Home / Romansa / Frozen in Love / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Frozen in Love: Chapter 51 - Chapter 60

313 Chapters

Terperangkap Perasaan [6]

Udara makin dingin, tapi  Violet merasakan hatinya menghangat. Tanpa sadar, dia melihat ke arah lapangan voli dan mendapati wajah menawan Quinn yang berkeringat dan memerah. Lelaki itu ternyata cukup ahli bermain voli.“Kenapa kamu tidak percaya?”Rifka menyergah dengan suara rendah. “Dari bahasa tubuh, Nona! Aku melihat sendiri bagaimana dia mengajakmu makan malam sementara Jeffry malah asyik mengobrol dengan Eirene. Dia juga yang menyalakan perapian karena khawatir kamu kedinginan.”Violet tak bisa menyangkal kalau wajahnya kembali memanas. “Bukankah semua orang memang kedinginan?” dia balik bertanya.Rifka menggeleng. “Tapi dia memperhatikanmu! Dia memintamu mendekat ke perapian, kan? Makanya aku mengira kalau kalian teman lama. Setidaknya....” Rifka berdeham.“Apa?” Violet penasaran. Rifka menggelengkan kepalanya. “Katakan saja apa yang sudah di ujung lidahmu itu, Rif! Ada a
last updateLast Updated : 2021-04-29
Read more

Terperangkap Perasaan [7]

“Kamu nggak mau ke dokter saja, Sheil?” tanya Winston. “Takutnya....”“Nggak usah,” potong Sheila. “Ini memang cuma terkilir, kok! Tapi memang sakitnya lumayan parah.”Eireen angkat bicara, “Memangnya, ada terkilir yang tidak sakit? Tetap saja nyerinya setengah mati.”“Dan Sheila bolak-balik mengaduh untuk menyiksa Ezra,” ucap Jo sambil tertawa. Sheila tak membantah sama sekali. Artinya lagi, gadis itu membenarkan dugaan Jo.Violet tidak tahu apakah semua orang memiliki kecenderungan seperti Sheila? Menggunakan cinta untuk “memberi pelajaran” pada kekasihnya? Mungkinkah selama ini Ezra menunjukkan cinta yang sangat besar pada kekasihnya dan justru membuat Sheila besar kepala? Ataukah Violet saja yang terlalu jauh mengambil kesimpulan?Yang Violet tahu, dia tidak seperti itu. Ataukah belum? Mungkinkah jika menemukan seseorang yang dia yakini tak akan meninggalkannya
last updateLast Updated : 2021-04-29
Read more

Terperangkap Perasaan [8]

Dari tempatnya berdiri, Violet bisa melihat kota Cipanas di kejauhan dengan latar belakang perbukitan. Jalan yang dipenuhi kendaraan tampak berkelok-kelok indah di bawah sana. Jika malam tiba, pasti pemandangannya akan lebih bagus lagi.“Vi,” seseorang memanggil. Violet berbalik dan melihat Rifka tersenyum dan melambai. Gadis itu memberi isyarat ke arah kursi panjang dari rotan yang sudah ditambahi bantalan busa supaya nyaman untuk diduduki.“Kenapa kamu malah ke sini?” tegur Violet.“Aku akan menemanimu sampai kamu tidak sendirian,” gumam Rifka. Violet tersenyum kecil.“Terima kasih, Rif. Tapi, aku tidak apa-apa, kok!. Aku ke sini karena ingin melihat pemandangan di luar sana. Tidak kusangka, ternyata bagus sekali,” puji Violet.Hujan kembali turun. Angin dingin menerpa, tapi Violet tak takut akan menggigil. Dia sudah melapisi kausnya dengan sweater tebal dan celana panjang yang hangat. Perl
last updateLast Updated : 2021-04-30
Read more

Hari-Hari Penuh Embusan Angin [1]

Acara di Puncak itu sama sekali tak menarik bagi Violet. Untungnya ada Quinn yang membuat gadis itu terhindar dari perasaan bosan. Dia memiliki teman dan tak sampai merasa tersisih. Jika tidak, mungkin Violet akan memilih pulang ke tempat indekosnya di hari kedua. Omong kosong dengan segala “supaya lebih akrab karena sudah lama tidak bertemu” atau “reuni tak resmi” yang didengungkan Jeffry dan teman-temannya. Nyatanya, masing-masing orang sibuk dengan kegiatan dan dirinya sendiri-sendiri.Violet merasakan ikatan yang tak terucapkan bersama Quinn. Satu-satunya yang melihat itu adalah Rifka. Dan tanpa ragu perempuan itu membisikkan beberapa  kalimat menjelang perpisahan mereka.“Kurasa, kamu harus jujur pada diri sendiri, Vi. Coba tanya hatimu, telaah semua perasaanmu lagi baik-baik. Karena menurutku, kamu tidak membutuhkan Jeffry. Kamu membutuhkan orang lain,” cetus Rifka suatu kali. Gadis itu bicara pada Violet saat mereka hanya
last updateLast Updated : 2021-05-03
Read more

Hari-Hari Penuh Embusan Angin [2]

Quinn membelikan popcorn manis yang rasanya –mendadak- luar biasa nikmat. Tadinya pria itu ingin membelikan hamburger yg outlet-nya bersebelahan dengan popcorn. Namun Violet menolak mentah-mentah.“Rasanya tidak enak dan harganya mahal,” tolak gadis itu. “Cuma buang-buang uang.”“Uangku masih cukup, Vi,” Quinn mengedipkan mata dengan gaya santai. Karena hal sederhana itu, Violet tiba-tiba saja sampai lupa cara bernapas karenanya.“Kita ke sini mau nonton, bukan piknik. Jadi, makannya nanti saja. Aku tidak kelaparan, kok!” kata Violet setelah terdiam beberapa saat.“Oke. Kalau begitu, kamu tidak boleh menolak popcorn, ya?” putus Quinn. Sebelum Violet merespons, lelaki itu sudah beranjak meninggalkannya. Tujuannya jelas, membeli popcorn. Violet hanya memandangi punggung Quinn sembari mengulum senyum.Saat di bioskop Violet bertanya-tanya, ba
last updateLast Updated : 2021-05-03
Read more

Hari-Hari Penuh Embusan Angin [3]

“Apa kamu sekarang sudah berubah jadi pengangguran, Quinn? Kok bisa bolak-balik muncul di kantorku?” tanya Violet, bercanda. “Padahal ini hari Jumat. Kamu pasti sibuk sekali karena menjelang akhir pekan. Memangnya tamu The Suite tidak perlu diurus? Atau, kamu sudah bosan menjadi residence manager? Kalau iya, aku bersedia menggantikanmu, lho!”Quinn tertawa kecil. Entah mengapa, Violet menilai lelaki itu lebih menawan jika sedang tersenyum atau tertawa. “The Suite akan baik-baik saja, kok! Kemarin aku sudah bekerja keras, pulang ke mes setelah lewat tengah malam. Karena ada pekerjaan yang harus dituntaskan. Hari ini, Kakek memberi sedikit dispensasi. Sebenarnya aku malah diminta untuk libur hari ini. Tapi kutolak. Aku tetap datang ke hotel walau sudah diusir sejak tengah hari. Akhirnya, aku pulang. Hal pertama yang kuingat adalah kamu. Makanya, ketimbang cuma bengong di mes, aku memilih datang ke sini.”Uraian panjang lelaki
last updateLast Updated : 2021-05-04
Read more

Hari-Hari Penuh Embusan Angin [4]

Mereka menghabiskan waktu di toko buku selama lebih dari tiga jam. Terlalu lama berdiri dan berjalan mondar-mandir, membawa konsekuensi sendiri bagi Violet. Betis gadis itu terasa  pegal dan kakinya lecet. Ini adalah rekor terlamanya berada di toko buku saat ditemani oleh seorang pria. Dengan Jeffry, satu jam pun belum pernah terlampaui. Kekasih Violet itu tidak betah dan berkali-kali melihat arloji. Tingkahnya itu sangat mengganggu Violet sehingga dia lebih suka pergi sendiri.Keluar dari toko buku, tangan Quinn dipenuhi beberapa kantong plastik. Violet tidak diizinkan membawa kantong miliknya sendiri. Tak hanya itu, Quinn juga tak membiarkannya membayar buku yang dipilihnya. Mereka bahkan nyaris bertengkar di depan kasir!“Quinn, orang bisa mengira kamu itu pelayanku. Membawakan buku-buku yang banyak itu, sementara bukumu sendiri tidak sedikit,” protes Violet seraya berjalan pelan. Dia manahan nyeri karena lecet di kaki.Quinn menjawab dengan
last updateLast Updated : 2021-05-04
Read more

Hari-Hari Penuh Embusan Angin [5]

Tak dinyana, Quinn malah tertawa geli. Bahunya berguncang-guncang. Dari wajah hingga lehernya memerah karena hal itu. Violet tak bisa berkata apa-apa selain merutuk dalam hati. Dia tak paham mengapa Quinn merasa kata-katanya begitu lucu. “Kalau sedang cerewet kamu itu ternyata sangat mirip radio butut yang menyiarkan acara tidak jelas,” komentar Quinn setelah tawanya reda. Mereka terus berjalan menuju pintu keluar mal.Saat itu, sebenarnya Violet ingin marah, tapi tidak bisa. Di sisi lain, dia juga ingin tertawa tapi terlalu gengsi. Akhirnya, gadis itu cuma berujar, “Tidak apa-apa radio butut. Yang penting, masih ada gunanya.”Violet merasakan gelombang kenyamanan saat bersama dengan Quinn. Entah sejak kapan, mereka tak pernah lagi membicarakan tentang Jeffry dan Eirene. Seakan hal itu berada jauh di luar garis, topik yang sama sekali tak bijak jika disentuh. Dalam banyak kesempatan, Violet melakukan hal-hal yang tak pernah
last updateLast Updated : 2021-05-05
Read more

Hari-Hari Penuh Embusan Angin [6]

Jeffry mendesah pelan. Malam ini Violet menolak pergi keluar. Alhasil, sejoli itu memilih untuk duduk di gazebo seperti biasa. Tubuhnya memang terasa kurang sehat sejak pagi. Flu sepertinya sedang berusaha mengusik kesehatannya.“Rasanya kok kurang ... tepat. Dia kan sudah punya pacar, kamu juga. Aku mulai ditanya-tanya orang, apakah kita sudah berpisah. Ada yang melihat kalian makan berdua, nonton, dan ke toko buku hanya dalam waktu tak sampai dua minggu. Kita saja pun tak sesering itu pergi berdua, kan?” cetus Jeffry.“Kurang tepat, ya?” Violet ingin tertawa melihat ekspresi kekasihnya. Dia bersumpah akan menceritakannya pada Quinn apa yang terjadi hari ini. Jeffry mulai menaruh perhatian serius. “Padahal, aku dan Quinn cuma berteman. Kami memiliki banyak kesamaan, makanya merasa klop,” aku Violet, jujur.“Maaf ya Vi, aku bukannya ingin membatasi pergaulanmu. Aku bukan ingin mengatur dengan siapa kamu berteman
last updateLast Updated : 2021-05-05
Read more

Keputusan Mengejutkan [1]

Quinn tidak tahu mengapa semua menjadi tak terkendali. Rencananya tak berjalan lancar. Niat awal lelaki itu untuk mengajak Violet bekerja sama demi memastikan Eireen dan Jeffry menyadari keberadaan mereka, tampaknya gagal total. Apakah itu karena dia terlalu mengkhayati peran dalam sandiwara mereka, seperti yang diucapkan Violet berkali-kali?“Kamu nggak boleh menghabiskan waktu terlalu banyak denganku, Quinn! Apalagi kalau sampai mengganggu jadwal acaramu dengan Eireen. Itu sudah terlalu berlebihan,” gurau Violet. Itu kalimat kesekian yang diucapkan gadis itu sejak mereka sering bertemu belakangan ini. Namun, meski begitu, Violet tak pernah benar-benar menolak ajakan Quinn.“Aku merasa menemukan teman yang klop, Vi.” Aku Quinn, jujur. “Jadi, kalau kebetulan aku datang untuk menjemputmu ke kantor, jangan selalu fokus ke tujuan awal kita. Anggap saja ini karena aku betah berteman denganmu.”Yang tidak diucapkan Quinn di depan V
last updateLast Updated : 2021-05-05
Read more
PREV
1
...
45678
...
32
DMCA.com Protection Status