Semua Bab LIVING WITH THE DEVIL : ignite: Bab 11 - Bab 20

49 Bab

09. Punishment

Saat kecil dulu, Alicia jarang sekali terkena virus penyakit. Mamanya selalu mengontrol pola makannya dan selalu memberikannya vitamin. Kasih sayang sang Mama juga Papa terasa begitu besar, sehingga kepergian mereka yang 'meninggalkan' Alicia, masih gadis itu tidak percayai. Pasti ada sesuatu, alasan yang begitu kuat di balik tindakan mereka itu.Sekarang, Alicia sakit. Tubuhnya mengeluarkan keringat sangat banyak, namun dia terus saja meracau kedinginan. Tiga lapis selimut menutupinya sampai leher, hal itu masih tidak banyak membantu. Kening Alicia berkerut dalam. Setiap malam, dia akan berteriak-teriak ketakutan seolah nyawanya sedang di ujung tanduk.Saat sedang terjaga, dia akan berhalusinasi seperti orang gila, ketakutan dan menjerit. Ketika tidur pun, mimpi buruk tiada henti menghampirinya. Kalau belum muntah, Alicia tidak akan tenang.Terhitung sudah tiga hari Alicia seperti itu.Lucius, yang saat i
Baca selengkapnya

10. Guilty Pleasure (1)

Tubuh Alicia melemah seiring dengan tangisannya. Dia tidak tahu lagi apa yang terjadi ketika napas mulai tersendat-sendat, dan dadanya terasa sakit. Alicia merasakan rengkuhan hangat itu mengerat dan seseorang membaringkannya dengan lembut di ranjang. Yang terakhir kali singgah di benaknya sebelum ia benar-benar menutup mata adalah wajah bibi Jen, Wendy, dan paman Filbert di desa. Alicia tidak akan pernah memaafkan dirinya atas apa yang terjadi pada mereka.Ketika terbangun dari tidurnya, kepala Alicia terasa pening. Bahkan hanya untuk membuka mata rasanya dia tidak sanggup. Tapi seseorang dengan sangat tidak berperasaan menarik tangan Alicia dan memaksanya duduk. Alicia langsung meringis memegangi kepalanya karena rasa sakit yang berdenyut-denyut di sana."Aku tidak menyukai gadis manja!" hardik Lucius ketika Alicia terjatuh lagi ke ranjang dan Lucius menariknya duduk kembali."Ku-kumohon," rintih Alicia.
Baca selengkapnya

11. Guilty Pleasure (2)

"Mungkin ini memang yang terbaik," gumam Alicia, kemudian melanjutkan dengan nada yang lebih terdengar putus asa, "setidaknya untuk sekarang." Dia memetik setangkai bunga daisy dan menggenggamnya di tangan bersama tangkai yang lain. pikiran Alicia kembali berkecamuk.Dia hari itu, hari yang tidak akan pernah Alicia lupakan pernah terjadi, pengalaman paling baru dan paling aneh yang pernah dirasakannya. Yang diberikan oleh seorang pria dewasa berhati kejam. Tubuh Alicia kembali dialiri gelenyar aneh. Semenjak hari itu, dia tidak pernah lagi melihat Lucius di rumah. Alicia awalnya tidak berani melangkah keluar dari kamarnya, sampai suatu pagi dia menyadari bunga di atas nakasnya mengering. Kemudian Alicia mulai bertanya-tanya siapa yang setiap pagi mengganti bunga itu di sana? Karena Alicia tidak pernah melihat pelayan melakukannya. Dan jika Lucius yang melakukannya, itu terdengar sangat mustahil. Alicia berhenti bertanya-tanya dan mencoba menggantinya s
Baca selengkapnya

12. Gossip

Keesokan harinya, Alicia terbangun di atas ranjang dalam keadaan terikat. Dia menatap sekelilingnya bingung, kepalanya berdenyut sakit. Alicia mencoba untuk melepaskan ikatan di pergelangan tangannya namun tidak berhasil. Dia lantas berbaring pasrah dalam beberapa saat untuk mengembalikan pikirannya kosong. Saat itulah kemudian Alicia teringat pada kejadian semalam. Dia tersentak bangkit, untuk kemudian meringis karena tangannya yang terikat."Ya Tuhan, apa yang telah kulakukan!" bisiknya cemas.Alicia pun tidak tahan untuk bertanya-tanya, apakah Lucius masih di sini atau dia sudah terbang ke negeri sakura, meninggalkan Alicia dengan ingatan dan kejadian semalam. Alicia diliputi rasa jijik pada dirinya sendiri, penyesalah, dan amarah.Ketika Alicia sibuk dengan pikirannya sendiri, Harrieth masuk ke dalam kamarnya membawa sarapan, namun mematung beberapa di pintu menatap terkejut pada Alicia.Alicia men
Baca selengkapnya

13. Precious One (1)

Malam itu Alicia semakin kesusahan untuk tidur. Namun pada akhirnya, dia berhasil juga dibuai ke alam mimpi. Tidak tahu tepatnya kapan, tapi lama sekali rasanya Alicia menatap langit-langit kamar dengan pikiran berkecamuk, menunggu kantuk benar-benar berhasil merenggut kesadarannya.Paginya, ketika Alicia bangun, matahari telah bersinar terik menembus gorden-gorden jendela yang ditutup. Garis-garis cahaya matahari itu masuk melalui celahnya. Alicia merasa semalam tidurnya sangat nyenyak. Dia bahkan tidak bermimpi apapun dan tidak terbangun pada waktu-waktu tertentu seperti biasanya. Dengan perasaan bahagia itu, Alicia tanpa sadar tersenyum. Matanya masih terpejam, kendati dia telah tersadar dan membukanya beberapa saat lalu, tapi Alicia ingin tidur lebih lama lagi.Ketika kesadarannya nyaris terenggut lagi, saat itulah Alicia merasakan sesuatu melingkari kakinya, meraba-raba naik menuju pahanya. Mata Alicia langsung terbuka lebar. Dia hend
Baca selengkapnya

14. Precious One (2)

Ketika terbangun dari pingsannya, Alicia menemukan dirinya sendiri bersandar di dada Lucius di atas pangkuannya di ruang makan. Para pelayan hilir mudik menyajikan sarapan mereka ke meja makan. Alicia terkesiap oleh rasa malu dan berjuang untuk lepas dari kungkungan pria itu. Walau tidak menatap padanya, senyum Lucius dan eratnya pelukan lelaki itu pada tubuhnya menandakan bahwa dia menyadari kesadaran Alicia, tapi memutuskan untuk tidak menghiraukannya. Apa aku boleh pergi?! Batin Alicia mengerang frustasi. "A-apakah aku boleh turun?" adalah tanya yang berhasil dia keluarkan walau dengan suara mencicit kecil, karena Alicia khawatir para pelayan akan mendengarnya. Namun sepertinya mereka sudah terlatih dengan sangat profesional sehingga mereka serempak tampak tidak terganggu oleh adegan tidak senonoh yang tuan mereka suguhkan
Baca selengkapnya

15. Precious One (3)

Alicia pikir dia bisa kembali ke kamarnya dan mengurung diri untuk merenungkan kejadian pagi itu. Namun seekor ular piton tertidur dengan nyaman di atas selimutnya membuat Alicia mengurungkan diri untuk masuk ke sana. Lucius benar, Alicia memiliki ketakutan yang berlebihan pada hewan melata, terlebih lagi pada ular. Namun sekalipun begitu, lelaki itu tetap melakukannya, menakut-nakutinya dengan ketakutan yang paling Alicia takutkan.Oleh karena itulah, kini Alicia mendekam di dalam perpustakaan, berdiri di ambang jendela. Alicia menatap ke bawah, pada sosok pria jangkung di taman. Sosoknya yang mengenakan pakaian serba hitam tampak sangat mencolok di sana. Seperti yang Harrieth bilang, taman itu adalah taman pribadi sang tuan. Bahkan yang merawatnya pun dia sendiri. Alicia menyadari, bahwa sosok iblis yang selama ini dikenalnya juga memiliki sisi lembut dalam dirinya. Terlebih pada hal-hal yang sangat dekat dengannya. Angel dan tumbuhan-tumbuhan di taman i
Baca selengkapnya

16. Angel Without Wings (1)

Keesokan harinya, seorang dokter datang untuk memeriksa kesehatan Alicia. Alicia hanya diam saja saat dokter tersebut melakukan tugasnya. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Dokter Hank, namun sekalipun mereka sudah berkenalan, Alicia tidak mau repot-repot mengobrol, kejadian semalam masih menghantui pikiran Alicia. Dan sekarang Lucius entah berada di mana.Alicia bersyukur lelaki itu tidak di rumah. Dia pergi tepat setelah makan malam itu selesai. Jadi Alicia bisa diam-diam tidur di kamar tamu."Kau masih perawan?"Pertanyaan Dokter Hank yang tiba-tiba itu mengejutkan Alicia sehingga untuk pertama kalinya, dia memperlihatkan emosi di kedua matanya pada lelaki itu.Dokter Hank terkekeh geli saat tahu jawabannya. Tapi dia juga tetap merasa heran. "Ini sangat tidak biasa," gumamnya pelan."A-apa maksudmu?" tanya Alicia hati-hati, menatap dokter itu dengan penuh penasaran.Dok
Baca selengkapnya

17. Angel Without Wings (2)

Alicia tiba-tiba teringat, dulu Bibi Jen pernah menceritakannya tentang Black Tower. Itu adalah gedung yang menjulang tinggi di tengah-tengah kota London, Bibi Jen menceritakannya seolah Black Tower adalah sesuatu yang sangat megah dan dipuja banyak orang, dan suatu hari nanti Alicia akan mengunjungi tempat itu seolah miliknya. Dulu Alicia tidak terlalu bisa membayangkan apa yang Bibi Jen ceritakan itu, tapi sekarang dia mengerti. Mobil berhenti di depan gedung pencakar langit itu, Alicia keluar dan berdiri di samping Lucius. Ketika menatap ke atas, pada ujung bangunan yang tampak mengecil di langit, Alicia menoleh ke arah Lucius, dia tidak terkejut bahwa ini gedung ini adalah milik lelaki itu."Ikuti aku," kata Lucius sebelum mereka melangkah memasuki gedung. Seorang satpam memberi hormat padanya. Beberapa pria dan wanita berpakaian rapi yang keluar masuk pintu juga melakukan hal yang sama. Alicia masuk ke dalam lobi dan tidak sempat memperhatikan keadaan
Baca selengkapnya

18. Angel Without Wings (3)

Pintu dibanting, tubuh Alicia ditarik dengan kasar dan disungkurkan ke ranjang. Alicia tidak mengatakan apa-apa. Mulutnya bungkam, matanya memerah oleh air mata. Dia bangkit secara perlahan dan memandang Lucius yang berdiri di dekat nakas, meletakkan kontak mata berwarna cokelat yang sebelumnya ia gunakan. Kemudian berlanjut membuka jasnya dan melemparnya ke sembarang arah. Lucius berbalik dan mata merahnya kembali, menatap Alicia tajam, dengan kemarahan yang membara.Alicia merasa bergetar di dalam, oleh rasa takut dan sedikit keberanian yang menantang Alicia untuk tidak menunjukkan rasa takutnya."Kau mau tahu apa yang kulakukan pada mereka?" Lucius bersuara dengan berat. Jemarinya menyusuri kancing kemeja putih yang masih ia kenakan dan membukanya, sambil melangkah mendekati Alicia. Seluruh kancing kemeja itu telah terbuka, memperlihatkan setiap lekuk otot perut dan dadanya yang bidang.Lucius sudah beberapa kali meliha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status