepaskan! Jangan! Jangan ambil bayi ini. Ini bukan hak kalian. Ini hak ibunya.""Diam kamu Sagita! Kamu jangan sok jadi pahlawan kesiangan. Ini bayi Danar. Kamu jangan sok membela Delia. Dasar wanita tidak tahu diuntung.""Kamu dan suamimu itu yang tidak tahu diuntung Bu. Sudah dibantu namun malah tega menyakiti dan memaksa Sagita seperti ini. Kalian memang tidak pernah berubah."Bruuuk!Sagita terhempas ke atas lantai. Ia gagal mempertahankan bayi yang ada dalam gendongannya. Bayi itu sekarang sudah berada di tangan ibunya Danar. Dengan cepat, ibu dan bapaknya Danar beru
Read more

Nasib Sagita

~Di dunia ini tidak mudah untuk berhadapan dengan yang berduit~"Pak! Ini bayi kita bawa kemana?" tanya Ibunya Danar pada suaminya."Kita jadikan sandera. Lewat bayi ini, kita ancam itu papanya Delia untuk mencabut tuntutan pada Danar. Kalau berhasil. Danar anak kita bisa bebas.""Bapak pintar! Kita bisa tumbalkan itu Sagita. Sukurin dia. Yang penting anak kita Danar selamat dulu.""Iya Bu. Benar itu. Sagita mah tinggal sebatang kara di dunia ini. Kalau dia masuk ke dalam penjara mana ada yang sedih. Beda sama kita. Kalau Danar masuk ke penjara, kita berdua pasti sangat sedih.""Iya Pak. Bapak benar."Kedua orangtua Danar membawa bayi Delia ke tempat yang dimana tidak ada yang tahu tempat itu kecuali mereka. Mereka menganggap bayi itu aman. Padahal bayi itu terus saja menangis sejak tadi. Mereka tidak peduli jika bayi itu butuh asi dari ibunya.Sementara itu, Yoga terlambat datang ke rumah sakit. I
Read more

Menaklukkan Delia

~Kita tidak mau tangan orang yang kita cintai kotor dengan perbuatan jahat. Itu pasti. Sebab cinta murni tidak bersanding dengan kejahatan~Yoga sampai di sebuah rumah sakit dimana tempat Delia dirujuk. Ia bahkan sudah bisa melihat Delia dari kejauhan. Delia diletakkan di sebuah ruangan VIP. Sayangnya Yoga hanya bisa melihat Delia dari kejauhan. Ia tidak diizinkan mendekat dari para pengawal yang menjaga Delia."Pak! Saya ini teman dekatnya Delia. Bapak akan sangat menyesal kalau melarang saya masuk." Yoga berusaha meyakinkan."Saya hanya dititipi pesan seperti itu. Siapapun tidak boleh mendekati ruangan Nyonya Delia. Kamu silakan pergi. Jangan cari masalah di sini."Berkali-kali Yoga mencoba. Berkali-kali juga ia gagal. Yoga kesal sekali, jika tadi dia tidak bisa melewati para polisi yang berjaga, sekarang dia tidak bisa melewati pengawal Delia. Hari ini langkah kakinya benar-benar seperti dibatasi. Yoga benar-benar tidak menyuka
Read more

Mendesak Danar

~Mendesak orang yang bersalah terkadang memang lebih sulit dari yang dibayangkan~Gedubraak!Pintu ruangan rumah sakit itu terbanting dengan keras. Seseorang yang tengah tidur terbangun dan langsung terduduk di dipan rumah sakit yang sedari tadi hanya ditidurinya.Yoga masuk melangkahkan kakinya. Ia melihat seorang teman lama yang entah masih bisa disebut sebagai teman atau tidak. Danar. Ia melihat ke arah Yoga dengan tatapan sinis."Hmmm. Tempat lama datang. Hai kawan. Apa kabar?" Danar bertanya sambil menyunggingkan senyuman. Wajahnya sedikit lebam karena bukan karena luka yang kemarin belum sembuh. Namun, luka yang ditambahi oleh orang suruhan Papanya Delia. Mereka mendesak Danar memberitahu dimana orangtuanya membawa bayi Delia."Diam Danar. Aku ke sini bukan untukmu. Sungguh. Aku bahkan tidak peduli lagi apakah kau masih hidup atau sudah mati. Kau dan kedua orangtuamu sama saja. Sama-sama jago membuat huru-hara."
Read more

Jalan Hidayah

~Di dunia ini, lebih baik jadi orang yang terlalu baik, daripada menjadi orang yang terlalu jahat~Malam itu, Cika dan Risa tidak bisa tidur. Mereka ngeri membayangkan Sagita yang harus tidur di dalam sel penjara. Cika bahkan sampai menangis. Ia menyesal kenapa harus membiarkan Sagita keluar dari dalam taksi saat mereka bertiga menuju ke rumah. Andaikata kala itu Cika dan Risa tidak membiarkan Sagita pergi. Maka Sagita pasti tidak akan bertemu dengan Delia dan tidak akan terlibat dalam situasi rumit seperti sekarang."Kita terlalu bodoh. Kenapa kita tidak langsung memaksa Kak Sagita untuk pulang? Kita keterlaluan.""Sudahlah Cika! Jangan lagi disesali. Tuhan tidak suka dengan hamba-nya yang suka berandai-andai. Andai begini, andai begitu, andai seperti ini, andai seperti itu. Lalu, kenapa tidak sekalian kamu berandai, andai kita tidak ikut dalam kemah di bukit cinta. Pasti semua kerumitan ini tidak akan melibatkan kita."Kedua gad
Read more
PREV
1
...
910111213
...
18
DMCA.com Protection Status