Beranda / Romansa / THE HEIR / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab THE HEIR: Bab 31 - Bab 40

57 Bab

Pengkhianat

-31- Hari sudah sore ketika Theo dan Nadine tiba di rumah. Keduanya disambut dengan tatapan penuh curiga sang ibu, sekaligus omelan Bu Ida karena Nadine tidak mengindahkan larangannya untuk tidak keluyuran.Perempuan muda itu dengan cepat merangkul pundak calon mertuanya itu sambil mengajak Bu Ida masuk ke ruang keluarga, tempat di mana anggota keluarga lainnya tengah berkumpul dan menonton televisi. Theo menyusul sambil membawa satu kantung plastik yang berisi dua dus martabak telur. Tania dan Evan langsung bersukacita saat sang kakak meletakkan plastik tersebut di atas lantai. Tanpa sungkan keduanya membuka tutup dus dan berebutan mengambil bagian masing-masing. "Elsa langsung pulang, ya?" tanya Nadine sambil mendudukkan diri di sebelah Tania. "Iya, ada urusan lain tadi, katanya," sahut Tania sambil mengunyah kudapan rasa gurih dan asin tersebut. "Tadi dia nitipin pesan, Cici bisa langsung masuk ke kontrakan karena k
Baca selengkapnya

Pangeran Tampan

-32- Wajah pria dewasa yang sudah mendekati usia paruh baya itu tampak tegang. Sesekali dia menyeka bulir peluh di wajah dengan saputangan motif kotak-kotak, yang sudah basah sejak tadi. Demikian pula dengan kerah kemeja merah dan bagian lipatan ketiak, kentara sekali bila tubuhnya sudah bermandikan keringat. Nadine dan Santi menatap tajam wajah bulat sang pria bertubuh gemuk itu. Sementara Theo dan Evan mengawasi dari meja sebelah, berjaga-jaga jika pria bernama Mario itu akan melakukan tindakan frontal pada kedua perempuan di hadapannya. "Maaf, Mbak Nadine. Saya ... benar-benar kepepet kemaren," ucap Mario sambil menunduk. "Semua orang juga butuh uang, Om. Tapi nggak harus jadi pengkhianat kan!" tukas Nadine dengan suara yang terdengar dingin. "I-iya, Mbak. Saya salah." Mario semakin menundukkan kepala. Dia merasa sangat malu sekaligus bingung, bagaimana caranya bisa memperbaiki hubungan dengan Nadine dan kelua
Baca selengkapnya

Pengantin Pengganti

-33- Malam itu Theo kesulitan untuk memejamkan mata. Pria berparas tampan tersebut sudah mengubah posisi tubuh puluhan kali, tetapi kantuk tak kunjung menyapa. Pikirannya sangat penuh dengan berbagai kelebatan berbagai peristiwa yang terjadi belakangan ini. Dari mulai kebodohannya mengambil kehormatan Nadine. Janji untuk menikah yang membuatnya dilema. Rasa bersalah karena telah melukai hati Fenita, padahal hatinya masih terpaut pada gadis itu. Serta yang terbaru. Theo semakin merutuki diri karena tidak mampu berbuat apa-apa saat Nadine dicopot jabatannya oleh Pak Daniel. Diusir dari apartemen. Semua fasilitas dicabut. Serta berbagai ancaman Bagaskara yang pernah dilontarkan pria tersebut, membuatnya benar-benar pusing. Lelah mencoba untuk tidur akhirnya Theo bangkit dan jalan ke belakang rumah. Meraih sebuah kotak kecil yang disembunyikan di ceruk terdalam lemari di bagian bawah rak piring dan membukanya. Mengeluarkan isi d
Baca selengkapnya

Hari Bahagia

-34-Pria gemulai yang menjadi perias pengantin Nadine itu berulang kali bersenandung lagu cinta, tetapi tidak ada satupun judul lagu tersebut yang selesai dia nyanyikan. Hal itu tak urung membuat Nadine beberapa kali mengikik, demikian pula dengan sang penata rias yang bernama Roni. "Sssttt! Cicing heula atuh!" pinta Roni dengan suara yang diberat-beratkan. (Diam dulu) "Masnya ngebanyol mulu, jadi ketawa terus," sahut Nadine di sela-sela tawa kecilnya. "Di sini sepi banget, jadi eikeh nyanyi aja." "Mau dengar lagu apa?" Nadine meraih ponsel dari atas meja rias. Menekan layar benda pipih hitam itu untuk mencari aplikasi khusus pemutar musik. "Lagu apa aja deh. India boleh. Indonesia boleh. Barat boleh. Timbuktu juga mangga." "Mana ada lagu berbahasa Timbuktu?" Nadine kembali tertawa mendengar candaan pria tersebut. "Ada dong, khusus negara sana pasti!" Roni menyeringai. Dia menyukai
Baca selengkapnya

Istri Yang Seksi

-35-  Janji sumpah setia telah diucapkan dengan lancar oleh kedua mempelai. Diiringi dengan kabut di mata kedua pasang orang tua masing-masing. Demikian pula dengan para tamu yang hadir, semuanya ikut larut dalam keharuan proses penyatuan kedua insan tersebut. Theo mengangkat kain penutup wajah Nadine, merapikannya dengan hati-hati di atas kepala sang istri. Pria itu mengulaskan senyuman sebelum memajukan tubuh dan mengecup dahi Nadine yang memejamkan matanya. Teriakan teman-teman yang memanas-manasi suasana agar Theo mengecup bibir Nadine, dibalas tawa kecil kedua pengantin. Sesaat mereka beradu pandang dengan penuh rasa bahagia dalam hati. Beberapa detik berlalu, kemudian tubuh Nadine menegang ketika Theo kembali mendekat sambil berbisik,"Aku sayang kamu, Istriku yang seksi." Nadine membeliakkan mata, tetapi bibirnya membentuk sebuah senyuman. Merasa senang atas ungkapan jujur dari Theo yang telah sah me
Baca selengkapnya

Menggelinjang

-36-Malam semakin larut. Pesta pernikahan telah usai. Satu per satu orang menuju kamar dan cottage masing-masing, yang telah disewa oleh keluarga Nadine selama dua hari. Untuk acara ini Pak Daniel tidak segan-segan mengeluarkan biaya banyak, karena ingin memberikan kenangan terindah untuk putri kesayangannya.Pria paruh baya itu menatap punggung Nadine yang tengah berjalan menjauh dengan dituntun oleh Theo. Matanya kembali mengabut karena merasa telah kehilangan hak pada sang putri. Sekarang Theolah yang akan bertanggung jawab atas kehidupan Nadine. "Jangan nangis, Pi," ucap Bu Rianti yang ternyata sudah berada di samping Pak Daniel. "Papi nggak nangis, ini cuma kelilipan doang," kilah pria berkulit putih tersebut, merasa malu karena ketahuan tengah menangis oleh istrinya. Tawa kecil Bu Rianti akhirnya membuat Pak Daniel pun turut tertawa. Pria itu melingkarkan tangan di pinggang istrinya dan mendaratkan kecupan di peli
Baca selengkapnya

Tanda Kepemilikan

-37- "Na." Suara khas Bu Rianti yang disertai dengan ketukan di pintu, menyapa pagi hari Nadine yang bergegas bangun. Perempuan berambut panjang itu jalan dengan sedikit gontai. Membuka pintu dan melongok ke luar, beradu pandang dengan seraut wajah sang mami yang tengah tersenyum lebar. "Ya, Mi?" tanya Nadine. "Sarapan, yuk!" ajak Bu Rianti sambil mengulurkan tangan ke leher sang putri. "Theo geragas sekali," sambungnya seraya terkekeh. Mata Nadine seketika membola. Refleks menyentuh leher dan mengira-ngira ada apa di sana. "Tutupin pake foundation dan bedak tebal. Nggak mungkin kamu pake syal kan." Nadine mengangguk ragu-ragu, dan hanya bisa memandangi punggung maminya yang jalan menjauh sambil tetap tertawa kecil. Setelah menutup dan mengunci pintu, Nadine bergegas menuju meja rias. Pekikan kecilnya membangunkan Theo yang seketika langsung bangkit dan duduk di tempat tidur. P
Baca selengkapnya

She's My Wife

-38-Napas Theo tersekat ketika melihat sosok Nadine yang jalan ke luar dari lorong toilet. Tatapan tajam sang istri terasa menghunjam kalbunya. Firasat buruk seketika menghantam hati, tetapi Theo tetap berusaha untuk menampilkan sikap tenang dan raut wajah santai.Kala Nadine sudah berada di hadapan, pria bertubuh tinggi itu mengulaskan senyuman yang diharapkan bisa mencairkan suasana. Akan tetapi, Nadine malah melengos dan berlalu, melenggang pergi menuju gerbang untuk naik ke terminal keberangkatan.Theo menggeleng pelan. Menarik ransel yang tadi diletakkannya di kursi tunggu, kemudian jalan cepat mengejar Nadine. Setelah melewati gerbang masuk dan menaiki eskalator, Nadine jalan mendahului dan memasuki sebuah toko di deretan kiri. "Na, kita ngopi di situ aja," tunjuk Theo pada sebuah kafe di sebelah kanan. "Jangan belagu deh, di situ kan mahal!" ketus Nadine yang membuat Theo terkejut. Pria itu hanya bisa pasrah sa
Baca selengkapnya

Terbongkar

-39-"Kamu ... mau apa?" cicit Nadine ketika Theo mendekat sembari membuka kausnya dan melemparkan benda itu ke lantai. "Menurutmu?" Theo balas bertanya sambil melepaskan sabuk. Mendudukkan diri di sebelah kiri Nadine dan menyentuh rambut sang istri yang tampak tegang. "Jangan pernah ngajak aku bercinta lagi!" bentak Nadine. Perempuan itu menggeser tubuh menjauh, tetapi Theo semakin bergeser mendekati. Tak peduli Nadine memandanginya dengan tajam. "Kenapa? Kita kan sudah sah menikah. Aku dan kamu menjadi satu," balas Theo sembari mengernyitkan dahi. "Kamu lupa, pernikahan kita ini cuma pernikahan kontrak. Setahun langsung selesai!" "Aku nggak pernah menandatangani kontrak, Na. Cuma kamu doang. Cek aja!" "Pokoknya aku nggak mau terus-terusan nikah sama cowok penipu!" Theo terkesiap, memajukan tubuh dan menatap wajah Nadine lekat-lekat. "Apa maksudmu? Aku nggak ngerti." "Jangan pu
Baca selengkapnya

Kebiasaan Buruk

-40-Langit sudah terang saat Theo terbangun di pagi hari itu. Setelah menguap dan mengucek mata beberapa kali, pria berambut cepak itu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tatapannya terhenti di sebelah kanan, di mana Nadine masih bergelung dalam selimut. Pria tersebut melebarkan senyuman, mengulurkan tangan dan merapikan rambut sang istri yang berantakan di atas bantal. Dia memandangi raut wajah cantik perempuan tersebut sambil mengucap syukur dalam hati. Kini hatinya telah mantap seiring dengan membesarnya rasa cinta untuk Nadine. Theo berjanji tidak akan menyakiti perasaan sang istri, apalagi sampai harus bercerai. Membayangkan harus berpisah membuatnya menggeleng tanpa sadar. Theo benar-benar tidak mau hal itu terjadi dan dia akan berusaha keras untuk mewujudkan rumah tangga yang harmonis, dan meyakinkan Nadine agar tetap bersamanya sampai kapan pun. Perhatian Theo teralihkan oleh getaran di ponselnya yang berada
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status