Setiap melintasi gerobak penjual martabak yang mangkal di pinggir jalan masuk gang menuju kontrakannya, Pram selalu teringat pada Bu Ocha, sohib semata wayangnya di komplek kontrakan RS9 (nine) itu. Mungkin karena rasanya yang gurih dan manis seperti tawa Bu Ocha yang selalu menghiburnya di setiap dia pulang kerja. Pram senang, Bu Ocha tak pernah bosan dia bawakan makanan berkarbohidrat tinggi itu. Dan yang lebih Pram suka, wanita setengah baya itu selalu memakannya habis, tak bersisa. Tapi anehnya, badannya tak pernah mengembang, walaupun dia doyan makan. Entah berapa belas jari usus di dalam perutnya. Seperti saat ini, satu kotak martabak varian keju dan coklat sudah dalam tentengan Pram. Dan Pram yakin usia martabak itu tak lama lagi, karena Bu Ocha akan segera mengeksekusinya. Jam di pergelangannya sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Biasanya pada jam-jam segini, lagu My Way-nya Frank Sinatra menggema berulang-ulang bagai kaset rusak dari bibir ceriwis
Last Updated : 2021-05-17 Read more