Beranda / Romansa / Cinta Sagita / Cerita Versi Danar

Share

Cerita Versi Danar

Penulis: Rahma Nanda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

~Laki-laki harus berani bertanggungjawab~

"Delia, aku dan dia, sama sekali tidak ada kecocokan di antara kami." Danar memulai ceritanya. Sagita mendengarkan cerita itu dengan baik. Baik matanya maupun mata Danar sama-sama menatap ke arah bunga-bunga yang ada di taman belakang rumah sakit.

Rumah sakit itu memang tidak terlalu besar. Bukan salah satu rumah sakit ternama juga di kota itu. Namun untungnya, rumah sakit ini memiliki halaman belakang yang luas. Halaman belakang ini yang dimanfaatkan oleh Sagita dan Danar untuk mengurai segala rupa cerita.

"Tapi, anak itu. Bayi yang bersama Delia, memang benar anak, Mas?" Sagita bertanya sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dipertanyakan. Danar mengangguk pelan.

"Hari demi hari, kami hanya bertengkar saja. Mas tidak cocok dengan ego Delia yang terlalu tinggi. Wanita itu berusaha mengatur segalanya. Seolah, ialah kepala rumah tangga."

Sagita tidak memberi tanggapan. Dia han
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Sagita   Perdebatan Dengan Sopir Taksi

    ~Perbuatan yang paling sering disesali adalah mengecewakan orang-orang terdekat~"Mas, Mas Jidan." Sagita mengucapkan nama itu dengan bibir yang kelu."Bukan cuman Kak Jidan Kak. Kami juga ada."Cika dan Risa muncul dari balik tubuh Jidan. Sagita menutup mulutnya dengan tangan. Ia seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya."Kenapa bisa kalian semua ada di sini?""Justru kami yang seharusnya tanya ke kamu Git. Kenapa bisa kamu ada di sini? Di rumah sakit tempat dimana Danar dirawat?""Sagita bisa jelaskan Kak!""Cukup! Enggak ada yang perlu kamu jelaskan Git! Jangan berkilah dan mengatakan kalau kamu tidak menemui Danar. Kami tahu jelas kamu menemui Danar." Jidan berkata dengan nada penuh kecewa."Kak Sagita kenapa sih? Kakak mau disakiti yang kedua kalinya sama Kak Danar?" Risa berkata dengan kesal."Kak Git! Tega ya bohongin Cika. Kakak udah bilang ke Cika kalau K

  • Cinta Sagita   Kafe di Pinggir Sungai

    ~Orang yang selalu berbuat jahat, kebaikannya pasti akan diragukan~Air sungai itu mengalir pelan. Sagita duduk di tepiannya melihat air sungai yang warnanya keruh itu, kuning sebagaimana lazimnya sungai saat musim hujan."Ini pesanannya Mbak!"Seorang pelayan kafe menyajikan minuman yang dipesan Sagita. Kafe itu berada tepat di pinggir sungai. Lokasi yang sangat strategis bagi siapa saja yang butuh ketenangan sesaat. Pengunjung kafe juga tidak terlalu ramai.Sagita merapikan kerudungnya yang tertiup angin sore. Sesekali matanya melihat ke arah pengunjung lain. Sagita tidak tahu, haruskah dia pulang ke rumah atau tidak. Ia masih merasa bersalah pada semuanya."Hanya minum? Apa itu cukup untukmu Sagita?"Sagita menoleh ke arah suara itu. Delia. Wanita itu sudah berdiri di sampingnya. Menggendong bayi yang sedang tertidur pulas."Kamu...""Iya. Ini aku. Sedang mengajak putriku jalan-jalan

  • Cinta Sagita   Serahkan Bayi Itu Pada Kami

    ~Ibu adalah tempat terbaik bagi seorang anak. Tidak ada yang lain yang bisa menggantikannya~Lalu lintas senja itu cukup padat, Sagita memutuskan untuk naik taksi agar bisa kembali ke rumah. Ia takut, Cika dan Risa khawatir akan kondisinya."Macet kenapa ya Pak?" tanya Sagita pada sang sopir taksi."Ada kecelakaan katanya Mbak. Sebuah mobil nabrak pohon. Lah, itu dia tuh? Mobilnya masih dievakuasi. Kayanya korbannya masih di dalem deh. Belum dikeluarin."Sagita melihat ke arah luar. Seketika mata bulatnya terbelalak melihat apa yang ada di depannya. Ia jelas tahu itu mobil siapa. Itu adalah mobil Delia. Delia yang tadi baru beberapa menit yang lalu keluar dari kafe."Pak saya turun di sini."Sagita segera turun dan berlari menuju ke tempat kecelakaan itu. Mobil Delia rengsek bagian depannya. Sagita menutupi mulutnya karena merasa kaget. Ia seketika teringat jika Delia membawa bayinya. Ia ngeri mem

  • Cinta Sagita   Fitnah Kejam

    ~Tindakan baik itu harus segera dilakukan, jangan sampai kejahatan lebih dulu menikungnya~"Serahkan bayi itu pada kami!" Ibunya Danar merengsek maju. Bapaknya Danar memegangi Sagita membuat Sagita tak berkutik, ibunya Danar merampas dengan paksa bayi yang ada di gendongan Sagita. Sagita menjerit kesakitan. Mereka sangat kasar sekali."Lepaskan! Jangan! Jangan ambil bayi ini. Ini bukan hak kalian. Ini hak ibunya.""Diam kamu Sagita! Kamu jangan sok jadi pahlawan kesiangan. Ini bayi Danar. Kamu jangan sok membela Delia. Dasar wanita tidak tahu diuntung.""Kamu dan suamimu itu yang tidak tahu diuntung Bu. Sudah dibantu namun malah tega menyakiti dan memaksa Sagita seperti ini. Kalian memang tidak pernah berubah."Bruuuk!Sagita terhempas ke atas lantai. Ia gagal mempertahankan bayi yang ada dalam gendongannya. Bayi itu sekarang sudah berada di tangan ibunya Danar. Dengan cepat, ibu dan bapaknya Danar beru

  • Cinta Sagita   Nasib Sagita

    ~Di dunia ini tidak mudah untuk berhadapan dengan yang berduit~"Pak! Ini bayi kita bawa kemana?" tanya Ibunya Danar pada suaminya."Kita jadikan sandera. Lewat bayi ini, kita ancam itu papanya Delia untuk mencabut tuntutan pada Danar. Kalau berhasil. Danar anak kita bisa bebas.""Bapak pintar! Kita bisa tumbalkan itu Sagita. Sukurin dia. Yang penting anak kita Danar selamat dulu.""Iya Bu. Benar itu. Sagita mah tinggal sebatang kara di dunia ini. Kalau dia masuk ke dalam penjara mana ada yang sedih. Beda sama kita. Kalau Danar masuk ke penjara, kita berdua pasti sangat sedih.""Iya Pak. Bapak benar."Kedua orangtua Danar membawa bayi Delia ke tempat yang dimana tidak ada yang tahu tempat itu kecuali mereka. Mereka menganggap bayi itu aman. Padahal bayi itu terus saja menangis sejak tadi. Mereka tidak peduli jika bayi itu butuh asi dari ibunya.Sementara itu, Yoga terlambat datang ke rumah sakit. I

  • Cinta Sagita   Menaklukkan Delia

    ~Kita tidak mau tangan orang yang kita cintai kotor dengan perbuatan jahat. Itu pasti. Sebab cinta murni tidak bersanding dengan kejahatan~Yoga sampai di sebuah rumah sakit dimana tempat Delia dirujuk. Ia bahkan sudah bisa melihat Delia dari kejauhan. Delia diletakkan di sebuah ruangan VIP. Sayangnya Yoga hanya bisa melihat Delia dari kejauhan. Ia tidak diizinkan mendekat dari para pengawal yang menjaga Delia."Pak! Saya ini teman dekatnya Delia. Bapak akan sangat menyesal kalau melarang saya masuk." Yoga berusaha meyakinkan."Saya hanya dititipi pesan seperti itu. Siapapun tidak boleh mendekati ruangan Nyonya Delia. Kamu silakan pergi. Jangan cari masalah di sini."Berkali-kali Yoga mencoba. Berkali-kali juga ia gagal. Yoga kesal sekali, jika tadi dia tidak bisa melewati para polisi yang berjaga, sekarang dia tidak bisa melewati pengawal Delia. Hari ini langkah kakinya benar-benar seperti dibatasi. Yoga benar-benar tidak menyuka

  • Cinta Sagita   Mendesak Danar

    ~Mendesak orang yang bersalah terkadang memang lebih sulit dari yang dibayangkan~Gedubraak!Pintu ruangan rumah sakit itu terbanting dengan keras. Seseorang yang tengah tidur terbangun dan langsung terduduk di dipan rumah sakit yang sedari tadi hanya ditidurinya.Yoga masuk melangkahkan kakinya. Ia melihat seorang teman lama yang entah masih bisa disebut sebagai teman atau tidak. Danar. Ia melihat ke arah Yoga dengan tatapan sinis."Hmmm. Tempat lama datang. Hai kawan. Apa kabar?" Danar bertanya sambil menyunggingkan senyuman. Wajahnya sedikit lebam karena bukan karena luka yang kemarin belum sembuh. Namun, luka yang ditambahi oleh orang suruhan Papanya Delia. Mereka mendesak Danar memberitahu dimana orangtuanya membawa bayi Delia."Diam Danar. Aku ke sini bukan untukmu. Sungguh. Aku bahkan tidak peduli lagi apakah kau masih hidup atau sudah mati. Kau dan kedua orangtuamu sama saja. Sama-sama jago membuat huru-hara."

  • Cinta Sagita   Jalan Hidayah

    ~Di dunia ini, lebih baik jadi orang yang terlalu baik, daripada menjadi orang yang terlalu jahat~Malam itu, Cika dan Risa tidak bisa tidur. Mereka ngeri membayangkan Sagita yang harus tidur di dalam sel penjara. Cika bahkan sampai menangis. Ia menyesal kenapa harus membiarkan Sagita keluar dari dalam taksi saat mereka bertiga menuju ke rumah. Andaikata kala itu Cika dan Risa tidak membiarkan Sagita pergi. Maka Sagita pasti tidak akan bertemu dengan Delia dan tidak akan terlibat dalam situasi rumit seperti sekarang."Kita terlalu bodoh. Kenapa kita tidak langsung memaksa Kak Sagita untuk pulang? Kita keterlaluan.""Sudahlah Cika! Jangan lagi disesali. Tuhan tidak suka dengan hamba-nya yang suka berandai-andai. Andai begini, andai begitu, andai seperti ini, andai seperti itu. Lalu, kenapa tidak sekalian kamu berandai, andai kita tidak ikut dalam kemah di bukit cinta. Pasti semua kerumitan ini tidak akan melibatkan kita."Kedua gad

Bab terbaru

  • Cinta Sagita   Sebuah Pernikahan

    ~Setiap cerita selalu memiliki akhir, entah itu akhir yang menyenangkan atau menyedihkan. Apapun akhir ceritanya, sebuah cerita tetaplah cerita. Itu adalah alur terbaik untuk setiap tokohnya~Gaun putih itu memang cantik. Namun tetap saja kecantikannya bertambah berkali-kali lipat karena digunakan oleh Sagita. Risa dan Cika juga tidak kalah cantik, mereka ada di barisan paling depan sebagai pagar ayu. Di sisi seberang sana juga tidak kalah luar biasanya. Ada pagar bagus yang dipimpin oleh Dino dan Doni. Ini adalah hari pernikahan Sagita dan Jidan.Pernikahan mereka memang sempat tertunda selama beberapa Minggu hingga Sagita benar-benar bisa pulih. Namun begitu bisa pulih, Sagita dan Jidan langsung menyelenggarakan pernikahan di kebun milih Jidan."Kamu cantik Sagita." Jidan berbisik pada Sagita yang ada di sebelahnya. Mereka sesaat lagi akan sah menjadi suami istri. Tuan penghulu sudah ada di depan Jidan dan siap menjabat tangan Jidan. Jidan

  • Cinta Sagita   Jangan Ada Pembunuh

    ~Dosa paling mengerikan yang dilakukan manusia adalah membunuh sesamanya sendiri~"Sagita..." Jidan memanggil Sagita. Sagita berusaha untuk membuka matanya pelan-pelan. Bagaimanapun ceritanya obat bius itu masih bekerja. Sagita melihat Jidan di depannya, dengan senyum mengembang dan mata yang berkaca-kaca."Kak," Sagita berkata lemah.Yoga, Dino dan Doni menarik napas lega. Satu kabar baik terbit. Sagita sudah sadar dan dokter bilang jika ia akan baik-baik saja. Hanya saja memang Sagita butuh waktu untuk bisa pulih."Terima kasih banyak Sagita. Terima kasih banyak kamu sudah bertahan." Jidan berkata pada Sagita sambil menatap mata Sagita lekat-lekat. Sungguh pandangan mata itu sangat romantis."Apa aku ada di surga?" Sagita bertanya pada sekitarnya."Ini masih di dunia Sagita. Ini masih di dunia. Ini masih di dunia yang sama tempat dimana orang-orang tega memperlakukan kamu dengan kejam. Walau aku berusaha me

  • Cinta Sagita   Cahaya Terang

    ~Dalam gelap sekalipun akan tetap ada cahaya harapan walau hanya setitik~Gelap, Sagita hanya melihat gelap, tidak ada cahaya sama sekali. Ia hanya bisa mendengar duru napas dan detak jantungnya. Sagita pasrah, ia merasa mungkin kini ia telah mati. Ia merasa jika ia hanya tinggal mendengar malaikan Izrail berseru. Benar saja, beberapa saat kemudian, Sagita melihat cahaya putih. Cahaya itu terang dan terasa lembut mengenai mata, tidak menyilaukan sama sekali. Cahaya itu mendekati Sagita, seolah punya kaki. Lalu cahaya terang tersebut menggumpal dan membentuk wajah dan tubuh manusia. Sagita menarik napas dalam-dalam. Ia seperti itu wajah siapa."Ayah, Ibu." Sagita memanggil nama itu. Cahaya itu menjelma menjadi wajah ayah dan ibunya Sagita. Kedua cahaya itu saling pandang dan lalu merentangkan tangannya ke arah Sagita. Sagita tersenyum dan berusaha untuk bangkit menyambut cahaya itu. Sudah lama ia menahan rindu pada ayah dan ibunya. Sudah lama seka

  • Cinta Sagita   Kolam Darah

    ~Manusia dari zaman ke zaman tetap seperti itu tabiatnya, mereka saling menyakiti satu sama lain~Rumah itu cek. Jidan, Yoga dan yang lain memerika rumah itu dengan cermat. Hancur hati Jidan begitu melihat ada darah di lantai. Ia ngeri membayangkan bagaimana jika ternyata itu adalah darah Sagita."Jendela ini dibuka paksa dari luar. Itu artinya Sagita pasti melarikan diri lewat jendela ini. Hei, mereka menemukan jejak di sebalah sana. Ayo kita ikuti jejak itu dan mulai mencari dimana keberadaan Sagita. Kalian jangan ada yang tangan kosong. Bawa minilam pisau. Dan jangan jauh-jauh dari polisi karena mereka punya senjata. Kita tidak pernah tahu apa yang dibawa oleh Danar. Bisa jadi Danar memiliki senjata api. Dan itu bisa membahayakan kita semua. Kamu juga jangan gegabah Jidan. Jangan karena menuruti rasa khawatir kamu lalu kamu jadi lemah." Yoga memberikan pengarahan panjang lebar. Dan semua orang segera menuju ke arah jejak yang dikatakan oleh Yo

  • Cinta Sagita   Sepeda Gunung

    ~Menyelamatkan seseorang dari bahaya adalah sebuah kebaikan besar~Hujan deras turun disertai angin kencang. Hal ini membuat perjalanan Jidan dan semua tim penyelamat untuk Sagita benar-benar terhambat. Yoga mau tidak mau bahkan harus mengurangi kecepatan mobilnya. Apalagi saat ini mereka melalui jalan yang berkelok-kelok dan kanan kirinya berbatasan dengan jurang."Kita harus lebih cepat Yoga." Jidan mendesak."Lebih cepat bagaimana? Mobil Doni yang ada di depan kita saja mengurangi kecepatan. Kamu enggak liat apa hujan segini derasnya? Jarak pandang terbatas Jidan. Kita memang akan menyelamatkan Sagita tapi bukan berarti kita yang jadi tidak selamat. Tenanglah!""Bagaimana aku bisa tenang membayangkan Sagita kehujanan di luar sana. Dengan hujan sederas ini dan tanpa tahu apa yang sedang ia hadapi sekarang. Bagaimana aku bisa tenang?""Ya Tuhan, kenapa jadi seperti ini? Apa hikmah di balik ini semua ya Allah. Per

  • Cinta Sagita   Tembak Menembak

    ~Mau tidak mau, suka tidak suka, rasa luka memang sakit~Danar mendengar suara panggilan dari bapak dan ibunya. Ia menuju ke sumber suara itu. Dan mendapati bapak dan ibunya yang tengah ketakutan. Danar justru menggelengkan kepala. Melihat ada Danar di bawah sana, Sagita semakin takut. Ia berpegangan dengan erat pada batang pohon dengan kuat."Pak Bu. Ngapain di sini? Kenapa malah cuman duduk, bukan malah bantu Danar cari Sagita. Apaan sih? Kalian enggak mau Sagita cepat ketemu apa?""Aduh Danar. Bapak ini bukan enggak mau bantu kamu. Kami tentu mau bantu kamu. Tapi lihat cuaca saat ini! Kamu lihat tidak. Hujan akan turun. Kita belum tentu bisa menemukan Sagita. Justru sebaliknya, kita bahaya saat ada di hutan hujan deras begini. Kita sebaiknya balik ke rumah Nak. Itu saran Bapak.""Apa? Balik tanpa hasil? Tidak Pak. Buruanku masih ada di luar sini. Justru cuaca yang seperti ini sangat menguntungkan kita. Sagita tidak akan b

  • Cinta Sagita   Ketakutan Orangtua Danar

    ~Berdoalah untuk kebaikan jangan untuk kejahatan~"Seberapa genting situasinya?" Yoga bertanya pada Jidan."Tadi Doni menjelakan. Katanya mereka dikejar dengan senjata dan orang yang mengejar mereka adalah Danar. Jelas sudah jika prediksi kita benar, Danar bedebah itu adalah dalang dari semuanya.""Apa aku bilang Jidan? Tidak mungkin salah lagi. Jadi apa si Arif temannya Doni itu bisa kembali dihubungi?""Tidak. Handphonennya mati.""Ah, sial. Mereka mungkin sengaja mematikan handphonenya karena sedang bersembunyi atau apa. Apa temannya Doni sendiri?""Iya. Dia sendiri. Terpisah dari rombongannya.""Hmmm. Mereka harus bertahan sendiri. Kita akan butuh waktu untuk bisa sampai ke sana tepat waktu. Tempat itu cukup jauh Jidan. Danar terlalu pintar mencari tempat yang susah dijangkau. Belum lagi kita harus jalan kaki ke dalamnya."Jidan mengangguk. Perjalanan mereka memang akan sangat

  • Cinta Sagita   Sebuah Pisau Kecil

    ~Siapkan senjata terbaikmu, saat berada dalam bahaya~Danar berang. Tadi begitu tahu Sagita sudah tidak di tempatnya ia segera membangunkan ibu dan bapaknya. Danar merasa kecolongan. Ia tahu jika Sagita tidak mungkin bisa lolos sendiri. Siapapun yang membanti Sagita bagi Danar harus diberi pelajaran."Haduh bagaimana ini Danar? Kenapa bisa kita kecolongan? Siapa yang membantu Sagita? Kok bisa anak itu keluar dari rumah bahkan tanpa kita tahu? Pasti sudah ada yang bantu? Apa Jidan yang menemukan? Apa Yoga? Apa jangan-jangan polisi?""Tenanglah Bu. Kita harus mencari. Ibu dan Bapak ke arah sana dan saya akan cari ke arah sana. Kita harus menemukan Sagita. Siapapun yang membantu Sagita, tampaknya dia sendirian. Buktinya dia tidak berani menyerang kita dan hanya fokus menyelamatkan Sagita. Tapi kita harus waspada, sepertinya dia punya senjata atau bahkan sesuatu yang bisa dibuat untuk menghajar kita. Lihat saja dia bisa dengan mudah

  • Cinta Sagita   Arif yang Baik

    ~Terkadang orang asing juga bersedia membntu~"Dino, bangun, bangun Dino!" Doni membangunkan Dino yang sedang tertidur lelap. Dino yang merasa sangat mengantuk dan lelah karena mencari Sagita seharian tersentak mendengar jeritan dari Doni."Ada apa Don? Ada apa? Ada gempa? Kebakaran? Atau apa? Hah? Ada apa?""Kak Sagita. Arif menemukan Kak Sagita. Kita harus ke sana. Ke tempat mereka. Cepat, Din.""Arif? Arif mana? Arif siapa? Hah?""Arif. Teman aku yang polisi hutan itu. Dia menemukan Sagita di hutan. Di salah satu rumah yang ada di hutan. Katanya kondisinya cukup mengenaskan.""Apa? Mengenaskan? Tapi Kak Sagita masih hidupkan?""Masih. Masih hidup. Tapi lemah. Mungkin sudah lebih dulu disiksa. Kita harus segera memberi kabar ini pada Kak Jidan, Risa dan yang lainnya. Jadi ayo kamu harus bangun. Kita harus bergerak cepat."Doni langsung menuju ke garasi mobil. Dino ke kamar mandi

DMCA.com Protection Status